Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13087 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 55 tahun, pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang telah menjalani hemodialisis selama dua tahun, datang ke RSJ dengan tampilan lemah, ekspresi datar, dan menghindari kontak mata. Ketika dilakukan pemeriksaan, didapatkan TTV : TD=162/88 mmHg, N=87, S=36,7°C, RR=17, Tn. B kurang responsif, sering menunduk, dan berbicara pelan dengan jawaban singkat. Sejak didiagnosis, ia mengalami penurunan berat badan akibat dari nafsu makannya yang menurun sejak ia menjalani hemodialisis dan kelemahan, yang mengurangi rasa percaya diri dan membuatnya tidak nyaman dengan penampilannya. Keterbatasan aktivitas memperburuk perasaannya terasing dari teman dan keluarga, sehingga ia menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga serta kegiatan sosial, dan memilih mengurung diri didalam kamar. Tn. B mengalami tekanan emosional berat akibat beban ekonomi dari biaya hemodialisis yang tinggi, ketergantungan pada orang lain, dan ketidakpastian masa depan. Ia merasa putus asa, tidak antusias terhadap aktivitas, dan menunjukkan ekspresi wajah kosong. Meskipun mendapat dukungan keluarga, ia merasa tidak berharga dan kesepian, sering mengungkapkan bahwa hidupnya tidak berarti. Ia merasa kehidupannya bergantung pada mesin hemodialisis dan tidak memiliki harapan untuk sembuh, bahkan sering menyatakan keinginan untuk menghentikan pengobatan karena merasa percuma. Keluarga yang awalnya mencoba memberikan dukungan semakin khawatir karena pasien menolak diajak berbicara dan menunjukkan tanda-tanda keputusasaan yang mendalam, seperti sering diam berjam-jam tanpa melakukan aktivitas apa pun, tidak memiliki harapan terhadap masa depan, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berhenti berusaha.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan tentang Tn. B, seorang pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang menjalani hemodialisis selama dua tahun dan mengalami gejala depresi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan Proses Pikir Berhubungan dengan Depresi
2. Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan dengan Perubahan Citra Tubuh
3. Kesepian Berhubungan dengan Isolasi Sosial
Penjelasan:
1. Perubahan Proses Pikir Berhubungan dengan Depresi
- SDKI: Kemampuan individu untuk berpikir, memproses, dan menginterpretasikan informasi yang diterima terganggu.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi perubahan proses pikir yang terkait dengan kondisi depresi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan proses pikir yang sehat dan produktif pada individu dengan depresi.
2. Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan dengan Perubahan Citra Tubuh
- SDKI: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri terkait dengan perubahan citra tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan diri yang terkait dengan perubahan citra tubuh.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengembangkan penerimaan diri yang positif dan kepercayaan diri yang sehat meskipun mengalami perubahan citra tubuh.
3. Kesepian Berhubungan dengan Isolasi Sosial
- SDKI: Perasaan tidak nyaman dan ketidakpuasan individu terhadap hubungan sosial dan jumlah interaksi sosial yang dialami.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi perasaan kesepian yang disebabkan oleh isolasi sosial.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi individu dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang memuaskan.
Dalam menangani kondisi Tn. B, perawat perlu mempertimbangkan aspek biopsikososial dan spiritual untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, serta melibatkan keluarga sebagai support system yang penting dalam proses pemulihan. -
Article No. 13088 | 01 Mar 2025
Klinis : Tn. B, 55 tahun, pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang telah menjalani hemodialisis selama dua tahun, datang ke RSJ dengan tampilan lemah, ekspresi datar, dan menghindari kontak mata. Ketika dilakukan pemeriksaan, didapatkan TTV : TD=162/88 mmHg, N=87, S=36,7°C, RR=17, Tn. B kurang responsif, sering menunduk, dan berbicara pelan dengan jawaban singkat. Sejak didiagnosis, ia mengalami penurunan berat badan akibat dari nafsu makannya yang menurun sejak ia menjalani hemodialisis dan kelemahan, yang mengurangi rasa percaya diri dan membuatnya tidak nyaman dengan penampilannya. Keterbatasan aktivitas memperburuk perasaannya terasing dari teman dan keluarga, sehingga ia menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga serta kegiatan sosial, dan memilih mengurung diri didalam kamar. Tn. B mengalami tekanan emosional berat akibat beban ekonomi dari biaya hemodialisis yang tinggi, ketergantungan pada orang lain, dan ketidakpastian masa depan. Ia merasa putus asa, tidak antusias terhadap aktivitas, dan menunjukkan ekspresi wajah kosong. Meskipun mendapat dukungan keluarga, ia merasa tidak berharga dan kesepian, sering mengungkapkan bahwa hidupnya tidak berarti. Ia merasa kehidupannya bergantung pada mesin hemodialisis dan tidak memiliki harapan untuk sembuh, bahkan sering menyatakan keinginan untuk menghentikan pengobatan karena merasa percuma. Keluarga yang awalnya mencoba memberikan dukungan semakin khawatir karena pasien menolak diajak berbicara dan menunjukkan tanda-tanda keputusasaan yang mendalam, seperti sering diam berjam-jam tanpa melakukan aktivitas apa pun, tidak memiliki harapan terhadap masa depan, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berhenti berusaha.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri (NANDA-I)
Definisi: Keinginan atau tindakan untuk menghancurkan diri sendiri.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, ketidakberdayaan, kesepian, putus asa, kehilangan harapan.
Gejala & Tanda: Menghindari kontak mata, ekspresi wajah kosong, menyatakan keinginan untuk berhenti berobat, tidak antusias terhadap aktivitas.
2. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I)
Definisi: Gangguan dalam fungsi intelektual, persepsi, dan proses berpikir.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, stres, depresi.
Gejala & Tanda: Kurang responsif, sering menunduk, berbicara pelan dengan jawaban singkat.
3. Isolasi Sosial (NANDA-I)
Definisi: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara nyata maupun emosional.
Faktor Terkait: Penyakit kronis, keterbatasan aktivitas, perasaan tidak berharga.
Gejala & Tanda: Menarik diri dari interaksi sosial, menolak pertemuan keluarga dan kegiatan sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi diagnosis keperawatan beserta definisi, faktor terkait, dan gejala & tanda.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi deskripsi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani masalah kesehatan Tn. B. -
Article No. 13046 | 01 Mar 2025
Klinis : 1. D.0074 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan adaptasi kehamilan ditandai dengan sulit tidur, mengeluh mual, mengeluh tidak nyaman, tampak merintih (utamanya ketika bayi bergerak), gelisah. Gangguan rasa nyaman pada ibu dengan kehamilan kembar terjadi akibat perubahan fisiologis yang lebih besar dibandingkan kehamilan tunggal. Peningkatan ukuran rahim yang lebih cepat menyebabkan tekanan berlebih pada organ dalam, diafragma, serta tulang belakang, yang mengakibatkan kesulitan tidur, nyeri punggung, dan rasa tidak nyaman. Gerakan janin yang lebih aktif dalam rahim juga bisa menimbulkan sensasi nyeri atau merintih, terutama saat rahim semakin membesar. Kondisi ini sering kali membuat ibu merasa gelisah, terutama karena sulit menemukan posisi tidur yang nyaman dan adanya ketidakpastian terhadap persalinan. tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: D.0074 Gangguan Rasa Nyaman
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Rasa Nyaman: Ibu menunjukkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai dengan:
a. Ekspresi wajah yang lebih tenang.
b. Mampu beristirahat/tidur tanpa keluhan.
c. Menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan.
d. Menyatakan rasa nyaman yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri yang dirasakan ibu, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik atau terapi lain sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
d. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Kecemasan
a. Kaji tingkat kecemasan ibu terkait kondisi kehamilannya.
b. Berikan informasi dan edukasi yang akurat mengenai kehamilan kembar dan perubahan fisiologis yang terjadi.
c. Fasilitasi ibu untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya.
d. Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
e. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional pada ibu.
3. Peningkatan Istirahat
a. Kaji pola tidur dan istirahat ibu, termasuk faktor-faktor yang mengganggu.
b. Berikan edukasi mengenai pentingnya istirahat dan tidur yang cukup selama kehamilan.
c. Modifikasi lingkungan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tenang.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur yang lebih baik.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi obat tidur jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan D.0074 Gangguan Rasa Nyaman merupakan kondisi yang sering dialami oleh ibu dengan kehamilan kembar. Perubahan fisiologis yang lebih besar, seperti peningkatan ukuran rahim, tekanan pada organ dalam, dan gerakan janin yang lebih aktif, dapat menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, dan gangguan tidur pada ibu. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan rasa nyaman ibu, yang meliputi manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan peningkatan istirahat. Intervensi ini diharapkan dapat membantu ibu beradaptasi dengan kondisi kehamilannya dan meningkatkan kualitas hidup selama masa kehamilan. -
Article No. 13047 | 01 Mar 2025
Klinis : 2. D.0015 Risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan terjadinya hipertensi kehamilan. Pada kehamilan kembar, klien mengalami peningkatan volume darah sehingga membuat beban kerja jantung meningkat, yang akan mengakibatkan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah.tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
D.0015 Risiko perfusi perifer tidak efektif
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu terjadinya hipertensi kehamilan pada kehamilan kembar. Dalam kehamilan kembar, peningkatan volume darah dapat meningkatkan beban kerja jantung, yang kemudian dapat menyebabkan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi kehamilan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.10005 Perfusi Perifer: Tekanan Darah
Luaran ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan, yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif. Standar luaran ini berfokus pada pemantauan dan pengaturan tekanan darah, yang merupakan indikator penting untuk menilai perfusi perifer yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.10032 Manajemen Hipertensi
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengelola hipertensi pada klien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam intervensi ini antara lain:
1. Mengkaji tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, secara berkala.
2. Memantau masukan dan pengeluaran cairan serta berat badan.
3. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, dan manajemen yang tepat.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai.
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu menurunkan tekanan darah.
6. Memantau efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
L.10005 Perfusi Perifer: Tekanan Darah
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan klien memiliki tekanan darah yang terkontrol dalam rentang normal, sesuai dengan kondisi kehamilan. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari:
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik berada dalam rentang normal untuk kehamilan.
2. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang signifikan.
3. Klien tidak mengalami gejala hipertensi, seperti sakit kepala, nyeri dada, atau oedema.
4. Klien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pentingnya pemantauan tekanan darah dan manajemen hipertensi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
I.10032 Manajemen Hipertensi
Intervensi ini diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengkaji tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, secara berkala (misalnya setiap 4 jam).
2. Memantau masukan dan pengeluaran cairan serta berat badan untuk mendeteksi adanya perubahan.
3. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang hipertensi kehamilan, faktor risiko, dan pentingnya pemantauan serta manajemen yang tepat.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, seperti penggunaan antihipertensi.
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres, seperti latihan pernapasan, untuk membantu menurunkan tekanan darah.
6. Memantau efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan, seperti modifikasi dosis obat atau penambahan intervensi lain.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada klien dengan kehamilan kembar. -
Article No. 13048 | 01 Mar 2025
Klinis : 3. D.0012 Risiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan (plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar). Mengalami kehamilan kembar berisiko mengalami perdarahan, baik internal maupun eksternal, yang dapat disebabkan oleh komplikasi seperti plasenta previa atau abrupsio plasenta. tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "D.0012 Risiko perdarahan". Hal ini didasarkan pada adanya komplikasi kehamilan, yaitu kehamilan kembar, yang dapat menyebabkan risiko perdarahan, baik internal maupun eksternal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (L.0022): Pasien dapat mempertahankan volume darah yang adekuat selama dan setelah perdarahan.
2. Status Hemodinamik (L.0167): Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Integritas Jaringan (L.0146): Jaringan pasien tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan lebih lanjut selama proses perdarahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (I.0179)
a. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
b. Mengidentifikasi adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan perdarahan.
c. Melaporkan temuan yang abnormal kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
2. Manajemen Perdarahan (I.0157)
a. Mengidentifikasi sumber dan penyebab perdarahan.
b. Melakukan tindakan untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan, seperti kompresi, penjahitan, atau penerapan agen hemostatik.
c. Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien.
d. Mengganti cairan dan darah yang hilang jika diperlukan.
e. Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk perawatan lanjutan.
3. Promosi Integritas Kulit (I.0145)
a. Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit pasien.
b. Melindungi kulit dari kerusakan lebih lanjut akibat perdarahan.
c. Memantau tanda-tanda infeksi atau komplikasi pada kulit.
d. Memberikan perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan.
Penjelasan rinci:
Kehamilan kembar meningkatkan risiko perdarahan, baik internal maupun eksternal, yang dapat disebabkan oleh komplikasi seperti plasenta previa atau abrupsio plasenta. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko perdarahan". Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume darah yang adekuat, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan mempertahankan integritas jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, dan promosi integritas kulit. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan stabilitas kondisi pasien selama dan setelah episode perdarahan. -
Article No. 13049 | 01 Mar 2025
Klinis : 4. D.0032 Risiko Defisit Nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan. Selama kehamilan kembar, kebutuhan kalori ibu meningkat secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dua janin. Ibu hamil kembar memerlukan tambahan rata-rata 300-600 kalori per hari dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Jika asupan kalori tidak mencukupi, ibu dapat mengalami defisit energi yang berpotensi mengganggu kesehatan ibu dan janin. Mual dan muntah yang lebih parah (hiperemesis gravidarum) juga sering terjadi pada kehamilan kembar, yang dapat mengurangi kemampuan ibu untuk mengonsumsi makanan yang cukup. tentukan SLKI dan SIKI nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran (SLKI), dan intervensi (SIKI) yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
D.0032 Risiko Defisit Nutrisi
Kondisi yang Anda deskripsikan menunjukkan adanya risiko defisit nutrisi pada ibu hamil kembar. Selama kehamilan kembar, kebutuhan kalori ibu meningkat secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dua janin. Jika asupan kalori tidak mencukupi, ibu dapat mengalami defisit energi yang berpotensi mengganggu kesehatan ibu dan janin. Selain itu, ibu hamil kembar juga sering mengalami mual dan muntah yang lebih parah (hiperemesis gravidarum), yang dapat mengurangi kemampuan ibu untuk mengonsumsi makanan yang cukup.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Keadaan dimana individu dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Berat Badan: Keadaan dimana berat badan individu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
3. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Nutrisi
- Identifikasi kebutuhan nutrisi khusus selama kehamilan kembar
- Pantau asupan dan output cairan
- Pantau berat badan secara teratur
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
2. Manajemen Mual dan Muntah
- Identifikasi faktor-faktor pencetus mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Anjurkan makan dalam porsi kecil dan sering
- Berikan dukungan psikologis dan edukasi kepada ibu
3. Edukasi Gizi
- Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat selama kehamilan kembar
- Berikan informasi tentang makanan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan kalori ibu
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah untuk mempertahankan asupan nutrisi
4. Kolaborasi Interprofesional
- Kolaborasi dengan obstetrisi untuk memantau perkembangan ibu dan janin
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang tepat
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (perawat, fisioterapis, dll.) untuk memberikan asuhan yang komprehensif
Penerapan intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan keseimbangan nutrisi, memastikan berat badan ibu sesuai dengan usia kehamilan, dan meningkatkan toleransi aktivitas ibu selama kehamilan kembar. -
Article No. 13050 | 01 Mar 2025
Klinis : Ruang : PERINA2 Perawat :Rinah, Amd.Kep Waktu :24-02-2025 06:22:19 Skuning O Keadaan umum: sedang Kesadaran:compos mentis Perawatan hari ke 2 di perina skore resiko jatuh tinggi 14 Total Care BBL : 2670 gram / Berat Badan Sekarang 2610 gram lingkar perut 30 cm Riwayat keluhan serupa (+) Rawat inap RSUDM 18/2/25-20/2/25 Riwayat persalinan: cukup bulan, persalinan sesar a/i air ketuban sedikit, NCB-SMK (37 minggu, 2670 gr), PEMERIKSAAN FISIK bayi napas spontan, tidak ada distress napas bergerak aktif, menangis kuat, perfusi baik, klinis ikterik tidak ada muntah, abdomen supel diit ASI/SF 8x70-80 ml naik bertahap, tolerate 70 ml per oral, refleks hisap dan menelan baik, toleransi minum baik Buang air Kecil ada, Buang air besar ada, ruam popok tidak ada Terpasang: - Gelang Identitas - Bilisapere start jam 22.00 WIB tgl 23/02/2025 TTV HR: 147 x/menit RR: 40 x/menit SpO2: 100 % T: 36,8 C THERAPI ANTIBIOTIK: - RADIOLOGI : - BIOKIMIA: HASIL LAB : 23/02/2025 KIMIA DARAH . Fungsi Hati . Bilirubin Total 13.66 mg/dL H 0.00 - 1.00 | . Bilirubin Direk 1.05 mg/dL H 0.00 - 0.60 | . Bilirubin Indirek 12.61 mg/dL H 0.10 - 0.80 | - Gamma GT = 181 - SGOT = 41 . SGPT = 21 balance cairan/10jam intake: 240 ml output: 131,2 ml Balance: +108,8 ml duresis: 3,9ml/kgbb/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
1. Hiperbilirubinemia neonatus
2. Risiko Jatuh
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hiperbilirubinemia neonatus:
- Kadar bilirubin menurun
- Tanda-tanda klinis ikterik berkurang
- Tidak terjadi komplikasi akibat hiperbilirubinemia
2. Risiko Jatuh:
- Tidak terjadi jatuh
- Mencapai status fungsional yang optimal
- Tidak terjadi cedera akibat jatuh
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hiperbilirubinemia neonatus:
a. Pemantauan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik secara berkala
b. Pemberian terapi fototerapi sesuai dengan rekomendasi dokter
c. Pemberian nutrisi yang adekuat (ASI/susu formula)
d. Edukasi kepada orang tua tentang perawatan bayi dengan hiperbilirubinemia
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan dan penanganan hiperbilirubinemia
2. Risiko Jatuh:
a. Identifikasi faktor risiko jatuh pada bayi
b. Pengaturan lingkungan untuk mencegah jatuh
c. Penggunaan alat pengaman (ranjang, penghalang), peningkatan pengawasan, dan mobilisasi dengan hati-hati
d. Edukasi kepada orang tua tentang pencegahan jatuh pada bayi
e. Dokumentasi dan pelaporan kejadian jatuh serta tindak lanjut
Penjelasan Rinci:
1. Hiperbilirubinemia neonatus:
- Hiperbilirubinemia adalah kondisi peningkatan kadar bilirubin dalam darah bayi yang dapat menyebabkan ikterik.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik secara berkala bertujuan untuk mendeteksi perkembangan kondisi bayi.
- Pemberian terapi fototerapi bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah.
- Pemberian nutrisi yang adekuat (ASI/susu formula) penting untuk mendukung metabolisme bilirubin.
- Edukasi kepada orang tua tentang perawatan bayi dengan hiperbilirubinemia bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan orang tua dalam perawatan.
- Kolaborasi dengan tim medis diperlukan untuk memantau dan menangani hiperbilirubinemia secara komprehensif.
2. Risiko Jatuh:
- Bayi dengan skor risiko jatuh tinggi (14) memiliki risiko yang tinggi untuk jatuh.
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada bayi penting untuk menentukan intervensi yang tepat.
- Pengaturan lingkungan dan penggunaan alat pengaman bertujuan untuk mencegah jatuh.
- Peningkatan pengawasan dan mobilisasi dengan hati-hati diperlukan untuk meminimalkan risiko jatuh.
- Edukasi kepada orang tua tentang pencegahan jatuh pada bayi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan orang tua.
- Dokumentasi dan pelaporan kejadian jatuh serta tindak lanjut diperlukan untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi hiperbilirubinemia neonatus dan risiko jatuh pada bayi, dengan tujuan memulihkan kondisi bayi dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 13051 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 58 ahun,dengan penyakit stroke,diabetes,dan mulai pagi hari ini muntah cairan yang berwarna bening dengan intensitas lumayan sering.Makanan yang dikonsumsi malam hari adalah sayur bayam,nasi,dan perkedel.Belum dilakukan pemeriksaan.Diagnosis awal belum ditemukan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut saya berikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit berhubungan dengan Muntah
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit adalah keadaan di mana seseorang berisiko mengalami perubahan volume dan komposisi cairan dan elektrolit tubuh dari batas normal. Kondisi pasien ini berisiko mengalami hal tersebut karena adanya gejala muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, yaitu kemampuan mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam rentang normal. Pasien diharapkan dapat mempertahankan intake dan output cairan yang seimbang serta tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan Cairan: Mengkaji intake dan output cairan, tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
2. Manajemen Cairan: Mengatur asupan cairan sesuai kebutuhan, memberikan cairan intravena jika perlu.
3. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang makanan dan minuman yang dapat membantu menjaga keseimbangan cairan.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi ketidakseimbangan cairan elektrolit dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13052 | 01 Mar 2025
Klinis : Sesak nafas disertai batuk berdahak, nyeri dada sekitar 1 mggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda sampaikan, berikut ini adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengambil napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Faktor Terkait: Disfungsi neuromuskular, obstruksi saluran napas, kelelahan otot pernapasan.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor Terkait: Agen pencedera fisik, inflamasi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif: Mengidentifikasi pola napas tidak adekuat, mengelola obstruksi jalan napas, memantau status pernapasan.
- Nyeri Akut: Mengkaji intensitas, kualitas, lokasi, dan durasi nyeri, mengelola faktor-faktor penyebab nyeri, mengajarkan teknik manajemen nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif: Ventilasi adekuat, jalan napas terbuka, kemampuan batuk efektif.
- Nyeri Akut: Kontrol nyeri, ekspresi nyeri menurun, kemampuan menggunakan teknik manajemen nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif: Manajemen jalan napas, oksigenasi, dan ventilasi.
- Nyeri Akut: Manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, edukasi manajemen nyeri.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar perawat, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI di atas dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengelola kondisi sesak napas disertai batuk berdahak dan nyeri dada pada pasien. -
Article No. 13053 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien 60th dengan hipertensi,memiliki pengetahuan yang kurang mengenai diet hipertensi,sudah mengalami struk ringan pada anggota gerak sebelah kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola gejala atau perubahan kondisi kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Kurangnya pengetahuan tentang diet hipertensi, komplikasi akibat hipertensi (stroke ringan).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Tentang Kesehatan
- Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang informasi kesehatan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menjelaskan diet hipertensi dengan benar.
b. Pasien dapat menjelaskan komplikasi hipertensi, termasuk stroke ringan.
c. Pasien dapat menjelaskan pentingnya manajemen hipertensi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan
- Definisi: Pemberian informasi yang terstruktur untuk mendorong pemahaman dan perilaku sehat.
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi dan diet.
b. Memberikan edukasi tentang diet hipertensi, termasuk jenis makanan yang harus dibatasi dan yang harus dikonsumsi.
c. Menjelaskan komplikasi hipertensi, seperti stroke ringan, dan pentingnya pengelolaan hipertensi yang tepat.
d. Memastikan pasien memahami informasi yang diberikan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manajemen Hipertensi
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan tekanan darah pada target yang diharapkan.
- Aktivitas:
a. Memantau tekanan darah pasien secara teratur.
b. Mengkaji kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat antihipertensi.
c. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengoptimalkan pengelolaan hipertensi.
d. Membantu pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darahnya.
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai.
Penjelasan:
Pasien berusia 60 tahun dengan hipertensi memiliki risiko komplikasi, seperti stroke ringan pada anggota gerak sebelah kanan. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan" karena pasien memiliki pengetahuan yang kurang tentang diet hipertensi. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang hipertensi, diet, dan komplikasinya. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah edukasi kesehatan tentang diet hipertensi dan manajemen hipertensi secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengelola hipertensinya dengan baik dan mencegah komplikasi yang lebih buruk.