Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21380 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Penglihatan". Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang membatasi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Karakteristik definisi dari Gangguan Penglihatan meliputi:
- Adanya perubahan pada fungsi penglihatan
- Perubahan tersebut membatasi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
- Kondisi ini dapat bersifat sementara atau menetap
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh antara lain:
- Penglihatan kabur atau tidak jelas untuk jarak jauh
- Kesulitan membaca atau melihat benda-benda kecil
- Sensasi silau saat terkena cahaya terang
- Sakit kepala atau kelelahan saat menggunakan penglihatan
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Fungsi Penglihatan
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan visual untuk jarak jauh
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
2. Penurunan Gejala Gangguan Penglihatan
- Pasien melaporkan penurunan keluhan rabun-rabun jauh
- Pasien melaporkan penurunan sensasi silau saat terkena cahaya terang
- Pasien melaporkan penurunan sakit kepala atau kelelahan saat menggunakan penglihatan
3. Peningkatan Pengetahuan dan Pemahaman
- Pasien dapat menjelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan penglihatan
- Pasien dapat menjelaskan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan penglihatan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Penglihatan
- Kaji fungsi penglihatan pasien secara komprehensif
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan penglihatan
- Berikan edukasi dan konseling tentang gangguan penglihatan dan manajemennya
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, optometris, dll.) untuk tindakan lanjutan
2. Manajemen Gejala
- Kaji gejala-gejala yang dialami pasien terkait gangguan penglihatan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala, seperti:
- Pengaturan cahaya dan pencahayaan
- Penggunaan kacamata atau lensa korektif
- Latihan otot mata
- Berikan dukungan emosional dan psikologis untuk membantu pasien beradaptasi dengan gangguan penglihatan
3. Edukasi dan Promosi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem penglihatan
- Ajarkan teknik-teknik untuk mencegah atau meminimalkan gangguan penglihatan
- Dorong pasien untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan fungsi penglihatan, penurunan gejala, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai gangguan penglihatan yang dialaminya. -
Article No. 21381 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan rabun-rabun jauh:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H52.0
- Deskripsi: Miopik (rabun jauh)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.02
- Deskripsi: Pemeriksaan refraksi oleh spesialis mata, termasuk pengukuran ketajaman penglihatan dan koreksi optik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 H52.0 (Miopik/rabun jauh):
- Kondisi ini menggambarkan kondisi dimana pasien memiliki kesulitan melihat objek yang jauh, namun mampu melihat objek yang dekat dengan baik.
- Miopik adalah salah satu kelainan refraksi mata yang disebabkan oleh bola mata yang terlalu panjang atau kekuatan lensa mata yang terlalu besar.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, usia, atau kondisi mata lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 95.02 (Pemeriksaan refraksi oleh spesialis mata):
- Prosedur ini melibatkan pemeriksaan mata yang dilakukan oleh spesialis mata (oftalmolog) untuk mengetahui kondisi refraksi mata pasien.
- Pemeriksaan ini mencakup pengukuran ketajaman penglihatan dan penentuan koreksi optik yang sesuai, seperti kacamata atau lensa kontak.
- Hasil pemeriksaan ini akan digunakan untuk menentukan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat bagi pasien.
Kode-kode tersebut dapat digunakan untuk melakukan dokumentasi dan penagihan yang akurat terkait kondisi dan penanganan pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh. -
Article No. 21382 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu rabun-rabun jauh, diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Gangguan Penglihatan
Kode: 00132 (NANDA-I)
Definisi: Gangguan dalam kemampuan melihat, yang ditandai dengan adanya penurunan tajam penglihatan, lapang pandang, adaptasi terhadap cahaya, akomodasi, dan/atau sensitivitas kontras.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Gangguan dalam kemampuan melihat yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan, lapang pandang, adaptasi terhadap cahaya, akomodasi, dan/atau sensitivitas kontras.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1810
Definisi: Status penglihatan yang optimal, dengan kriteria hasil: tajam penglihatan membaik, lapang pandang membaik, adaptasi terhadap cahaya membaik, akomodasi membaik, dan sensitivitas kontras membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 5500
Definisi: Tindakan untuk membantu pasien dalam mengatasi gangguan penglihatan, dengan intervensi seperti asesmen penglihatan, edukasi tentang kesehatan mata, dan pemberian bantuan alat bantu penglihatan.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan sebagai perawat, penjelasan ini dapat diberikan dalam bahasa yang mudah dipahami, terstruktur, dan informatif untuk memenuhi kebutuhan pasien. -
Article No. 21383 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan rabun-rabun jauh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan rabun-rabun jauh adalah "Gangguan Penglihatan". Diagnosa ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang menjelaskan bahwa gangguan penglihatan adalah "Gangguan fungsi visual yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melihat dengan jelas atau lengkap".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Penglihatan Membaik" (SLKI). Luaran ini menggambarkan bahwa pasien mampu melihat dengan jelas dan lengkap, baik jarak dekat maupun jauh. Indikator keberhasilan luaran ini dapat dilihat dari:
1. Pasien dapat membaca huruf atau angka dengan ukuran normal pada jarak yang sesuai.
2. Pasien dapat melihat dengan jelas objek-objek di sekitarnya.
3. Pasien melaporkan tidak ada lagi keluhan rabun-rabun jauh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Penglihatan Membaik", beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemeriksaan Penglihatan: Melakukan pemeriksaan penglihatan secara komprehensif, termasuk tajam penglihatan, lapang pandang, refraksi, dan fungsi buta warna.
2. Edukasi Perawatan Mata: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara merawat mata, seperti menjaga kebersihan mata, menghindari paparan sinar yang berlebihan, dan menggunakan kacamata/lensa kontak sesuai anjuran.
3. Pemberian Terapi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter spesialis mata) untuk memberikan terapi yang sesuai, seperti pemberian kacamata, pemberian obat tetes mata, atau tindakan operatif jika diperlukan.
4. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi penglihatan pasien dan mengidentifikasi kebutuhan perawatan lebih lanjut.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan penglihatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Penglihatan Membaik" dan mengatasi keluhan rabun-rabun jauh yang dialaminya. -
Article No. 21384 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "pasien mengatakan nyeri dada":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu. Nyeri akut ini biasanya memiliki onset tiba-tiba, durasi terbatas, dan intensitas ringan hingga berat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dari skala awal.
2. Pasien akan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri.
3. Pasien akan mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
4. Pasien akan menunjukkan perilaku yang mengarah pada pemulihan, seperti istirahat yang cukup dan aktivitas yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan indikasi dan instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi dingin/panas, distraksi, atau visualisasi.
4. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan mengurangi aktivitas yang dapat memperparah nyeri.
5. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, fisioterapis, dll.) untuk mengoptimalkan penanganan nyeri.
7. Berikan dukungan emosional dan informasi yang sesuai kepada pasien dan keluarga.
8. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri dada, yang merupakan gejala umum dari berbagai kondisi medis, seperti infark miokard, angina, atau penyakit jantung lainnya. Diagnosa ini memungkinkan perawat untuk fokus pada pengkajian, manajemen, dan evaluasi nyeri yang dialami oleh pasien.
Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, kemampuan pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif, serta perilaku yang mengarah pada pemulihan. Hal ini bertujuan untuk memastikan pasien dapat mengelola nyerinya dengan baik dan mencapai pemulihan yang optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik sesuai indikasi, pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pengaturan aktivitas dan istirahat, pemantauan tanda-tanda vital, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, pemberian dukungan emosional, serta evaluasi efektivitas intervensi. Tujuan dari intervensi-intervensi ini adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan mendukung proses pemulihan. -
Article No. 21385 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri dada sesak napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut". Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (SDKI, 2017). Pasien mengeluhkan nyeri dada yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti penyakit jantung, gangguan pernafasan, atau kondisi lainnya. Selain itu, sesak napas juga dapat menjadi gejala yang menyertai nyeri dada.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat nyeri menurun: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Kemampuan mengatasi nyeri meningkat: Pasien dapat menggunakan strategi pengelolaan nyeri yang efektif untuk mengurangi nyeri.
3. Kenyamanan meningkat: Pasien merasa lebih nyaman dan tenang setelah intervensi keperawatan.
4. Kemampuan bernapas meningkat: Pasien dapat bernapas lebih dalam dan lancar, serta menunjukkan perbaikan pada frekuensi napas dan saturasi oksigen.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, intensitas, durasi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Manajemen nyeri: Memberikan analgesik sesuai dengan resep, mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin), dan memantau efektivitas pengelolaan nyeri.
3. Manajemen respirasi: Memantau status pernapasan pasien, mengajarkan teknik pernapasan dalam, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Edukasi dan dukungan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab nyeri dada, sesak napas, dan strategi pengelolaan yang efektif. Memberikan dukungan emosional dan psikologis.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Nyeri Akut dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri dada, yang merupakan gejala umum dari berbagai kondisi medis. Sesak napas juga dapat menjadi gejala penyerta dari nyeri dada. Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan mengatasi nyeri, peningkatan kenyamanan, dan peningkatan kemampuan bernapas. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri, manajemen nyeri, manajemen respirasi, edukasi dan dukungan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 21386 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri dada,sesak napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan nyeri dada dan sesak napas adalah "Nyeri Akut" (00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Karakteristik definisi dari diagnosa ini mencakup:
1. Pasien mengeluhkan adanya nyeri dada.
2. Pasien mengeluhkan sesak napas, yang dapat menjadi gejala penyerta dari nyeri dada.
3. Nyeri yang dirasakan bersifat akut, artinya terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan segera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol (1605): Pasien dapat mengendalikan nyeri dada yang dirasakan hingga mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima.
2. Status Pernapasan Membaik (0415): Pasien dapat menunjukkan pernapasan yang lebih efektif, dengan frekuensi pernapasan, irama, dan kedalaman yang memadai.
3. Manajemen Nyeri Efektif (1605): Pasien dapat melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri dada yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Kaji karakteristik, durasi, dan lokasi nyeri dada.
- Tingkatkan istirahat dan tirah baring.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
2. Manajemen Jalan Napas (3140):
- Pantau status pernapasan pasien, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti napas dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penggunaan bronkodilator atau terapi lain yang diperlukan.
3. Edukasi Manajemen Nyeri (5240):
- Jelaskan penyebab dan proses nyeri dada yang dialami pasien.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
- Dorong partisipasi pasien dalam pemantauan dan pelaporan nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk konseling dan edukasi lebih lanjut.
Penjelasan di atas merangkum diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan nyeri dada dan sesak napas. Harapannya, dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien dapat mencapai perbaikan status kesehatan dan kenyamanan. -
Article No. 21387 | 02 Sep 2025
Klinis : Rizky, seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, dibawa ke ICU karena keluhan utama penurunan volume urin yang signifikan selama dua hari terakhir. Orang tua Rizky mengatakan bahwa anaknya juga mengalami muntah dan mual selama tiga hari terakhir, serta pembengkakan di wajah dan kakinya. Rizky tidak pernah menderita penyakit ginjal sebelumnya. Sebaliknya, dia pernah sembuh dari infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Pemeriksaan fisik menunjukkan edema generalisata, tekanan darah tinggi (150/90 mmHg), dan kulit yang pucat. Tim medis segera merencanakan tindakan darurat, yang mencakup pengobatan hipertensi, terapi cairan, pemantauan output urin, dan pertimbangan dialisis jika diperlukan. Orang tua Rizky tampaknya khawatir tentang kondisi anak mereka yang semakin memburuk. Orang tua membutuhkan edukasi dan dukungan penuh dari tim perawatan untuk memahami langkah-langkah perawatan yang harus diambil. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Ureum: 85 mg/dL (normal: 10-50 mg/dL) Kreatinin: 2.5 mg/dL (normal: 0.5-1.0 mg/dL) Albumin: 2.8 g/dL (normal: 3.5-5.0 g/dL) Hemoglobin: 9 g/dL (normal: 12-16 g/dL) GFR (Glomerular Filtration Rate): 15 mL/min/1.73mē (normal: >90 mL/min/1.73mē)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Rizky, seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang dibawa ke ICU dengan keluhan utama penurunan volume urin yang signifikan, muntah, mual, serta pembengkakan di wajah dan kaki, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan volume cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan (00026)
Defisini: Kelebihan cairan yang ditandai dengan akumulasi cairan di dalam ruang interstisial dan/atau kavitas tubuh.
- SLKI: Manajemen Cairan (F0701)
Defisini: Kemampuan untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan tubuh.
- SIKI: Manajemen Cairan (H0901)
Defisini: Tindakan untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus
- SDKI: Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (00020)
Defisini: Penurunan kemampuan ginjal untuk menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari darah.
- SLKI: Fungsi Ginjal (F0801)
Defisini: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi dan struktur ginjal secara optimal.
- SIKI: Manajemen Fungsi Ginjal (H0902)
Defisini: Tindakan untuk mempertahankan fungsi dan struktur ginjal secara optimal.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Ansietas (00146)
Defisini: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Manajemen Ansietas (F1301)
Defisini: Kemampuan untuk mengelola perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan.
- SIKI: Manajemen Ansietas (H2301)
Defisini: Tindakan untuk mengelola perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan.
4. Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan
- SDKI: Defisit Pengetahuan (00126)
Defisini: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
- SLKI: Pendidikan Kesehatan (F1701)
Defisini: Kemampuan untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi kesehatan dasar yang diperlukan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat.
- SIKI: Edukasi Kesehatan (H3301)
Defisini: Tindakan untuk memberikan informasi dan instruksi yang diperlukan untuk membantu individu atau kelompok memahami informasi tentang kesehatan.
Diagnosa keperawatan di atas, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, merupakan sebagian dari diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan dalam menangani kondisi Rizky. Penting untuk melakukan penilaian komprehensif dan menyesuaikan intervensi keperawatan dengan kondisi spesifik pasien. -
Article No. 21388 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien mengeluh pusing, lemas, mual dan muntah, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluh pusing, lemas, mual dan muntah, serta nafsu makan menurun, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Mual (00134)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00134
Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dikendalikan, yang mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0601
Definisi: Tingkat keparahan gejala mual yang dialami pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0603
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan mual yang dialami pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Nafsu Makan (00002)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Pengurangan minat untuk makan yang dapat mengakibatkan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0502
Definisi: Tingkat kemampuan pasien untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0501
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan pasien.
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan (00093)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00093
Definisi: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan akan kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan pekerjaan mental dan fisik pada tingkat yang biasa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0302
Definisi: Tingkat kemampuan pasien untuk mempertahankan aktivitas rutin sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0303
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kelelahan yang dialami pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 21389 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien perempuan 68 tahun dengan keluhan badan lemas, tampak pucat, mual satu minggu terakhir,perut membesar, kemoterapi ke 2, hb 8.8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan komprehensif untuk kondisi pasien perempuan berusia 68 tahun yang mengalami keluhan badan lemas, tampak pucat, mual selama satu minggu terakhir, perut membesar, dan sedang menjalani kemoterapi ke-2 dengan nilai Hb 8,8 g/dL.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas (00092) berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis dan efek samping kemoterapi ditandai dengan pasien tampak lemas, pucat, dan mudah lelah.
2. Mual (00134) berhubungan dengan efek samping kemoterapi ditandai dengan pasien mengalami mual satu minggu terakhir.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi akibat kemoterapi dan penurunan intake makanan akibat mual.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas (00092):
a. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan daya tahan.
2. Mual (00134):
a. Pasien dapat melaporkan penurunan frekuensi dan keparahan mual.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual.
c. Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002):
a. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang stabil.
b. Pasien dapat mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin (Hb).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas (00092):
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
c. Ajarkan teknik konservasi energi.
d. Libatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas.
e. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
2. Mual (00134):
a. Lakukan pengkajian tentang frekuensi, durasi, dan keparahan mual.
b. Berikan intervensi nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian antiemetik sesuai resep.
d. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus mual dan mengatasinya.
e. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kecil dan sering.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002):
a. Lakukan pengkajian status nutrisi pasien, termasuk berat badan, asupan makanan, dan kadar Hb.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Berikan dukungan nutrisi enteral atau parenteral, jika diperlukan.
d. Pantau asupan makanan dan cairan pasien.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama kemoterapi.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu meningkatnya toleransi aktivitas, menurunnya frekuensi dan keparahan mual, serta perbaikan status nutrisi yang ditandai dengan stabilnya berat badan dan peningkatan kadar Hb. Perawatan yang holistik dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya akan sangat membantu dalam mencapai hasil yang optimal bagi pasien.