Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12886 | 25 Feb 2025
Klinis : Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pengambilan spesimen darah pada pasien adalah "Risiko Cedera". Pengambilan spesimen darah merupakan tindakan invasif yang dapat menyebabkan risiko cedera pada pasien, seperti perdarahan, hematoma, atau infeksi. Diagnosa ini mencerminkan adanya potensi masalah kesehatan yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan risiko cedera terkait pengambilan spesimen darah, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Integritas Jaringan Tidak Terganggu: Pasien tidak mengalami perdarahan, hematoma, atau infeksi pada area pengambilan spesimen darah.
b. Bebas Nyeri: Pasien tidak merasakan nyeri atau ketidaknyamanan yang signifikan selama dan setelah pengambilan spesimen darah.
c. Pemulihan Cedera Tepat Waktu: Pasien menunjukkan penyembuhan yang normal pada area pengambilan spesimen darah tanpa adanya komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi:
a. Identifikasi Risiko: Melakukan pengkajian menyeluruh terhadap kondisi pasien, riwayat medis, dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera selama pengambilan spesimen darah.
b. Persiapan Prosedur: Memastikan peralatan dan lingkungan steril, memberikan penjelasan prosedur kepada pasien, dan memastikan posisi pasien yang aman dan nyaman.
c. Teknik Pengambilan Darah yang Tepat: Menerapkan teknik pengambilan spesimen darah yang sesuai dengan prosedur, memperhatikan kondisi pembuluh darah, dan meminimalkan trauma pada area pengambilan.
d. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan keadaan pasien selama dan setelah pengambilan spesimen darah, serta melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur pengambilan spesimen darah, tanda-tanda komplikasi, dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga integritas jaringan, kebebasan dari nyeri, dan pemulihan cedera tepat waktu dapat tercapai pada pasien. -
Article No. 12887 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang diminta terkait kasus ini.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan:
a. Untuk menghitung jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menitnya, dengan menggunakan infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Volume cairan dalam satu flabot NaCl 0,9% adalah 500 ml.
- Cairan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam.
- Maka, laju tetesan yang harus diatur perawat adalah:
Laju tetesan = Volume cairan / Waktu = 500 ml / 8 jam = 62,5 ml/jam
- Dengan infus set mikrodrip (faktor tetes 60), maka jumlah tetesan per menit adalah:
Tetesan per menit = Laju tetesan x Faktor tetes = 62,5 ml/jam x 60 tetes/ml = 375 tetes/menit
b. Untuk menghitung kebutuhan cairan per 24 jam berdasarkan berat badan anak (12 kg), dalam kondisi normal (terapi nutrisi), maka perhitungannya adalah:
- Kebutuhan cairan per 24 jam = 100 ml/kg/hari x 12 kg = 1200 ml/hari
Jika anak mengalami peningkatan suhu menjadi 38,9°C, maka kebutuhan cairan meningkat. Perhitungannya adalah:
- Kebutuhan cairan per 24 jam = (100 ml/kg/hari + 10 ml/kg/hari) x 12 kg = 1320 ml/hari
SOP tindakan mengatur tetesan infus:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan, termasuk infus set mikrodrip.
2. Pastikan cairan infus, volume, dan waktu pemberian sudah sesuai dengan perhitungan.
3. Atur kecepatan tetesan infus sesuai perhitungan yang telah dilakukan:
- Cairan 500 ml harus habis dalam 8 jam, maka laju tetesan = 62,5 ml/jam.
- Dengan infus set mikrodrip (faktor tetes 60), maka tetesan per menit = 375 tetes/menit.
4. Lakukan pemantauan tetesan infus secara kontinu dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
5. Catat semua tindakan dan hasil pemantauan dalam rekam medis pasien.
Praktikkan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam waktu 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab. -
Article No. 12888 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 60? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kekurangan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu rentan mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Keseimbangan Cairan Terpelihara, yang ditandai dengan parameter-parameter seperti denyut nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran, berat badan, dan lain-lain dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, respirasi)
2. Hitung kebutuhan cairan per hari berdasarkan berat badan
3. Atur pemberian cairan infus sesuai kebutuhan
4. Observasi tanda-tanda dehidrasi
5. Kolaborasi pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai kondisi
a. Hitungan Tetesan Infus:
Diketahui:
- Volume cairan dalam flabot NaCl 0,9% adalah 500 ml
- Waktu infus harus habis dalam 8 jam
- Faktor tetes infus set mikrodrip adalah 60 tetes/mL
Rumus:
Jumlah tetesan/menit = (Volume cairan / Waktu infus) x Faktor tetes
= (500 ml / 8 jam) x 60 tetes/mL
= 37,5 tetes/menit
b. Kebutuhan Cairan Normal:
Kebutuhan cairan per 24 jam = 100 ml/kgBB/hari
= 100 ml/kg x 12 kg
= 1200 ml/hari
Kebutuhan Cairan saat Peningkatan Suhu:
Kebutuhan cairan tambahan = 10-15% dari kebutuhan normal per setiap kenaikan suhu 1°C di atas 37°C
Kenaikan suhu = 38,9°C - 37°C = 1,9°C
Kebutuhan cairan tambahan = 15% x 1200 ml/hari x 1,9
= 342 ml/hari
Jadi, total kebutuhan cairan anak = 1200 ml/hari + 342 ml/hari = 1542 ml/hari
SOP Mengatur Tetesan Infus:
1. Persiapkan alat (infus set mikrodrip, cairan infus, stand infus, handscoen, masker)
2. Cuci tangan sesuai 6 langkah
3. Pasang tiang infus dan gantung cairan infus
4. Buka kemasan infus set dan pasang ke botol cairan infus
5. Atur kecepatan tetesan infus sesuai perhitungan (37,5 tetes/menit)
6. Amati tetesan infus selama 1 menit 30 detik, pastikan tetesan sesuai
7. Lakukan pencatatan dan dokumentasi
8. Evaluasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
9. Cuci tangan kembali setelah selesai. -
Article No. 12889 | 25 Feb 2025
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Nausea:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Penyebab mual dapat berupa faktor fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Mual: Kemampuan individu untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Kenyamanan: Perasaan sejahtera, bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Manajemen Kenyamanan: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menciptakan perasaan sejahtera, bebas dari rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemahaman komprehensif terhadap SDKI, SLKI, dan SIKI dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Dengan menggunakan standar ini, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan tujuan perawatan, dan mengimplementasikan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas perawatan, tetapi juga memastikan konsistensi dan keamanan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 12890 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 607? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan muntah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi asupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi Cairan Tubuh Membaik: Tercapainya keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan: Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
2. Pemantauan Cairan: Pengumpulan dan analisis data terkait asupan dan pengeluaran cairan untuk mengevaluasi status hidrasi.
a. Perhitungan Tetesan Infus:
Rumus: Kecepatan Tetesan (tetes/menit) = Volume Cairan (mL) / Waktu Infus (menit) x Faktor Tetes Infus Set (tetes/mL)
Kecepatan Tetesan = 500 mL / 480 menit x 60 tetes/mL = 62,5 tetes/menit
b. Kebutuhan Cairan per 24 jam:
Kebutuhan Cairan = 100 mL/kgBB/hari
Kebutuhan Cairan = 100 mL/kg x 12 kg = 1200 mL/hari
Jika Suhu Meningkat:
Kebutuhan Cairan Tambahan = 10-15% dari Kebutuhan Cairan Dasar
Kebutuhan Cairan Tambahan = 1200 mL x 15% = 180 mL/hari
Total Kebutuhan Cairan = 1200 mL + 180 mL = 1380 mL/hari
SOP Mengatur Tetesan Infus:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Periksa kembali identitas pasien dan jenis cairan yang akan diberikan.
3. Periksa kemasan cairan dan persiapkan alat infus.
4. Pasang infus set pada kemasan cairan.
5. Atur tetesan infus sesuai perhitungan, yaitu 62,5 tetes/menit.
6. Amati tetesan infus dan lakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien.
7. Catat jumlah cairan yang telah diberikan dan dokumentasikan.
8. Cuci tangan kembali setelah selesai.
Praktikum Pengaturan Tetesan Infus:
Mahasiswa mempraktikkan pengaturan tetesan infus sesuai dengan kasus, yaitu 62,5 tetes/menit, dalam waktu 1 menit 30 detik/15 detik di bawah bimbingan dosen. -
Article No. 12891 | 25 Feb 2025
Klinis : Kasus 16: Laporan logbook praktikum individu Scorang anak perempuan, umur 3 tahun masuk ruang perawatan karena muntah sebanyak 5 kali dan mendapatkan krapi sairan parenteral NaCl 0,9%. Diketahui BB anak 12 kg. Dalam satu flabot NaCl 0,9% berisi sairan 500 ml'ec dan saitan tersebut harus habis dalam waktu 8 jam. Pertanyaan: a. Hitunglah berapa jumlah tetesan yang diatur perawat dalam setiap menimya (infus set mikrodrip dengan faktor tetes 607? b. Dalam kondisi normal (terapi numatan), hitunglah berapa kebutuhan caitan per 24 jam berdasarkan berat badan anak tersebut? Jika didapati anak mengalami peningkatan subu, dengan hasil pengukuran S 38,9°C, hitunglah berapa kebutuhan cairan anak tersebut? Tuliskan SOP tindakan mengatur tetesan infus, praktikan pengaturan tetesan infus sesuai kasus anak tersebut dalam 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum lab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebihan, ditandai dengan kulit kering, turgor kulit menurun, dan urin berwarna gelap.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, ditandai dengan suhu tubuh 38,9°C.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator: Volume cairan yang adekuat, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan urin berwarna terang.
2. Suhu Tubuh
- Indikator: Suhu tubuh dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan.
- Hitung kebutuhan cairan berdasarkan berat badan anak.
- Atur laju infus sesuai kebutuhan cairan anak.
- Observasi tanda-tanda dehidrasi dan komplikasi.
2. Manajemen Demam
- Pantau suhu tubuh anak.
- Berikan intervensi penurunan panas, seperti kompres hangat, pemberian antipiretik.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam menurunkan suhu tubuh.
Penjelasan rinci:
a. Hitungan laju tetesan infus:
- Diketahui:
- Volume infus 500 ml
- Waktu habis infus 8 jam
- Faktor tetes 60 tetes/ml (mikrodrip)
- Perhitungan:
- Laju tetesan = Volume infus / Waktu habis infus
- Laju tetesan = 500 ml / 8 jam = 62,5 ml/jam
- Laju tetesan dalam tetes/menit = (62,5 ml/jam) x (60 tetes/ml) / 60 menit = 62,5 tetes/menit
b. Kebutuhan cairan per 24 jam:
- Kebutuhan cairan normal = 100 ml/kgBB/hari
- Kebutuhan cairan anak 12 kg = 100 ml/kgBB/hari x 12 kg = 1200 ml/hari
- Jika anak mengalami peningkatan suhu (38,9°C), kebutuhan cairan meningkat 10-15%, maka:
- Kebutuhan cairan = 1200 ml/hari + (10% x 1200 ml/hari) = 1320 ml/hari
SOP Mengatur Tetesan Infus:
1. Persiapkan alat dan bahan: infus set mikrodrip, larutan infus, tempat infus, dan stopwatch.
2. Cuci tangan sesuai prosedur.
3. Buka kemasan infus set, pasang ke kantong infus, dan isi set dengan larutan infus.
4. Pasang infus set ke vena anak.
5. Atur laju tetesan infus sesuai perhitungan: 62,5 tetes/menit.
6. Catat waktu mulai dan observasi laju tetesan selama 1 menit 30 detik.
7. Evaluasi dan sesuaikan laju tetesan jika diperlukan.
8. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan.
Praktik Pengaturan Tetesan Infus:
Praktikan pengaturan tetesan infus selama 1 menit 30 detik/15 detik saat bimbingan praktikum laboratorium. Amati dan sesuaikan laju tetesan infus agar sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan. -
Article No. 12892 | 25 Feb 2025
Klinis : Tuan A datang ke UGD dengan mengeluh demam kurang lebih 2 minggu naik turun batuk, pilek, dan mual setelah diperiksa TD =110/80 mmHg, n=88×/menit, Rr=20×/menit, s=36°c tentukan diagnosanya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh Tuan A, diagnosis yang dapat diberikan adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J11.1
- Deskripsi: Influenza dengan gejala pernapasan lain, virus tidak diidentifikasi
Penjelasan:
- Tuan A datang dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan mual, yang merupakan gejala-gejala umum dari infeksi virus influenza.
- Kode J11.1 digunakan untuk menggambarkan influenza dengan gejala pernapasan lain, di mana virus penyebab tidak dapat diidentifikasi.
- Influenza adalah penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza, yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan gejala lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini.
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam informasi yang diberikan.
Berdasarkan tanda vital yang diukur, Tuan A memiliki tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88 kali per menit, dan laju pernapasan 20 kali per menit, serta suhu tubuh 36°C. Temuan ini tidak menunjukkan adanya kelainan yang signifikan dan mendukung diagnosis influenza tanpa komplikasi. -
Article No. 12893 | 25 Feb 2025
Klinis : buatlah diagnosa tentang hamil aterm dengan impartu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk kondisi hamil aterm dengan impartu:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hamil aterm dengan impartu adalah: Risiko Komplikasi Persalinan Terkait Persalinan Lama. Pasien dengan kondisi hamil aterm dan impartu (tidak ada kemajuan persalinan) memiliki risiko untuk mengalami komplikasi selama proses persalinan, seperti dehidrasi, infeksi, perdarahan, serta dapat berdampak pada kondisi bayi yang dilahirkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Toleransi Terhadap Aktivitas: Pasien dapat mentoleransi aktivitas persalinan dengan durasi yang sesuai.
b. Perfusi Jaringan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat selama persalinan.
c. Pencegahan Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi selama proses persalinan.
d. Pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami proses persalinan dan strategi manajemen komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan:
a. Manajemen Aktivitas: Mengatur aktivitas persalinan sesuai dengan kemajuan yang dicapai, memantau tanda-tanda vital, serta mengidentifikasi komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Manajemen Cairan: Mempertahankan keseimbangan cairan, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang selama persalinan, serta memantau intake dan output cairan.
c. Manajemen Nyeri: Menilai tingkat nyeri pasien, memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta mengajarkan teknik relaksasi.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai proses persalinan, kemajuan yang diharapkan, serta strategi pencegahan dan penanganan komplikasi.
e. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter obstetri dan ginekologi, untuk mengelola komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu toleransi terhadap aktivitas persalinan, perfusi jaringan yang adekuat, pencegahan komplikasi, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga. -
Article No. 12894 | 25 Feb 2025
Klinis : Ny. A, 45 tahun, datang ke Poli Endokrin dengan keluhan sering merasa lelah, sulit berkonsentrasi, dan merasa kedinginan meskipun di ruangan hangat. Ia juga mengalami peningkatan berat badan yang tidak wajar dalam 6 bulan terakhir, meskipun pola makannya tidak berubah. Pasien juga mengeluhkan sembelit, kulitnya tampak kering dan kasar, serta rambutnya mulai menipis. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa ia pernah didiagnosis dengan penyakit Hashimoto tetapi tidak rutin memeriksakan diri. Hasil pemeriksaan menunjukkan denyut jantung 58x/menit (bradikardia), tekanan darah 110/70 mmHg, wajah tampak sembab, dan refleks tendon dalam melambat. Hasil laboratorium menunjukkan TSH tinggi dan T3/T4 rendah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. A memiliki gejala-gejala yang mengarah pada kondisi hipotiroidisme. Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta pengkodean SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien:
1. Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Metabolisme
2. Penjelasan Singkat:
Pasien Ny. A mengalami penurunan fungsi kelenjar tiroid, ditandai dengan gejala-gejala seperti sering merasa lelah, sulit berkonsentrasi, merasa kedinginan, peningkatan berat badan, sembelit, kulit kering dan kasar, serta rambut menipis. Hasil pemeriksaan menunjukkan bradikardia, tekanan darah rendah, refleks tendon dalam melambat, serta hasil laboratorium dengan TSH tinggi dan T3/T4 rendah. Kondisi ini mengarah pada hipotiroidisme.
3. Pengkodean SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 10021
- Nama Diagnosis: Penurunan Metabolisme
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 10019
- Nama Luaran: Keseimbangan Hormon Tiroid
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 10099
- Nama Intervensi: Manajemen Hipotiroidisme
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat dapat melakukan intervensi seperti monitor tanda-tanda vital, monitor hasil laboratorium, edukasi terkait penyakit hipotiroidisme, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk penatalaksanaan optimal. -
Article No. 12895 | 25 Feb 2025
Klinis : Ny. A, 45 tahun, datang ke Poli Endokrin dengan keluhan sering merasa lelah, sulit berkonsentrasi, dan merasa kedinginan meskipun di ruangan hangat. Ia juga mengalami peningkatan berat badan yang tidak wajar dalam 6 bulan terakhir, meskipun pola makannya tidak berubah. Pasien juga mengeluhkan sembelit, kulitnya tampak kering dan kasar, serta rambutnya mulai menipis. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa ia pernah didiagnosis dengan penyakit Hashimoto tetapi tidak rutin memeriksakan diri. Hasil pemeriksaan menunjukkan denyut jantung 58x/menit (bradikardia), tekanan darah 110/70 mmHg, wajah tampak sembab, dan refleks tendon dalam melambat. Hasil laboratorium menunjukkan TSH tinggi dan T3/T4 rendah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. A:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan metabolisme sebagai akibat dari hipotiroidisme.
Penjelasan: Ny. A mengalami peningkatan berat badan yang tidak wajar dalam 6 bulan terakhir meskipun pola makannya tidak berubah. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan metabolisme yang terjadi akibat hipotiroidisme.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sebagai akibat dari hipotiroidisme.
Penjelasan: Ny. A mengeluhkan sering merasa lelah dan sulit berkonsentrasi, yang dapat disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh akibat hipotiroidisme.
3. Perubahan Persepsi Sensori: Suhu Tubuh berhubungan dengan penurunan suhu tubuh sebagai akibat dari hipotiroidisme.
Penjelasan: Ny. A mengeluhkan merasa kedinginan meskipun di ruangan hangat, yang dapat disebabkan oleh penurunan suhu tubuh akibat hipotiroidisme.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
3. Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Beri edukasi tentang pola makan yang seimbang dan mempertahankan berat badan ideal
- Monitor asupan dan output cairan pasien
2. Manajemen Energi
- Kaji tingkat kelelahan pasien
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pengaturan istirahat dan aktivitas
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara bertahap
3. Manajemen Termoregulasi
- Kaji suhu tubuh pasien secara berkala
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan suhu yang sesuai
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan suhu tubuh, seperti penggunaan pakaian hangat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi pengganti hormon tiroid yang sesuai
Penjelasan di atas disusun dengan tone akademis, persona pakar, dan dari sudut pandang perawat, dengan memberikan rincian yang jelas dan komprehensif untuk setiap poin yang diminta.