Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14850 | 26 Mar 2025
Klinis : Buatkan diagnosa keperawatan keluhan penglihatan kabur jarak jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi keluhan penglihatan kabur jarak jauh. Dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, berikut penjelasannya:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Ketajaman Jarak Jauh
Definisi:
Gangguan penglihatan ketajaman jarak jauh adalah penurunan kemampuan seseorang untuk melihat objek yang berada pada jarak jauh dengan jelas.
Penyebab:
1. Kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropia, atau astigmatisme
2. Katarak
3. Glaukoma
4. Diabetes melitus
5. Trauma pada mata
Gejala:
1. Penglihatan kabur untuk objek jarak jauh
2. Kesulitan membaca tulisan atau melihat papan tulis dari jarak jauh
3. Sering mengerutkan dahi atau memicingkan mata saat melihat objek jauh
4. Merasa perlu mendekatkan objek untuk melihat dengan jelas
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi riwayat dan penyebab gangguan penglihatan jarak jauh
2. Observasi ketajaman penglihatan jarak jauh pasien
3. Berikan edukasi tentang penyebab dan perawatan gangguan penglihatan jarak jauh
4. Kolaborasi dengan dokter oftalmologi untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut
Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Penglihatan Ketajaman Jarak Jauh merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat dalam SDKI. SDKI adalah sebuah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu proses pengkajian, diagnosis, intervensi, dan evaluasi keperawatan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Berdasarkan SLKI, luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Gangguan Penglihatan Ketajaman Jarak Jauh adalah peningkatan ketajaman penglihatan jarak jauh dan kemampuan pasien untuk beraktivitas tanpa hambatan penglihatan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI menyediakan panduan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Penglihatan Ketajaman Jarak Jauh, seperti manajemen gangguan penglihatan, edukasi kesehatan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, termasuk gangguan penglihatan ketajaman jarak jauh. -
Article No. 14851 | 26 Mar 2025
Klinis : katarak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi katarak, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan penglihatan berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi mata akibat katarak.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan penglihatan adalah ketidakmampuan individu untuk melihat secara jelas, baik jarak dekat maupun jauh, yang disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi mata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan penglihatan sesuai dengan kondisi kesehatan mata.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Asesmen fungsi penglihatan
- Edukasi terkait katarak dan penanganannya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan katarak
- Terapi rehabilitasi penglihatan
- Monitoring dan evaluasi perkembangan kondisi mata pasien
Katarak merupakan kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh, sehingga mengganggu kemampuan penglihatan. Upaya keperawatan berfokus pada peningkatan fungsi penglihatan pasien melalui edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta terapi rehabilitasi penglihatan yang sesuai. -
Article No. 14852 | 26 Mar 2025
Klinis : katarak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi katarak, berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H25.- (Katarak senil)
- Deskripsi: Katarak senil adalah kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh atau buram akibat proses penuaan. Hal ini menyebabkan penurunan penglihatan yang progresif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 13.1-13.7 (Ekstraksi katarak)
- Deskripsi: Tindakan ekstraksi katarak dilakukan untuk menghilangkan lensa mata yang keruh dan menggantikannya dengan lensa buatan (implan intraokular) untuk memperbaiki penglihatan pasien. Prosedur ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti ekstraksi katarak ekstrakapsular, ekstraksi katarak intrakapsular, atau fakoemulsifikasi.
Dalam mengkodekan kondisi dan tindakan medis, kode ICD-10 digunakan untuk menggambarkan diagnosis atau kondisi medis, sedangkan kode ICD-9-CM digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. Kode-kode ini membantu dalam dokumentasi medis, penagihan, dan analisis epidemiologi penyakit. -
Article No. 14853 | 26 Mar 2025
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien mampu mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
2. Status Pernapasan: Pasien menunjukkan pola pernapasan yang efektif.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas.
Indikator keberhasilan dari luaran ini dapat dilihat dari:
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas, seperti stridor, ronki, atau wheezing.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas yang signifikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Mengajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragma.
- Melakukan suction atau pembersihan jalan napas jika diperlukan.
- Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal.
2. Manajemen Oksigen
- Memantau kadar oksigen dalam darah (SpO2) dan memberikan oksigen tambahan jika diperlukan.
- Mengatur laju aliran dan konsentrasi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Manajemen Aktivitas
- Memantau toleransi pasien terhadap aktivitas dan membatasi aktivitas yang dapat memicu sesak napas.
- Mengajarkan teknik konservasi energi dan pengelolaan aktivitas sehari-hari.
- Memfasilitasi istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga.
4. Pendidikan Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan sesak napas.
- Mengajarkan strategi manajemen diri untuk mengatasi sesak napas, seperti teknik pernapasan, penggunaan obat, dan modifikasi gaya hidup.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka, memiliki status pernapasan yang efektif, serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas yang signifikan. -
Article No. 14854 | 26 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami hambatan dalam membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- SIKI: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
- SIKI: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu dalam melakukan aktivitas fisik secara optimal.
- SIKI: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam melakukan aktivitas fisik secara optimal.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru mengalami beberapa masalah kesehatan yang memerlukan intervensi keperawatan, antara lain:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Terjadi karena adanya obstruksi jalan napas akibat sekresi dan inflamasi paru, sehingga diperlukan intervensi untuk membantu klien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Terjadi karena adanya penurunan nafsu makan, sehingga diperlukan intervensi untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Intoleransi Aktivitas: Terjadi karena adanya sesak napas dan kelelahan, sehingga diperlukan intervensi untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas fisik secara optimal.
Harapan saya penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatannya. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14809 | 26 Mar 2025
Klinis : Di desa Sukahati terdapat 3 orang warga yang mengalami penyakit DBD jumlah penduduk + 443 KK, dengan rata-rata KK bekerja sebagai buruh tani. Tindakan fogging telah dilakukan oleh puskesmas namun ternyata tidak efektif, beberapa hari setelah fooging di temukan kembali 2 penderita lagi. 43% warga usia dewasa memiliki penyakit metabolik dengan urutan dari mulai tertinggi sebagai berikut: Hipertensi, kolesterol, asam urat dan DM. Kader mengatakan sudah sering mengadakan penyuluhan namun warga tidak pernah prokattif hadir. tidak ada kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Penularan Penyakit Menular terkait Lingkungan yang Terkontaminasi
- Definisi: Kerentanan individu atau kelompok untuk terinfeksi oleh patogen menular akibat faktor lingkungan yang mendukung perkembangbiakan vektor penyakit.
- Faktor yang Berhubungan: Keberadaan vektor, kurangnya upaya pengendalian vektor, pengetahuan yang kurang tentang cara pencegahan penyakit menular.
- Tanda dan Gejala: Peningkatan kasus penyakit menular di lingkungan, adanya vektor penyakit di lingkungan, kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian vektor.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu, keluarga, atau masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan yang ditujukan untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Pengetahuan yang kurang tentang pemeliharaan kesehatan, kurangnya dukungan sumber daya, kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan.
- Tanda dan Gejala: Tidak adanya kegiatan rutin untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan yang diadakan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pengendalian Risiko Penyakit Menular
- Indikator: Masyarakat mampu mengidentifikasi risiko penularan penyakit menular, masyarakat berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian vektor penyakit menular.
2. Manajemen Kesehatan Masyarakat Efektif
- Indikator: Masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, masyarakat mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya kesehatan yang tersedia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengendalian Risiko Penyakit Menular
- Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit menular, cara penularan, dan upaya pencegahan.
- Kolaborasi: Berkolaborasi dengan puskesmas dan pihak terkait dalam upaya pengendalian vektor penyakit menular.
- Advokasi Kesehatan: Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pengendalian vektor penyakit menular.
2. Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Fasilitasi Kelompok: Memfasilitasi pembentukan kelompok atau kader kesehatan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan kesehatan.
- Perencanaan Kesehatan Masyarakat: Membantu masyarakat dalam menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan setempat.
- Mobilisasi Sumber Daya: Membantu masyarakat dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya kesehatan yang tersedia di lingkungan.
Demikian rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada masyarakat di desa Sukahati. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 14810 | 26 Mar 2025
Klinis : Di desa Sukahati terdapat 3 orang warga yang mengalami penyakit DBD jumlah penduduk + 443 KK, dengan rata-rata KK bekerja sebagai buruh tani. Tindakan fogging telah dilakukan oleh puskesmas namun ternyata tidak efektif, beberapa hari setelah fooging di temukan kembali 2 penderita lagi. 43% warga usia dewasa memiliki penyakit metabolik dengan urutan dari mulai tertinggi sebagai berikut: Hipertensi, kolesterol, asam urat dan DM. Kader mengatakan sudah sering mengadakan penyuluhan namun warga tidak pernah prokattif hadir. tidak ada kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Virus Dengue (SDKI: Risiko Infeksi)
- Penjelasan: Kondisi di mana individu atau kelompok rentan terhadap infeksi virus dengue, yang dapat ditandai dengan peningkatan jumlah kasus DBD di lingkungan.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan)
- Penjelasan: Kondisi di mana individu atau kelompok tidak mampu secara konsisten menerapkan perilaku sehat untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan, yang dapat ditandai dengan rendahnya partisipasi warga dalam kegiatan kesehatan.
3. Risiko Penyakit Metabolik (SDKI: Risiko Penyakit Metabolik)
- Penjelasan: Kondisi di mana individu atau kelompok rentan mengalami penyakit metabolik, yang dapat ditandai dengan tingginya prevalensi penyakit seperti hipertensi, kolesterol, asam urat, dan diabetes melitus di lingkungan.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan acuan dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan acuan dalam menentukan hasil akhir yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14811 | 26 Mar 2025
Klinis : Di desa Sukahati terdapat 3 orang warga yang mengalami penyakit DBD jumlah penduduk + 443 KK, dengan rata-rata KK bekerja sebagai buruh tani. Tindakan fogging telah dilakukan oleh puskesmas namun ternyata tidak efektif, beberapa hari setelah fooging di temukan kembali 2 penderita lagi. 43% warga usia dewasa memiliki penyakit metabolik dengan urutan dari mulai tertinggi sebagai berikut: Hipertensi, kolesterol, asam urat dan DM. Kader mengatakan sudah sering mengadakan penyuluhan namun warga tidak pernah prokattif hadir. tidak ada kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya
- Ditandai dengan adanya penyakit DBD yang menyerang beberapa warga desa Sukahati, serta masih ditemukan penderita baru setelah tindakan fogging.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah
- Ditandai dengan rendahnya kehadiran warga dalam kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader, serta tidak adanya kegiatan rutin untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan warga.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik
- Ditandai dengan prevalensi penyakit metabolik yang tinggi di kalangan warga usia dewasa, seperti hipertensi, kolesterol, asam urat, dan diabetes melitus.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya:
- Perubahan Perilaku: Warga desa Sukahati menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya mencegah penularan penyakit infeksi.
- Kontrol Tanda dan Gejala: Tidak ada lagi kasus baru penyakit DBD di desa Sukahati.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah:
- Peningkatan Partisipasi: Warga desa Sukahati aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas dan kader.
- Peningkatan Pengetahuan: Warga desa Sukahati memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya menjaga dan meningkatkan kesehatan di lingkungan mereka.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik:
- Perbaikan Status Nutrisi: Warga desa Sukahati dengan penyakit metabolik menunjukkan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti diet yang seimbang dan aktivitas fisik yang rutin.
- Penurunan Komplikasi: Tidak ada lagi komplikasi yang timbul akibat penyakit metabolik pada warga desa Sukahati.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Penularan Penyakit Infeksi Berhubungan Dengan Lingkungan Yang Kurang Terjaga Kebersihannya:
- Edukasi tentang pencegahan penyakit infeksi melalui perbaikan kebersihan lingkungan.
- Kolaborasi dengan puskesmas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi yang lebih efektif terhadap tindakan fogging.
- Pembentukan kelompok kerja yang bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan secara rutin.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Berhubungan Dengan Partisipasi Warga Yang Rendah:
- Peningkatan keterlibatan kader dalam mendorong partisipasi warga dalam kegiatan kesehatan.
- Pengembangan program edukasi kesehatan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan warga.
- Pembentukan forum diskusi kesehatan yang melibatkan warga secara aktif.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan Dengan Penyakit Metabolik:
- Edukasi tentang gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang rutin.
- Pembentukan kelompok dukungan untuk warga dengan penyakit metabolik, guna saling berbagi pengalaman dan memotivasi satu sama lain.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memberikan intervensi yang komprehensif bagi warga dengan penyakit metabolik.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang dipaparkan. -
Article No. 14812 | 26 Mar 2025
Klinis : slki dan siki apa yang bisa digunakan pada kesiapan peningkatan menjadi orangtua dalam konteks merawat angggota keluarga yang sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi kesiapan peningkatan menjadi orangtua dalam konteks merawat anggota keluarga yang sakit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kesiapan Menjadi Orangtua" (00208). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Kemampuan yang cukup untuk mengasuh anak secara efektif". Dalam konteks merawat anggota keluarga yang sakit, diagnosa ini mencakup kesiapan orangtua untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan bagi anggota keluarga yang sakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kesiapan Menjadi Orangtua (1623)
- Indikator:
a. Memahami peran dan tanggung jawab sebagai orangtua
b. Menunjukkan keyakinan dalam mengasuh anak/anggota keluarga yang sakit
c. Menunjukkan perilaku yang mendukung kesehatan dan perkembangan anak/anggota keluarga yang sakit
d. Mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anak/anggota keluarga yang sakit
e. Menunjukkan kemampuan untuk mencari sumber dukungan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesiapan Menjadi Orangtua (7480)
- Tujuan: Membantu klien dan keluarga mempersiapkan diri menjadi orangtua yang efektif
- Aktivitas:
a. Identifikasi pengetahuan, keyakinan, dan kemampuan klien dalam merawat anak/anggota keluarga yang sakit
b. Berikan informasi tentang peran dan tanggung jawab sebagai orangtua
c. Bantu klien mengembangkan keterampilan merawat anak/anggota keluarga yang sakit
d. Dorong klien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
e. Identifikasi sumber dukungan yang tersedia bagi klien dan keluarga
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan klien
2. Dukungan Emosional (5270)
- Tujuan: Membantu klien dan keluarga mengatasi stres dan kecemasan terkait peran sebagai orangtua
- Aktivitas:
a. Dengarkan dan validasi perasaan klien
b. Bantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif
c. Dorong klien untuk mengekspresikan emosi secara aman
d. Berikan pujian atas upaya yang dilakukan klien
e. Libatkan keluarga dan significant others dalam memberikan dukungan emosional
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan klien dan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, sehingga dapat memberikan perawatan yang efektif dan meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga yang sakit. -
Article No. 14813 | 26 Mar 2025
Klinis : Nn. S berusia 19 tahun datang ke Poliklinik RS didampingi oleh orang tuanya karena akan melakukan kontrol pada bekas luka apendektomi yang dilakukan 3 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian Nn. S mengeluh nyeri pada luka operasinya, wajah tampak meringis serta perban tampak lembab. Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, frekuensi pernafasan 23 kali/menit, suhu 37,4oC, dan skala nyeri 6. Perawat melakukan anamnesa tentang bagaimana aktivitas sehari-hari Nn.S yang bisa berdampak pada penyembuhan operasinya. Nn S menyampaikan tidak mengikuti discharge planning yang disampaikan saat meninggalkan RS seperti asupan nutrisi dan aktivitas yang dianjurkan. Selain itu perawat juga melakukan allo anamnesa pada keluarga klien untuk memvalidasi jawaban dari Nn.S. Perawat melakukan pengkajian pada luka Nn.S dan hasil observasi yaitu terdapat nanah dan rubor pada sekitar bekas luka dengan panjang ±5 cm. Perawat akan melakukan perawatan luka Nn.S. Selanjutnya perawat berkolaborasi dengan dokter terkait pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien dan melakukan pemberian tatalaksana yang tepat pada klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Nn. S:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (IASP, 1994).
Penyebab: Proses penyembuhan luka operasi.
Gejala dan tanda mayor: Klien mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 106 kali/menit, skala nyeri 6.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor risiko: Perawatan luka operasi yang tidak sesuai discharge planning, tampak nanah dan rubor pada luka.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Klien melaporkan nyeri terkontrol.
- Klien menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Risiko Infeksi
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
- Luka operasi memperlihatkan penyembuhan yang progresif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan obat analgesik sesuai kerja sama dengan dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri.
2. Risiko Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
- Ajarkan Nn. S dan keluarga tentang perawatan luka yang benar sesuai discharge planning.
- Evaluasi perkembangan penyembuhan luka.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dan "Risiko Infeksi" sesuai dengan kondisi Nn. S yang mengeluh nyeri pada luka operasi dan adanya tanda-tanda infeksi, seperti nanah dan rubor. Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, dan luka operasi memperlihatkan penyembuhan yang progresif. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, perawatan luka secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi perawatan luka yang benar pada Nn. S dan keluarga. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi Nn. S.