Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13054 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan terdapat luka pada kaki yang terjadi 30 menit sebelum masum rumah sakit pasien akan mendorong pagar tiba tiba pagar tersebut lepas dari relnya dan menimpa kaki pasien dan terbadat luka robek berukuran 2x2x1 cm dengan pendarahan aktif dan lukanya kotor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Integritas Kulit Terganggu adalah luka dapat sembuh tanpa komplikasi, tidak terjadi infeksi, dan tidak terjadi perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Perawatan Luka: Membersihkan luka dari kotoran, darah, dan benda asing, memastikan luka tertutup dengan balutan yang steril, dan memantau tanda-tanda infeksi.
2. Manajemen Perdarahan: Melakukan kompresi langsung pada area perdarahan, menggunakan tourniquets jika perdarahan tidak terkontrol, dan memantau tanda-tanda perdarahan.
3. Pencegahan Infeksi: Memastikan teknik aseptik saat merawat luka, memberikan antibiotik topikal jika perlu, dan memantau tanda-tanda infeksi.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar-standar tersebut dalam memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi Integritas Kulit Terganggu pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pemulihan pasien berjalan optimal. -
Article No. 13055 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi pasien yang Anda paparkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Nyeri Akut: Berhubungan dengan infark miokard akut yang ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, serta disertai gejala lain seperti sesak napas, mual, dan keringat dingin.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Berhubungan dengan mual yang dapat mengganggu asupan makanan dan cairan.
c. Intoleransi Aktivitas: Berhubungan dengan sesak napas yang dirasakan oleh pasien, yang dapat membatasi kemampuan melakukan aktivitas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga tingkat yang dapat ditoleransi, ekspresi wajah dan tanda-tanda vital menunjukkan penurunan nyeri.
b. Status Nutrisi Membaik: Pasien dapat mempertahankan asupan makanan dan cairan yang adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan sesak napas minimal atau tidak ada.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri:
i. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus.
ii. Berikan obat analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
iii. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan pengaturan posisi untuk mengelola nyeri.
b. Manajemen Nutrisi:
i. Kaji status nutrisi pasien, termasuk asupan makanan dan cairan serta kebutuhan kalori.
ii. Berikan makanan dan cairan dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan preferensi pasien.
iii. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Manajemen Aktivitas:
i. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas, termasuk kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
ii. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan ringan atau ambulasi bertahap.
iii. Ajarkan teknik manajemen napas dan teknik konservasi energi untuk membantu meningkatkan toleransi aktivitas.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pemulihan pasien dengan infark miokard akut. -
Article No. 12980 | 28 Feb 2025
Klinis : bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Faktor Penyebab:
1. Penumpukan sekret
2. Kekuatan otot pernapasan yang menurun
3. Reflek batuk yang tidak efektif
4. Adanya benda asing di saluran pernapasan
Batasan Karakteristik:
1. Suara nafas tambahan (ronki, wheezing, mengi)
2. Sputum berlebihan
3. Dispnea
4. Batuk tidak efektif
5. Sianosis
6. Hipoksemia
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Faktor Penyebab: Penumpukan sekret, kekuatan otot pernapasan yang menurun, reflek batuk yang tidak efektif, adanya benda asing di saluran pernapasan.
Batasan Karakteristik: Suara nafas tambahan, sputum berlebihan, dispnea, batuk tidak efektif, sianosis, hipoksemia.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien mempertahankan jalan napas yang paten
2. Pasien dapat batuk secara efektif
3. Pasien mencapai pola napas yang normal
4. Pasien mempertahankan oksigenasi yang adekuat
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Batuk
3. Oksigenasi
4. Suction
5. Terapi Inhalasi
Peran perawat dalam kondisi ini adalah melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan patensi jalan napas, meningkatkan efektivitas batuk, dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat pada pasien. -
Article No. 12981 | 28 Feb 2025
Klinis : Jatuh 2 x pusing, kaki bengkak tensi 199/88
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerentanan yang meningkat untuk terjatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik.
- Faktor risiko: Dizziness, gangguan mobilitas, riwayat jatuh sebelumnya, hipotensi ortostatik, penurunan fungsi sensorik, efek obat-obatan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari cidera akibat jatuh.
- Indikator:
- Pasien dapat mempertahankan posisi yang aman.
- Pasien dapat menggunakan alat bantu dengan tepat.
- Tidak terjadi cedera akibat jatuh.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Identifikasi faktor risiko jatuh.
- Lakukan pengkajian risiko jatuh secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
- Tanamkan perilaku aman dalam beraktivitas.
- Sediakan lingkungan yang aman untuk menghindari risiko jatuh.
Dalam konteks kondisi yang Anda berikan, pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi, serta upaya rehabilitasi dan peningkatan stabilitas fisik juga perlu dipertimbangkan dalam rencana asuhan keperawatan. -
Article No. 12982 | 28 Feb 2025
Klinis : Ny S (29 tahun) dan Tn AS (35 tahun) beserta kedua anak mereka (An.L, 8 tahun dan An.K, 4 tahun) tinggal di kos-kosan dengan ukuran 4x5 m2. Kamar mandi digunakan bersama penghuni kos yang lain. Perabotan rumah tangga yang ada di ruang kos antara lain: 1 kasur susun , kasur lantai 1, TV, lemari baju besar, kulkas, dispenser, ricecooker, dan rak piring. Selain itu, ventilasi ruangan minim sehingga terasa lembab serta penerangan lampu yang sedikit redup. Lorong depan kamar kos gelap, lembap, dan sedikit licin. Sementara itu, Ny. S mengatakan jika nafsu makan An. L berkurang. An. L suka makan dengan telur, dan sayur bayam dengan wortel. Jika tidak ada telur nafsu makan berkurang hanya 1 kali sehari. An. L terlihat kecil dan kurus (BB=12 Kg, TB=90 cm). Tentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai untuk kasus tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnostik dan intervensi yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E44.0
- Deskripsi: Malnutrisi sedang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.0
- Deskripsi: Konseling gizi
Penjelasan:
Ny. S (29 tahun) dan Tn. AS (35 tahun) beserta kedua anak mereka (An. L, 8 tahun dan An. K, 4 tahun) tinggal di kos-kosan dengan kondisi yang kurang memadai. Ventilasi ruangan yang minim, penerangan yang redup, serta lingkungan yang lembab dan sedikit licin dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Kondisi ini terutama berpengaruh pada anak-anak, khususnya pada An. L.
Berdasarkan informasi yang diberikan, An. L memiliki nafsu makan yang berkurang, terutama jika tidak ada telur dalam menu makanannya. Selain itu, An. L terlihat kecil dan kurus dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 90 cm. Kondisi ini mengarah pada diagnosis Malnutrisi sedang (kode ICD-10: E44.0).
Intervensi yang sesuai adalah Konseling gizi (kode ICD-9-CM: 97.0) untuk meningkatkan asupan nutrisi yang seimbang bagi An. L. Konseling gizi dapat dilakukan oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan yang kompeten, dengan tujuan memberikan edukasi dan rekomendasi menu makanan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi An. L. Selain itu, perbaikan kondisi lingkungan tempat tinggal juga perlu diperhatikan untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan anak. -
Article No. 12983 | 28 Feb 2025
Klinis : Ny S (29 tahun) dan Tn AS (35 tahun) beserta kedua anak mereka (An.L, 8 tahun dan An.K, 4 tahun) tinggal di kos-kosan dengan ukuran 4x5 m2. Kamar mandi digunakan bersama penghuni kos yang lain. Perabotan rumah tangga yang ada di ruang kos antara lain: 1 kasur susun , kasur lantai 1, TV, lemari baju besar, kulkas, dispenser, ricecooker, dan rak piring. Selain itu, ventilasi ruangan minim sehingga terasa lembab serta penerangan lampu yang sedikit redup. Lorong depan kamar kos gelap, lembap, dan sedikit licin. Sementara itu, Ny. S mengatakan jika nafsu makan An. L berkurang. An. L suka makan dengan telur, dan sayur bayam dengan wortel. Jika tidak ada telur nafsu makan berkurang hanya 1 kali sehari. An. L terlihat kecil dan kurus (BB=12 Kg, TB=90 cm). Tentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai untuk kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan untuk Ny. S (29 tahun) dan Tn. AS (35 tahun) serta anak-anak mereka An. L (8 tahun) dan An. K (4 tahun):
1. Risiko malnutrisi berhubungan dengan konsumsi makanan yang tidak adekuat
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Konsumsi Makanan
- SIKI: Intervensi Nutrisi
Penjelasan singkat:
Kondisi tempat tinggal yang sempit, minimnya ventilasi, dan kurangnya variasi makanan dapat menyebabkan risiko malnutrisi, terutama pada anak-anak. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status gizi, edukasi tentang gizi seimbang, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan meningkatkan asupan nutrisi.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan lingkungan yang tidak aman
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Keselamatan
- SIKI: Manajemen Lingkungan
Penjelasan singkat:
Lorong depan kamar kos yang gelap, lembap, dan sedikit licin dapat meningkatkan risiko jatuh, terutama bagi anak-anak. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi modifikasi lingkungan, pemasangan penerangan yang cukup, dan edukasi tentang keselamatan untuk mengurangi risiko jatuh.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi sanitasi yang kurang
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Lingkungan
Penjelasan singkat:
Kondisi kamar mandi yang digunakan bersama penghuni kos lain dan lingkungan yang lembap dapat meningkatkan risiko infeksi. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian higiene dan sanitasi, edukasi tentang kebersihan diri dan lingkungan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan mencegah infeksi.
Secara umum, intervensi yang dapat dilakukan meliputi edukasi tentang gizi seimbang, keselamatan, dan kebersihan diri serta lingkungan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memantau dan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Selain itu, modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan juga perlu dipertimbangkan. -
Article No. 12984 | 28 Feb 2025
Klinis : klien berusia 31 tahun seorang perempuan mengeluh sejak 7 bulan muncul kaligata. keluhan biduran diseluruh tubuh sampai ke wajah. hilang apabila minum obat alergi klien punya gigi berlubang. bila terkena suhu dingin keluhan lebih cepat muncul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu adanya keluhan berupa munculnya kaligata (urtikaria) di seluruh tubuh hingga wajah, serta timbulnya keluhan yang lebih cepat muncul ketika terkena suhu dingin, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan respons alergi yang ditandai dengan munculnya biduran di seluruh tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan:
a. Klien mampu melakukan aktivitas rutin tanpa timbulnya keluhan biduran.
b. Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan tanpa timbulnya keluhan yang lebih cepat.
c. Klien mampu mengenali dan menghindari faktor pencetus munculnya biduran.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Alergi, meliputi:
a. Identifikasi faktor pencetus alergi, seperti suhu dingin, makanan, obat-obatan, dsb.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) untuk pemberian terapi obat alergi yang sesuai.
c. Edukasi klien dan keluarga mengenai cara menghindari faktor pencetus alergi.
d. Monitoring tanda-tanda vital dan respons klien terhadap pengobatan.
2. Manajemen Aktivitas, meliputi:
a. Pengkajian kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Perencanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien tanpa memicu munculnya keluhan biduran.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu makanan yang aman bagi klien.
d. Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya aktivitas yang sesuai dengan toleransi tubuh klien.
3. Manajemen Lingkungan, meliputi:
a. Modifikasi lingkungan untuk menciptakan suhu yang nyaman bagi klien.
b. Identifikasi dan minimalisasi faktor pencetus alergi di lingkungan.
c. Edukasi klien dan keluarga mengenai cara menjaga lingkungan yang aman dan nyaman.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena keluhan biduran yang dialami klien dapat menghambat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biduran yang muncul di seluruh tubuh, termasuk wajah, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gatal, dan rasa terbakar yang dapat mengganggu mobilitas klien.
Luaran yang diharapkan adalah "Toleransi Aktivitas Meningkat", yang berarti klien mampu melakukan aktivitas rutin tanpa timbulnya keluhan biduran, beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan, serta mampu mengenali dan menghindari faktor pencetus munculnya biduran. Tujuan ini dipilih untuk mengembalikan kemandirian klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Alergi, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Lingkungan. Melalui intervensi ini, diharapkan klien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus alergi, mendapatkan terapi yang sesuai, serta dapat melakukan aktivitas dengan aman dan nyaman di lingkungan yang sesuai dengan kondisinya.
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk membantu klien mencapai toleransi aktivitas yang optimal, sehingga dapat kembali beraktivitas dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 12985 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tn. J yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA)
2. Isolasi Sosial (NANDA)
3. Gangguan Proses Pikir (NANDA)
4. Insomnia (NANDA)
5. Harga Diri Rendah (NANDA)
Penjelasan singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA)
- SDKI: Perilaku Kekerasan
- SLKI: Kontrol Perilaku
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial (NANDA)
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Terapi Kelompok, Terapi Keluarga
3. Gangguan Proses Pikir (NANDA)
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Pemulihan Fungsi Kognitif
- SIKI: Terapi Realitas, Terapi Kognitif
4. Insomnia (NANDA)
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur
- SIKI: Terapi Relaksasi, Edukasi Manajemen Tidur
5. Harga Diri Rendah (NANDA)
- SDKI: Harga Diri Rendah
- SLKI: Konsep Diri
- SIKI: Terapi Kognitif, Terapi Kelompok
Dalam penanganan kondisi Tn. J, perawat perlu mempertimbangkan aspek-aspek tersebut dalam perencanaan dan implementasi asuhan keperawatan yang komprehensif, dengan tujuan untuk membantu pasien dalam mengelola kondisi psikologis dan sosialnya, serta meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 12986 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih untuk informasi yang diberikan mengenai kondisi Tn. J. Berdasarkan keterangan yang ada, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Proses Pikir
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Perilaku Kekerasan
- SLKI: Pengelolaan Perilaku Kekerasan
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Risiko Perilaku Kekerasan
Pasien berisiko mengalami perilaku kekerasan yang ditandai dengan kecenderungan untuk melukai diri sendiri, seperti mencoba bunuh diri dengan membenturkan kepala ke dinding. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang aman, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau tanda-tanda perilaku kekerasan secara berkala.
2. Gangguan Proses Pikir
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Penatalaksanaan Gangguan Proses Pikir
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Gangguan Proses Pikir
Pasien mengalami gangguan proses pikir yang ditandai dengan adanya halusinasi auditori berupa suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul diri sendiri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi pemahaman pasien tentang halusinasi, memantau tanda-tanda psikotik, dan memberikan pendidikan kesehatan terkait manajemen halusinasi.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SDKI: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SLKI: Penatalaksanaan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- SIKI: Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Pasien mengalami gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah, yang ditandai dengan perasaan tidak berguna dan malu karena tidak dapat bekerja seperti dulu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang dimiliki, memberikan umpan balik positif, dan melibatkan keluarga dalam proses peningkatan harga diri.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi Tn. J. Harapan saya, informasi ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 12987 | 28 Feb 2025
Klinis : Pasien laki laki Tn. J usia 48 tahun dibawa ke RS karena keluarga mendapati pasien berkeadaan lemah serta mengalami perubahan perilaku selama kurang lebih 2 bulan semenjak pasien di diagnosa medis mengidap HIV/AIDS. Keluarga pasien mengatakan semenjak saat itu pasien tampak sering mengurung diri, tegang, tidak bersosialisasi, jarang berbicara ,menghindari keramaian dan seringkali gelisah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien masih bergantung kepada kedua adiknya saat datang ke rumah sakit. Saat pengkajian berlangsung pasien mengatakan dirinya merasa depresi, shock tentang penyakit yang dialaminya, pasien juga mengalami susah tidur, merasa tidak berguna dan malu karena sudah tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien juga sulit berkonsentrasi karena sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri ketika sedang sendiri. Saat diwawancarai pasien tampak mudah tersinggung ketika menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penyakit dan pekerjaannya ditandai dengan naiknya nada bicara pasien saat berkenaan dengan topik tersebut. Keluarga mengatakan pasien pernah mencoba bunuh diri 1 kali dengan cara membenturkan kepala ke dinding kamarnya namun tidak berhasil. Hasil TTV didapatkan TD: 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 36 C P: 20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. J yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Bunuh Diri
- Gangguan Proses Pikir
- Harga Diri Rendah Kronis
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Bunuh Diri
- SDKI: Keadaan di mana individu memiliki niat dan/atau rencana untuk melukai diri sendiri secara serius, yang dapat menyebabkan kematian.
- SLKI: Individu tidak melakukan upaya bunuh diri, dapat mengenali pikiran/rencana untuk bunuh diri, dan dapat menerima bantuan untuk mengatasi pikiran/rencana bunuh diri.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk mendeteksi dan mengelola risiko bunuh diri pada individu.
b. Gangguan Proses Pikir
- SDKI: Gangguan fungsi kognitif yang ditandai dengan perubahan persepsi, pemikiran, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
- SLKI: Individu dapat memperbaiki proses berpikir, mengenali dan mengatasi gangguan proses pikir.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan proses pikir.
c. Harga Diri Rendah Kronis
- SDKI: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
- SLKI: Individu dapat meningkatkan penerimaan diri, memiliki keyakinan diri yang positif, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi.
- SIKI: Intervensi yang ditujukan untuk membantu individu dalam meningkatkan harga diri yang rendah.
Berdasarkan kondisi Tn. J, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Bunuh Diri, Gangguan Proses Pikir, dan Harga Diri Rendah Kronis. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah deteksi dan manajemen risiko bunuh diri, manajemen gangguan proses pikir, serta peningkatan harga diri.