Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13037 | 28 Feb 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. R dengan usia 52 tahun mengalami kondisi yang mengarah pada diagnosis keperawatan Gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hati, dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hati
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan dalam metabolisme dan ekskresi zat-zat dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan struktur dan fungsi hati.
- Penyebab: Sirosis hati, hepatitis kronis, kerusakan hati akibat obat-obatan, alkohol, dan sebagainya.
- Gejala dan tanda: Perut membesar, mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit, mudah lelah, nyeri perut bagian kanan atas, edema pada tungkai, ikterik, asites, splenomegali.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perbaikan fungsi hati
- Penurunan gejala penyakit hati
- Peningkatan status nutrisi
- Peningkatan kenyamanan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen nyeri
- Manajemen asites
- Edukasi tentang penyakit hati dan pengobatannya
- Edukasi tentang pembatasan konsumsi alkohol
Dalam kasus ini, pasien Tn. R memiliki riwayat konsumsi alkohol yang berlebihan selama 20 tahun dan pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun lalu, sehingga kemungkinan besar mengalami sirosis hati yang menyebabkan gangguan fungsi hati. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: manajemen nutrisi, manajemen cairan, manajemen nyeri, manajemen asites, serta edukasi terkait penyakit hati dan pengobatannya, serta pentingnya pembatasan konsumsi alkohol. -
Article No. 13038 | 28 Feb 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus Tn R.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah yang ditandai dengan penurunan berat badan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit hati (sirosis hepatis) yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan atas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan yang ditandai dengan mudah lelah.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah yang ditandai dengan hasil laboratorium (trombosit, INR).
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (asites, edema tungkai) yang ditandai dengan pernyataan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan nutrisi terpenuhi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat.
2. Nyeri terkontrol yang ditandai dengan penurunan skala nyeri dan pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengeluhkan nyeri.
3. Toleransi aktivitas meningkat yang ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Risiko perdarahan terkendali yang ditandai dengan peningkatan nilai trombosit dan INR.
5. Citra tubuh positif yang ditandai dengan pernyataan pasien merasa nyaman dengan kondisi fisiknya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Lakukan pengkajian status nutrisi pasien
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien
c. Berikan asupan nutrisi secara bertahap sesuai toleransi pasien
d. Pantau tanda-tanda vital dan intake/output cairan
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri pasien (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas)
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan nyeri
3. Manajemen Energi
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas
b. Berikan intervensi yang dapat meningkatkan energi dan toleransi aktivitas
c. Ajarkan teknik manajemen energi kepada pasien
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
4. Manajemen Risiko Perdarahan
a. Kaji faktor risiko perdarahan pasien
b. Lakukan pemantauan parameter laboratorium (trombosit, INR)
c. Berikan intervensi untuk mencegah perdarahan (seperti pemberian vitamin K)
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan gangguan pembekuan darah
5. Promosi Citra Tubuh
a. Kaji persepsi pasien tentang citra tubuhnya
b. Berikan dukungan psikologis dan informasi terkait perubahan fisik
c. Libatkan keluarga dalam meningkatkan penerimaan pasien terhadap kondisi fisiknya
d. Rujuk ke profesional kesehatan mental jika diperlukan
Dalam menjalankan asuhan keperawatan ini, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif, berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Perawat juga harus memantau secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. -
Article No. 13039 | 28 Feb 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II. berikan 3 diagnosa prioritasnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi Tn. R.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Fungsi Hati (00235)
Definisi: Penurunan atau gangguan fungsi hati yang menyebabkan perubahan metabolisme, sekresi, atau ekskresi.
Penyebab: Konsumsi alkohol yang berlebihan dan riwayat hepatitis B yang tidak diobati.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Penurunan fungsi hati dan gejala seperti mual, muntah, dan mudah lelah.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Penurunan nafsu makan, mual, dan muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Fungsi Hati Membaik (1612)
Indikator:
- Penurunan kadar bilirubin total dan bilirubin langsung
- Penurunan kadar SGOT dan SGPT
- Peningkatan kadar albumin
2. Toleransi Aktivitas Meningkat (0005)
Indikator:
- Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Penurunan keluhan kelelahan
3. Status Nutrisi Membaik (1008)
Indikator:
- Peningkatan berat badan
- Peningkatan nafsu makan
- Penurunan keluhan mual dan muntah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Asuhan Keperawatan untuk Gangguan Fungsi Hati (6840)
- Pantau tanda-tanda vital, status cairan, dan fungsi vital
- Pantau hasil laboratorium (bilirubin, SGOT, SGPT, albumin)
- Berikan terapi medis sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, prognosis, dan pentingnya pengobatan
2. Manajemen Aktivitas (0200)
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Monitoring dan evaluasi toleransi aktivitas
- Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Libatkan keluarga dalam perencanaan aktivitas
3. Manajemen Nutrisi (1100)
- Evaluasi status nutrisi dan kebutuhan kalori
- Berikan diet sesuai kondisi pasien (misalnya diet tinggi kalori, tinggi protein)
- Pantau asupan dan output nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk optimalisasi nutrisi
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi Tn. R, diagnosa keperawatan prioritas yang sesuai adalah gangguan fungsi hati, intoleransi aktivitas, dan ketidakseimbangan nutrisi. Gangguan fungsi hati disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan dan riwayat hepatitis B yang tidak diobati, yang menyebabkan perubahan metabolisme, sekresi, dan ekskresi. Intoleransi aktivitas terjadi akibat penurunan fungsi hati dan gejala seperti mual, muntah, dan mudah lelah. Ketidakseimbangan nutrisi disebabkan oleh penurunan nafsu makan, mual, dan muntah.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah perbaikan fungsi hati, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan status nutrisi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital dan fungsi hati, pemberian terapi medis, edukasi pasien dan keluarga, manajemen aktivitas, dan manajemen nutrisi. Kolaborasi dengan ahli gizi juga diperlukan untuk optimalisasi nutrisi pasien. -
Article No. 13040 | 28 Feb 2025
Klinis : NN.. R 24 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan sejak 2 minggu lalu tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menyendiri, tidak mau keluar kamar, gelisah, sering menangis dan teriak-teriak secara tiba-tiba, tidak mau makan, tidak mau merawat diri seperti mandi, 1 bulan yang lalu NN. R baru saja kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan. Setelah dikaji kontak mata tidak ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, NN. R, seorang perempuan berusia 24 tahun, yang baru saja mengalami kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan 1 bulan yang lalu, saat ini menunjukkan gejala-gejala psikologis yang signifikan, seperti:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Berduka Kompleks
b. Isolasi Sosial
2. Penjelasan Singkat:
a. Berduka Kompleks:
- Definisi: Respon berkepanjangan dan disfungsional terhadap kehilangan yang dialami, ditandai dengan kesulitan dalam menerima kenyataan, mengalami distres emosional yang intensif, dan perubahan fungsi sosial.
- SDKI: Pola pikir yang terganggu, konsentrasi menurun, perasaan sedih yang berkepanjangan, sering menangis, kesulitan memulai aktivitas, isolasi sosial.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat menerima kenyataan, mengekspresikan perasaan duka secara bertahap, dan kembali beradaptasi dengan lingkungan.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi terapi suportif, konseling duka, dan kolaborasi dengan ahli jiwa jika diperlukan.
b. Isolasi Sosial:
- Definisi: Pengalaman subjektif individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara fisik maupun emosional.
- SDKI: Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menyendiri, tidak mau keluar kamar, gelisah.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat meningkatkan interaksi sosial dan menjalin hubungan yang memuaskan.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi terapi kelompok, aktivitas rekreasi, dan kolaborasi dengan ahli jiwa untuk mengatasi masalah psikologis.
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, penanganan komprehensif diperlukan untuk membantu NN. R dalam proses berduka dan mengatasi isolasi sosial yang dialaminya. -
Article No. 13041 | 28 Feb 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 26 tahun dibawa ke IGD Psikiatric dengan keluhan utama marah marah, emosi susah dikontrol. Keluarga mengungkapkan bahwa sejak 6 bulan ini mood-nya cepat berubah, kadang kelihatan sedih, tidak bersemangat, lesu dan putus asa dan kadang terlihat sangat bersemangat seperti kelebihan tenaga hingga tidak tidur selama beberapa hari. Klien pernah ikut komunitas filsafat dan sering membicarakan tentang makna hidup dan pernah berganti jurusan kuliah yang awalnya teknik ke filsafat karena merasa lebih cocok dengan dirinya, namun tidak kunjung lulus. Klien idealis, mudah tersinggung dan mudah marah jika orang lain tidak sependapat atau menentang idenya. Hasil pengkajian diperoleh klien mengalami manik depresif. klien mempunyai riwayat memakai obat-obatan diawal tahun perkuliahan dan belum lama ditinggal pacarnya menikah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengontrol perilaku agresif terhadap orang lain, diri sendiri, atau lingkungan.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan mood, kemarahan, dan kesulitan mengontrol emosi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Individu mampu mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
- Individu mampu menggunakan teknik menenangkan diri saat marah.
- Individu mampu melakukan aktivitas yang menenangkan.
- Individu mampu meminta bantuan kepada orang lain saat merasa marah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Identifikasi pemicu perilaku kekerasan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Fasilitasi individu untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang sesuai.
- Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk mengatasi masalah.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk evaluasi dan pengobatan.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang digambarkan, pasien laki-laki 26 tahun mengalami perubahan mood yang signifikan, mulai dari marah-marah, emosi sulit dikontrol, hingga gejala depresi dan mania. Hal ini mengarah pada diagnosis keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan", yang berhubungan dengan perubahan mood, kemarahan, dan kesulitan mengontrol emosi. Luaran yang diharapkan adalah pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan, mengenali tanda-tanda, menggunakan teknik menenangkan diri, dan meminta bantuan orang lain saat merasa marah. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen perilaku kekerasan, termasuk mengidentifikasi pemicu, mengajarkan teknik relaksasi, memfasilitasi ekspresi perasaan, memberikan dukungan emosional, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk evaluasi dan pengobatan. -
Article No. 13042 | 28 Feb 2025
Klinis : kehamilan ganda
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi kehamilan ganda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kehamilan ganda berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Hal ini dikarenakan pada kehamilan ganda, wanita hamil harus menyediakan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan dua janin sekaligus, sehingga berisiko mengalami defisit nutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan kehamilan ganda dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Asupan Nutrisi: Adekuat
- Pasien dapat mengonsumsi makanan dan cairan sesuai kebutuhan nutrisi yang meningkat selama kehamilan ganda.
- Berat badan pasien dapat meningkat sesuai rekomendasi untuk kehamilan ganda.
2. Status Hidrasi: Seimbang
- Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat selama kehamilan ganda.
3. Pengetahuan: Manajemen Nutrisi
- Pasien memahami pentingnya asupan nutrisi yang adekuat selama kehamilan ganda dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi pasien, termasuk jenis, jumlah, dan frekuensi konsumsi makanan dan cairan.
- Pantau berat badan pasien secara rutin dan bandingkan dengan standar peningkatan berat badan untuk kehamilan ganda.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien, seperti mual, muntah, atau anoreksia.
2. Edukasi Gizi
- Berikan edukasi kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi yang meningkat selama kehamilan ganda.
- Ajarkan pasien mengenai jenis-jenis makanan yang kaya nutrisi dan dapat memenuhi kebutuhan selama kehamilan ganda.
- Diskusikan dengan pasien mengenai pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang sehat.
3. Pemberian Suplemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian suplemen nutrisi, seperti vitamin dan mineral, sesuai kebutuhan pasien.
- Pantau efektivitas dan toleransi pasien terhadap pemberian suplemen nutrisi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk membantu pasien dengan kehamilan ganda mencapai outcome yang optimal. -
Article No. 13043 | 28 Feb 2025
Klinis : kehamilan kembar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Kehamilan Kembar:
1. Gangguan Proses Kehamilan
- Definisi: Gangguan dalam proses kehamilan yang dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu dan/atau janin.
- Penyebab: Kehamilan kembar meningkatkan risiko komplikasi, seperti preeklampsia, perdarahan, persalinan prematur, dan pertumbuhan janin terhambat.
2. Risiko Tinggi Maternal
- Definisi: Kondisi yang meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
- Penyebab: Kehamilan kembar meningkatkan risiko komplikasi maternal, seperti perdarahan, hipertensi, diabetes gestasional, dan komplikasi persalinan.
3. Risiko Tinggi Neonatal
- Definisi: Kondisi yang meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada bayi baru lahir.
- Penyebab: Kehamilan kembar meningkatkan risiko komplikasi neonatal, seperti prematuritas, berat badan lahir rendah, dan komplikasi terkait persalinan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.
SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan ciri-ciri klinis untuk setiap diagnosa keperawatan. SLKI memberikan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Perawat dapat menggunakan standar-standar ini sebagai panduan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berstandar pada pasien dengan kehamilan kembar. -
Article No. 13044 | 28 Feb 2025
Klinis : kadar Hb pasien 8,2, warna kulit sedikit pucat, turgor kulit baik, CRT <2detik, konjungtiva anemis, akral hangat, tidak ada edema perifer
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Defisiensi volume cairan (SDKI) / Risiko Dehidrasi (SIKI)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Defisiensi volume cairan: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasluler.
- Karakteristik utama: Kadar Hb rendah, kulit pucat, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, konjungtiva anemis, akral hangat, tidak ada edema perifer.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Risiko Dehidrasi: Keadaan di mana individu memiliki risiko untuk kehilangan cairan tubuh secara berlebihan.
- Luaran yang diharapkan: Individu bebas dari tanda-tanda dehidrasi, dapat mempertahankan cairan tubuh yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan asupan dan output cairan
- Pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Edukasi terkait kebutuhan cairan dan pencegahan dehidrasi
Dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu kadar Hb rendah, kulit pucat, namun tanda vital dan perfusi perifer masih dalam batas normal, maka diagnosa keperawatan yang tepat adalah Defisiensi volume cairan (SDKI) atau Risiko Dehidrasi (SIKI). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, asupan dan output cairan, serta pemberian cairan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. -
Article No. 13045 | 28 Feb 2025
Klinis : • Pasien mengatakan pernah mengalami anemia sebelumnya • Pasien juga mengatakan mengalami anemia • Pasien mengatakan masih lemas DO: • Keadaan umum pasien tampak cukup • Kadar Hemoglobin pasien 8,2 gr/dL • Konjungtiva mata anemis • CRT pasien < 2 detik • Turgor kulit baik • Warna kulit sedikit pucat • Akral hangat • Tidak ada edema
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Volume Cairan (Dehydration) berhubungan dengan Defisit Nutrisi (Anemia)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Volume Cairan (Dehydration) adalah kondisi di mana terdapat penurunan cairan intraseluler dan ekstraseluler akibat kehilangan cairan yang melebihi asupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi Adekuat
2. Hemodinamik Stabil
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Cairan
2. Manajemen Nutrisi
3. Terapi Cairan
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami penurunan volume cairan (dehydration) yang disebabkan oleh defisit nutrisi (anemia) yang dialaminya. Hal ini ditandai dengan keluhan lemas, konjungtiva mata anemis, CRT kurang dari 2 detik, dan warna kulit yang sedikit pucat. Tujuan keperawatan adalah mencapai hidrasi yang adekuat dan hemodinamik yang stabil melalui pemantauan cairan, manajemen nutrisi, dan terapi cairan yang sesuai. -
Article No. 12942 | 27 Feb 2025
Klinis : data objektif bayi dalam perawatan fototerapi mata bayi ditutupi untuk mencegah kerusakan retina
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan, dengan menggunakan tone akademis dan persona pakar, nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi yang sedang menjalani perawatan fototerapi dengan mata yang ditutupi untuk mencegah kerusakan retina adalah "Risiko Kerusakan Integritas Kulit".
Penjelasan:
Bayi yang menjalani perawatan fototerapi memiliki risiko mengalami kerusakan integritas kulit akibat paparan sinar ultraviolet dari lampu fototerapi. Hal ini dapat menyebabkan iritasi, eritema, dan kerusakan pada kulit bayi. Selain itu, penutupan mata bayi juga dapat mempengaruhi posisi dan gerakan bayi, sehingga dapat berdampak pada integritas kulit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Integritas Kulit Tetap Utuh".
Penjelasan:
Tujuan utama dari Asuhan Keperawatan adalah untuk mempertahankan integritas kulit bayi agar tetap utuh selama menjalani perawatan fototerapi. Hal ini dapat dicapai dengan meminimalkan risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet dan posisi bayi yang tidak optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Integritas Kulit Tetap Utuh" adalah:
a. Manajemen Integritas Kulit
b. Perawatan Kulit
c. Peningkatan Kenyamanan
Penjelasan:
a. Manajemen Integritas Kulit:
- Mengkaji kondisi kulit bayi secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan kulit.
- Menggunakan pelindung kulit yang sesuai, seperti kapas atau kain lembut, untuk melindungi kulit bayi dari paparan sinar ultraviolet.
- Memposisikan bayi dengan hati-hati untuk menghindari tekanan dan gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan kulit.
b. Perawatan Kulit:
- Membersihkan kulit bayi secara lembut dan dengan hati-hati untuk mencegah iritasi.
- Menggunakan pelembab kulit yang sesuai untuk menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
- Memantau tanda-tanda iritasi atau kerusakan kulit dan melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan yang sesuai.
c. Peningkatan Kenyamanan:
- Memastikan bayi dalam posisi yang nyaman dan aman selama perawatan fototerapi.
- Memberikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan bayi, seperti pemberian sucrose atau non-farmakologis lainnya untuk mengurangi stres.
- Meminimalkan gangguan dari prosedur dan manipulasi selama perawatan fototerapi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu Integritas Kulit Tetap Utuh pada bayi yang menjalani perawatan fototerapi.