Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19409 | 08 Jul 2025
Klinis : batuk berdahak dan batuk jadi tidak efektif karena ada luka post op cholelithiasis yg bisa batuk itu menyebabkan nyeri ke luka post opnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (NANDA-I Code: 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Code: 03001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
3. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI Code: 03001)
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
4. Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 03001)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Kondisi batuk berdahak dan batuk tidak efektif pada pasien post op cholelithiasis dapat menyebabkan nyeri pada luka operasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Berdasarkan SDKI, masalah ini dapat diidentifikasi sebagai Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Tujuan yang ingin dicapai adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, sesuai dengan SLKI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, sesuai dengan SIKI, untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
Perawat harus melakukan tindakan-tindakan seperti mengajarkan teknik batuk efektif, memfasilitasi drainase sekret, dan memantau status pernapasan pasien untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 19410 | 08 Jul 2025
Klinis : disentri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis disentri, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.43
- Deskripsi: Kolektomi total, dengan atau tanpa ileostomi atau rekonstruksi lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 adalah kode diagnosis untuk disentri, yang merupakan jenis diare infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam organisme patogen, seperti bakteri, virus, atau parasit. Disentri ditandai dengan adanya diare yang disertai dengan darah atau lendir dalam tinja.
2. Kode ICD-9-CM 45.43 adalah kode prosedur untuk kolektomi total, yang merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat seluruh kolon (usus besar) sebagai salah satu pilihan terapi untuk kondisi disentri yang parah atau komplikasi lainnya, seperti megakolon toksik atau perforasi usus. Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
Dalam menangani kasus disentri, langkah-langkah diagnostik dan terapeutik yang dapat dilakukan oleh dokter atau perekam medis meliputi:
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis.
- Pemeriksaan laboratorium, seperti analisis tinja untuk mengidentifikasi patogen penyebab.
- Pemberian terapi rehidrasi dan elektrolit jika terjadi dehidrasi.
- Pemberian antibiotik atau antiparasit sesuai dengan penyebab infeksi.
- Tindakan kolektomi total sebagai terapi definitif jika terjadi komplikasi yang mengancam jiwa.
- Pencatatan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dalam rekam medis pasien. -
Article No. 19411 | 08 Jul 2025
Klinis : angina pectoris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi angina pectoris, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20
- Deskripsi: Angina pectoris
Angina pectoris adalah kondisi di mana terjadi nyeri atau ketidaknyamanan di dada akibat berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Ini biasanya disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Kode ICD-10 I20 mencakup berbagai subtipe angina pectoris, seperti angina stabil, angina tidak stabil, angina prinzmetal, dan angina dengan spasme arteri koroner.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.0X, 00.66
- Deskripsi: Prosedur revaskularisasi miokard, seperti angioplasti koroner perkutan dan pemasangan stent.
Pada pasien dengan angina pectoris, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah prosedur revaskularisasi miokard, seperti angioplasti koroner perkutan (PCI) dan pemasangan stent. Kode ICD-9-CM 36.0X mencakup berbagai prosedur PCI, sedangkan kode 00.66 digunakan untuk pemasangan stent koroner.
Penanganan angina pectoris dapat melibatkan kombinasi terapi farmakologis, intervensi koroner, dan perubahan gaya hidup, bergantung pada keparahan dan faktor risiko pasien. Evaluasi yang komprehensif dan tatalaksana yang tepat sangat penting untuk mengelola kondisi ini secara efektif. -
Article No. 19412 | 08 Jul 2025
Klinis : korengan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dokter. Untuk kondisi "korengan", berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Dermatitis atopik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.0
- Deskripsi: Aplikasi atau pemberian obat atau bahan biologis topikal
Penjelasan:
- Kode ICD-10 L20.9 merupakan diagnosis untuk dermatitis atopik, yang mencakup kondisi "korengan". Dermatitis atopik adalah kondisi peradangan kulit kronis yang ditandai dengan ruam merah, gatal, dan kering.
- Kode ICD-9-CM 99.0 mencakup prosedur pemberian obat atau bahan biologis topikal, yang sering dilakukan dalam penanganan kondisi "korengan" atau dermatitis atopik. Prosedur ini dapat berupa pemberian krim, salep, atau lotion topikal untuk meredakan gejala dan membantu penyembuhan.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu, dokter. -
Article No. 19413 | 08 Jul 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan gatal, perih dan basah di selangkangan sudah satu minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda kemukakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu gatal, perih, dan basah di selangkangan selama satu minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Infeksi Kulit Perifer
Definisi: Kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh agen infeksi.
Karakteristik mayor: Adanya lesi kulit, gatal, dan kemerahan.
Karakteristik minor: Perubahan warna kulit, rasa terbakar/perih, dan drainase.
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami gejala-gejala infeksi kulit di area selangkangan, seperti gatal, perih, dan basah/drainase.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Integritas Kulit: Terkendali
Kriteria hasil:
1) Lesi kulit membaik
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi (gatal, perih, drainase)
3) Tidak ada perubahan warna kulit yang abnormal
4) Tidak ada rasa terbakar atau nyeri
Luaran ini sesuai karena bertujuan untuk mengembalikan integritas kulit pasien dan mengatasi tanda-tanda infeksi yang dialaminya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Infeksi
Tindakan:
1) Identifikasi tanda dan gejala infeksi kulit
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan penyebab infeksi dan pengobatan yang sesuai
3) Observasi tanda-tanda vital dan kondisi kulit secara berkala
4) Berikan perawatan kulit yang sesuai, seperti pembersihan area yang terkena, penggunaan obat topikal, dan perawatan luka jika diperlukan
5) Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan diri dan pencegahan infeksi
Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi infeksi kulit yang dialami pasien, melalui identifikasi penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemberian perawatan dan edukasi yang sesuai.
Dengan melakukan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi kulit di area selangkangan dan mencapai integritas kulit yang optimal. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19414 | 08 Jul 2025
Klinis : POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T15.9
- Deskripsi: Efek asing di mata, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.11
- Deskripsi: Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T15.9 (Efek asing di mata, tidak spesifik) digunakan untuk kondisi di mana suatu benda asing mengenai mata, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut tentang jenis atau lokasi benda asing tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 98.11 (Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan mata yang dilakukan setelah pasien dirujuk dan mata sudah merasa lebih baik. Ini merupakan tindakan rutin untuk memastikan kondisi mata sudah membaik.
Dalam kasus ini, pasien telah mendapatkan penanganan awal setelah terkena benda asing di mata dan sekarang merasa bahwa mata sudah "enakan". Oleh karena itu, kode ICD-10 T15.9 dan kode ICD-9-CM 98.11 dapat digunakan untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang telah dilakukan. -
Article No. 19415 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien yang mengalami hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tinggi (00904)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Kode: 00904
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan Darah Terkontrol (1904)
Definisi: Tekanan darah individu dalam rentang normal.
Kode: 1904
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertensi (6680)
Definisi: Membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi.
Kode: 6680
Penjelasan singkat:
Pasien dengan hipertensi membutuhkan pengelolaan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Diagnosa keperawatan "Manajemen Tekanan Darah Tinggi" menggambarkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal. Luaran yang diharapkan adalah "Tekanan Darah Terkontrol", yaitu tekanan darah individu berada dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Hipertensi", yaitu membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi. -
Article No. 19416 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada pasien yang mengalami hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini menggambarkan kondisi dimana terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah. Pasien dapat mengalami gejala seperti ekstremitas terasa dingin, kebas, atau kram.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Perfusi Jaringan Perifer: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan ekstremitas hangat, tidak ada rasa kebas atau kram, dan kapiler refill dalam batas normal (<3 detik).
2. Kontrol Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan penurunan tekanan darah menjadi dalam batas normal (sistolik 120-129 mmHg dan diastolik 80-84 mmHg).
3. Pengetahuan tentang Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup yang sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan identifikasi tanda-tanda komplikasi.
2. Manajemen Hipertensi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup sehat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memantau efektivitas pengobatan antihipertensi.
3. Manajemen Perfusi Jaringan: Melakukan pemeriksaan status perfusi jaringan perifer, seperti pemeriksaan suhu ekstremitas, warna kulit, dan pengisian kapiler. Memberikan intervensi untuk meningkatkan perfusi, seperti pengaturan posisi, pemberian oksigen, dan penggunaan pemanas.
4. Manajemen Rasa Tidak Nyaman: Memberikan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada ekstremitas, seperti masase, kompres hangat, dan posisi yang nyaman.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan pada pasien dengan hipertensi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 19417 | 08 Jul 2025
Klinis : tekanan darah pasien 100/80 napas dan suhu normal, mengeluhkan pusing setelah keluar dari kamar mandi, dan memiliki riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: 00027)**
**Penjelasan Singkat:**
Pasien dengan riwayat hipertensi yang mengeluhkan pusing setelah keluar dari kamar mandi dan memiliki tekanan darah 100/80 mmHg (tekanan diastolik cenderung rendah) dapat mengindikasikan **hipotensi ortostatik atau gangguan keseimbangan cairan**. Kondisi ini berisiko menyebabkan penurunan perfusi jaringan, terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi yang mungkin sedang dalam terapi antihipertensi.
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode SDKI: 00027 – Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
**Definisi:** Ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan serta elektrolit yang mengganggu homeostasis tubuh.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Perubahan tekanan darah (hipotensi ortostatik).
- Efek samping obat antihipertensi (misal: diuretik).
- Dehidrasi ringan akibat aktivitas (misal: mandi air hangat).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: 0801 – Keseimbangan Cairan**
**Indikator:**
- Tekanan darah dalam rentang normal (110–120/70–80 mmHg).
- Tidak ada keluhan pusing atau lemas setelah perubahan posisi.
- Turgor kulit normal.
**Target Luaran:**
- Pasien mampu mempertahankan tekanan darah stabil dalam 24–48 jam.
- Pasien tidak mengalami pusing saat berdiri atau beraktivitas.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: 2120 – Manajemen Cairan**
**Intervensi Utama:**
1. **Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu) setiap 2–4 jam.**
2. **Anjurkan pasien untuk bangun perlahan dari posisi duduk/berbaring.**
3. **Evaluasi asupan cairan dan elektrolit (minum air cukup, hindari dehidrasi).**
4. **Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian dosis obat antihipertensi jika diperlukan.**
**Intervensi Tambahan:**
- **Edukasi pasien tentang gejala hipotensi ortostatik dan pencegahannya.**
- **Anjurkan untuk menghindari mandi air panas terlalu lama.**
---
**Catatan Akademis:**
Pada pasien hipertensi, penurunan tekanan darah mendadak (misal: dari 140/90 mmHg ke 100/80 mmHg) dapat menjadi tanda **overdiuresis** atau **hipovolemia relatif**, terutama jika disertai gejala pusing. Perlu evaluasi lebih lanjut terhadap **penggunaan obat diuretik** dan **status hidrasi**.
**Persona Perawat Pakar:**
Sebagai perawat, penting untuk melakukan **assesmen menyeluruh**, termasuk riwayat pengobatan dan pola aktivitas pasien, sebelum menentukan intervensi. Pendekatan **patient-centered care** dengan edukasi dan pemantauan ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumentasi keperawatan.)* -
Article No. 19418 | 08 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, umur 70 tahun, dirawat diruangan sebuah Rumah Sakit. Hasil pengkajian: klien mengalami kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, selama perawatan pasien bedrest, lemah, mual, nafsu makan menurun. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, serta mengalami pelemahan, mual, dan penurunan nafsu makan selama perawatan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, diagnosa keperawatan SDKI yang tepat adalah:
a. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terarah.
Penyebab: Penurunan tonus otot, kelumpuhan anggota gerak, dan keterbatasan pergerakan.
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Ketidakmampuan menelan, mual, anoreksia.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mobilitas Fisik
- Klien dapat melakukan pergerakan anggota gerak secara mandiri.
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien dapat mempertahankan kekuatan otot dan koordinasi pergerakan.
b. Status Nutrisi
- Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metaboliknya.
- Klien tidak mengalami mual dan dapat meningkatkan nafsu makan.
- Klien dapat mencapai berat badan yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Mobilitas Fisik Terganggu:
- Berikan latihan pergerakan anggota gerak secara bertahap.
- Ajarkan teknik mobilisasi dan transfer yang aman.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu pergerakan yang sesuai.
- Berikan terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk program rehabilitasi.
b. Intervensi untuk Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji kebutuhan nutrisi klien dan monitor asupan makanan.
- Berikan intervensi gizi sesuai dengan kebutuhan klien, seperti pemberian suplemen atau diet yang tepat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan dan evaluasi nutrisi.
- Berikan terapi antiemesis untuk mengatasi mual.
- Motivasi klien untuk meningkatkan nafsu makan dan konsumsi makanan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, membangun kolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan klien dan keluarga dalam proses perawatan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi secara berkelanjutan juga diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal.