Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14864 | 27 Mar 2025
Klinis : Gangguan Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipertensi pulmonal dan disfungsi miokard no kode diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Kode Diagnosa: 00029 - Penurunan Curah Jantung
Definisi: Kondisi di mana jantung gagal memompa volume darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Karakteristik Definisi:
1. Dispnea saat istirahat atau aktivitas
2. Edema perifer
3. Fatigue
4. Oliguri
5. Peningkatan tekanan darah pulmonal
6. Penurunan toleransi aktivitas
7. Takikardi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kode Luaran: 0401 - Perfusi Jaringan Kardiovaskular
- Indikator:
a. Tekanan darah pulmonal berkurang
b. Curah jantung meningkat
c. Frekuensi nadi dalam batas normal
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Kode Luaran: 0407 - Toleransi Aktivitas
- Indikator:
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dispnea
b. Mampu melakukan aktivitas fisik sesuai toleransi
c. Melaporkan peningkatan energi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kode Intervensi: 3100 - Manajemen Kardiovaskular
- Aktivitas:
a. Kaji tanda-tanda vital dan hemodinamik pasien secara berkala
b. Pantau volume dan keseimbangan cairan
c. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular
2. Kode Intervensi: 4310 - Manajemen Aktivitas
- Aktivitas:
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
b. Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai toleransi
c. Latih pasien teknik pengaturan napas saat aktivitas
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Penurunan Curah Jantung merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan, yaitu gangguan penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertensi pulmonal dan disfungsi miokard.
- Karakteristik definisi dari diagnosa ini mencakup tanda-tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien dengan gangguan penurunan curah jantung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Perfusi Jaringan Kardiovaskular dan Toleransi Aktivitas merupakan luaran yang diharapkan untuk mengatasi kondisi penurunan curah jantung.
- Indikator-indikator pada kedua luaran tersebut mencerminkan perbaikan kondisi kardiovaskular dan peningkatan kemampuan pasien dalam beraktivitas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen Kardiovaskular bertujuan untuk memantau dan mengelola kondisi kardiovaskular pasien, termasuk tanda-tanda vital, hemodinamik, dan pemberian terapi.
- Manajemen Aktivitas bertujuan untuk membantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya, serta mengajarkan teknik-teknik yang dapat membantu meningkatkan toleransi aktivitas.
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk mengatasi penurunan curah jantung, meningkatkan perfusi jaringan kardiovaskular, dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien, sehingga dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan secara komprehensif. -
Article No. 14865 | 27 Mar 2025
Klinis : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen no kode diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi Intoleransi Aktivitas dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Kode Diagnosa: 00092
Nama Diagnosa: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan di tempat tinggal atau di masyarakat.
Penyebab yang Berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gejala dan Tanda Klinik:
- Penurunan toleransi terhadap aktivitas
- Kelelahan yang tidak proporsional dengan aktivitas
- Sesak napas, denyut jantung cepat, atau tekanan darah tidak stabil selama aktivitas
- Rasa lemah atau lesu selama atau setelah aktivitas
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Indikator:
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
b. Mampu menjaga denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas dalam batas normal selama aktivitas
c. Melaporkan peningkatan stamina selama aktivitas
2. Manajemen Energi
- Definisi: Kemampuan untuk mengatur penggunaan energi secara efektif.
- Indikator:
a. Mampu merencanakan dan menjadwalkan aktivitas untuk mengkonservasi energi
b. Mampu mengidentifikasi aktivitas yang membutuhkan banyak energi dan menghindarinya
c. Mampu beristirahat dan memulihkan energi setelah aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Definisi: Membantu klien untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas fisik.
- Tindakan:
a. Identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan klien tanpa kelelahan berlebih
b. Bantu klien menyusun jadwal aktivitas yang seimbang dengan waktu istirahat
c. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas dan setelahnya
d. Berikan edukasi tentang pentingnya manajemen energi untuk mencegah kelelahan
2. Manajemen Energi
- Definisi: Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menggunakan energi secara efektif.
- Tindakan:
a. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang membutuhkan banyak energi
b. Ajarkan teknik konservasi energi, seperti menghemat langkah, menggunakan alat bantu, dan menjadwalkan aktivitas
c. Dorong klien untuk beristirahat sebelum dan setelah aktivitas yang melelahkan
d. Anjurkan klien untuk makan makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan energi
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan klien dengan Intoleransi Aktivitas dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya, mengelola energi secara efektif, dan mencegah kelelahan yang berlebihan sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 14866 | 27 Mar 2025
Klinis : Risiko Infeksi berhubungan dengan imunosupresi sekunder akibat hipoksia atau malnutrisi no kode diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko Infeksi berhubungan dengan imunosupresi sekunder akibat hipoksia atau malnutrisi" adalah Risiko Infeksi (Kode: 00004).
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan".
Ciri-ciri mayor diagnosa ini adalah:
1. Adanya paparan terhadap patogen.
2. Penurunan pertahanan tubuh.
3. Kerusakan pertahanan tubuh.
Faktor-faktor yang berhubungan pada kasus ini adalah imunosupresi sekunder akibat hipoksia atau malnutrisi.
Luaran/Output SLKI:
Luaran Keperawatan yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
1. Kontrol Infeksi (Kode: 1924)
Definisi: Bebas dari atau mampu mengendalikan infeksi.
Kriteria Hasil:
a. Tidak terjadi infeksi baru.
b. Laju penyembuhan luka yang adekuat.
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
d. Pemeriksaan diagnostik dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran Kontrol Infeksi adalah:
1. Manajemen Infeksi (Kode: 6550)
Definisi: Memfasilitasi penyembuhan dan mencegah penyebaran infeksi.
Aktivitas Keperawatan:
a. Identifikasi faktor risiko infeksi (imunosupresi, hipoksia, malnutrisi).
b. Pantau tanda dan gejala infeksi.
c. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik, antivirus, atau antifungal sesuai indikasi.
d. Promosikan perawatan luka yang baik.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi yang adekuat.
g. Kolaborasi dengan ahli respirasi untuk mengatasi hipoksia.
2. Peningkatan Imunitas (Kode: 5320)
Definisi: Meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Aktivitas Keperawatan:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi sistem imun.
b. Pantau status imunologis pasien.
c. Kolaborasi pemberian terapi imunomodulator sesuai indikasi.
d. Dorong istirahat yang cukup.
e. Fasilitasi asupan nutrisi yang adekuat.
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres.
Penjelasan secara rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam merencanakan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk mengatasi Risiko Infeksi pada pasien dengan imunosupresi sekunder akibat hipoksia atau malnutrisi. -
Article No. 14867 | 27 Mar 2025
Klinis : Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Hipermetabolisme akibat beban kerja jantung berlebih no kode diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan informasi rinci terkait kondisi yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Hipermetabolisme akibat beban kerja jantung berlebih" adalah Intoleransi Aktivitas (kode: 00092). Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari akibat adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Kondisi ini disebabkan oleh beban kerja jantung yang berlebih, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan terkait hipermetabolisme.
Luaran/Output Keperawatan (SLKI):
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan adalah Toleransi Aktivitas (kode: 00005). Toleransi Aktivitas didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur Toleransi Aktivitas antara lain:
1. Kemampuan melakukan aktivitas rutin sehari-hari
2. Tingkat kelelahan saat dan setelah beraktivitas
3. Tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas
4. Kemampuan beradaptasi dengan aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Toleransi Aktivitas adalah:
1. Manajemen Aktivitas (kode: 0200)
- Tujuan: Membantu pasien untuk menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat untuk mempertahankan toleransi aktivitas.
- Intervensi: Identifikasi kemampuan aktivitas pasien, atur jadwal aktivitas dan istirahat, berikan pelatihan teknik untuk menghemat energi, dan monitor tanda-tanda vital selama aktivitas.
2. Manajemen Energi (kode: 0180)
- Tujuan: Membantu pasien untuk mengatur penggunaan energi agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Intervensi: Identifikasi sumber dan kebutuhan energi pasien, bantu pasien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat, ajarkan teknik penghematan energi, dan monitor respons fisiologis pasien selama aktivitas.
3. Manajemen Jantung Gagal (kode: 4040)
- Tujuan: Membantu pasien untuk mengoptimalkan fungsi jantung dan mengurangi beban kerja jantung.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda gagal jantung, berikan edukasi terkait manajemen gejala, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian intervensi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Toleransi Aktivitas yang optimal dan mengatasi gangguan pertumbuhan serta perkembangan akibat hipermetabolisme. -
Article No. 14868 | 27 Mar 2025
Klinis : implementasi dan evaluasi terkait diagnosa pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas satu per satu.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pola nafas tidak efektif:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, atau kondisi penyakit paru lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), beberapa luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan pola nafas tidak efektif antara lain:
1. Pola Napas: Tercapainya pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas, kedalaman napas, dan penggunaan otot bantu napas yang normal.
2. Status Respirasi: Tercapainya status respirasi yang stabil, dengan tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan.
3. Perfusi Jaringan: Tercapainya perfusi jaringan yang adekuat, dengan tidak adanya tanda-tanda hipoksia atau sianosis.
4. Kenyamanan: Tercapainya kenyamanan pasien terkait proses pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan pola nafas tidak efektif antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan dan tanda-tanda distres pernapasan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Ajarkan pasien teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
- Berikan alat bantu pernapasan jika diperlukan
3. Manajemen Rasa Tidak Nyaman
- Kaji nyeri atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien
- Berikan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman, seperti pemberian analgesik atau teknik relaksasi
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga terkait pola napas tidak efektif, penyebab, dan penanganannya
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan pernapasan yang efektif
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, memantau respon pasien terhadap intervensi, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 14869 | 27 Mar 2025
Klinis : dada terasa sakit dan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dada terasa sakit dan sesak nafas.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mengekspirasikan udara secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Dyspnea (sesak napas)
- Penggunaan otot bantu napas
- Perubahan irama napas
- Perubahan kedalaman napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola napas yang efektif
- Distres pernapasan yang terkontrol
- Kemampuan pernapasan yang memadai
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Pengaturan posisi
- Oksigenasi
- Manajemen nyeri
- Manajemen kecemasan
Penjelasan Singkat:
Kondisi dada terasa sakit dan sesak napas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pernafasan, masalah kardiovaskular, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk bernafas secara adekuat, yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan mencakup manajemen jalan napas, pemberian oksigen, manajemen nyeri, dan penanganan kecemasan, serta pengaturan posisi yang nyaman.
Tujuan utama asuhan keperawatan pada kondisi ini adalah untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif, mengurangi distres pernapasan, dan memastikan kemampuan pernapasan yang memadai. Evaluasi yang berkelanjutan dan penyesuaian intervensi berdasarkan respons pasien merupakan hal yang penting dalam proses keperawatan. -
Article No. 14870 | 27 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya batuk produktif, suara napas bronkial, dan sesak napas.
- Penyebabnya adalah adanya lesi di paru yang menyebabkan sumbatan jalan napas.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Ditandai dengan hilangnya nafsu makan.
- Penyebabnya adalah penyakit tuberkulosis paru yang menyebabkan anoreksia.
3. Hipertermia
- Ditandai dengan adanya demam.
- Penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis paru.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Mengacu pada klasifikasi diagnosa keperawatan yang diakui secara nasional.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan menegakkan diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mengacu pada klasifikasi luaran keperawatan yang diakui secara nasional.
- Membantu perawat dalam merumuskan dan menetapkan tujuan serta hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Mengacu pada klasifikasi intervensi keperawatan yang diakui secara nasional.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14871 | 27 Mar 2025
Klinis : pasien 65 tahun datang dengan keluhan mual muntah tekanan darah 165/88mmHg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu mual, muntah, dan tekanan darah 165/88 mmHg, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Mual (NAUSE): Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (IPTJ): Penurunan aliran darah ke otak yang dapat disebabkan oleh hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mual (NAUSE):
- Pasien melaporkan mual berkurang.
- Pasien tidak muntah.
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (IPTJ):
- Pasien melaporkan tidak ada gejala penurunan perfusi serebral (misalnya sakit kepala, pusing, atau kebingungan).
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal (tekanan darah 120-130/80-85 mmHg).
- Pasien menunjukkan fungsi kognitif yang baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Mual (NAUSE):
- Identifikasi penyebab mual (misalnya efek samping obat, gangguan pencernaan, atau dehidrasi).
- Berikan terapi anti-mual sesuai resep dokter.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengurangi mual (misalnya makanan ringan, air hangat).
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya pernapasan dalam) untuk mengatasi mual.
- Pantau tanda-tanda vital dan gejala mual secara berkala.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (IPTJ):
- Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah, secara teratur.
- Berikan terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah tinggi sesuai resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu menurunkan tekanan darah.
- Dorong pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah (misalnya sayuran, buah-buahan, dan air).
- Pantau fungsi kognitif pasien dan lakukan intervensi untuk meningkatkan perfusi serebral jika diperlukan (misalnya stimulasi mental, terapi orientasi realitas).
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan pemantauan yang ketat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mual dan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang teratasi. -
Article No. 14872 | 27 Mar 2025
Klinis : BAB cair lebih 10x
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi BAB cair lebih dari 10 kali.
Diagnosa Keperawatan:
Diare
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Gejala utamanya adalah frekuensi BAB yang meningkat dengan konsistensi cair atau lembek.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan diare adalah:
a. Pola eliminasi kembali normal
b. Tidak terjadi dehidrasi
c. Tidak terjadi komplikasi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk pasien dengan diare meliputi:
a. Manajemen cairan dan elektrolit
b. Manajemen nutrisi
c. Manajemen eliminasi
d. Manajemen kenyamanan
e. Edukasi terkait penyebab, pencegahan, dan perawatan diare
Dengan adanya standar tersebut, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi diare pada pasien. -
Article No. 14873 | 27 Mar 2025
Klinis : Resiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Risiko Defisit Nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai keadaan berisiko mengalami penurunan asupan nutrisi dibanding kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan/atau gangguan fungsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Risiko Defisit Nutrisi adalah pasien dapat mempertahankan status gizi yang adekuat, ditandai dengan tidak terjadi penurunan berat badan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan tidak ada keluhan terkait defisit nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Defisit Nutrisi meliputi:
1. Pengkajian status nutrisi.
2. Edukasi tentang kebutuhan nutrisi dan pola makan yang sehat.
3. Monitoring asupan dan output nutrisi.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan dan evaluasi rencana diet.
5. Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
6. Fasilitasi akses nutrisi, seperti membantu menyiapkan makanan atau mengatur jadwal makan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan.