Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13157 | 02 Mar 2025
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi konstipasi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai keadaan di mana pasien mengalami kesulitan dalam defekasi, termasuk frekuensi, konsistensi, dan pengeluaran feses yang tidak normal. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, atau gaya hidup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan konstipasi adalah pasien dapat buang air besar secara teratur dengan konsistensi dan frekuensi normal, tanpa adanya rasa sakit atau kesulitan. Pasien juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi dan menerapkan intervensi yang sesuai untuk mencegah atau mengatasi konstipasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi meliputi:
1. Pemberian nutrisi yang tinggi serat
2. Peningkatan asupan cairan
3. Aktivitas fisik dan latihan
4. Penggunaan laksatif atau supositoria sesuai dengan indikasi
5. Pendidikan kesehatan mengenai manajemen konstipasi
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) jika diperlukan.
Implementasi intervensi keperawatan ini harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien, serta dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 13158 | 02 Mar 2025
Klinis : Case study Untuk pertemuan 9-14 Perawat mengunjungi pasien yang menderita TB, Saat melakukan kunjungan rumah perawat mendapatkan data ibu L (37 thn) dan memiliki An A (13 thn) dan An B (7 thn) Ibu L mengalami gejala batuk lebih 1 bln yang lalu dan hasil BTA positive, ketika kunjungan perawat mendapat ibu L tidak menggunakan masker dirumah dan tidak menjaga jarak dengan anak-anak (An A: 13 thn dan An B: 7thn). Ibu L mengatakan tidak memisahkan perlengkapan makan dan barang pribadi dengan anggota keluarga lain. Hasil observasi didapatkan: rumah terasa lembab, pencahayaan redup, jendela hanya ada di ruang tamu, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 60x/mnt, frekuensi napas 30x/mnt. Pada saat pengkajian terlihat Ibu L meludah di pekarangan rumah. Ibu L mengatakan belum tahu terlalu banyak tentang penyakit Tb yang baru diketahuinya dari petugas puskesmas. Tugas: 1. Tentukan Diagnosa keperawatan keluarga Tn A berdasarkan kasus diatas 2. Tentukan rencana keperawatan keluarga berdasarkan diagnose keperawatan yang muncul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu.
Berdasarkan informasi yang Ibu berikan, saya dapat mengidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan keluarga Tn A sebagai berikut:
1. Risiko penularan TB pada anggota keluarga (An A dan An B) berhubungan dengan perilaku Ibu L yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak dengan anak-anak.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Risiko Penularan Penyakit berhubungan dengan perilaku yang tidak sehat.
- SLKI: Pencegahan Penularan Penyakit.
- SIKI: Edukasi Pencegahan Penularan Penyakit.
2. Ketidakefektifan manajemen penyakit TB berhubungan dengan kurangnya pengetahuan Ibu L tentang penyakit TB.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Manajemen Penyakit Kronis.
- SLKI: Manajemen Penyakit.
- SIKI: Edukasi Manajemen Penyakit.
3. Lingkungan rumah yang tidak sehat berhubungan dengan kondisi rumah yang lembab, pencahayaan redup, dan kurangnya ventilasi.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Lingkungan Rumah Tidak Sehat.
- SLKI: Pemeliharaan Lingkungan Rumah.
- SIKI: Edukasi Pemeliharaan Lingkungan Rumah.
Rencana Keperawatan Keluarga:
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse
1. Risiko Penularan TB pada Anggota Keluarga:
- Memberikan edukasi kepada Ibu L dan anggota keluarga tentang pencegahan penularan TB, termasuk penggunaan masker, menjaga jarak, dan memisahkan perlengkapan makan.
- Memantau dan memastikan kepatuhan Ibu L dan anggota keluarga dalam menerapkan pencegahan penularan TB.
- Berkoordinasi dengan petugas kesehatan setempat untuk mendukung pengobatan dan pemantauan Ibu L.
2. Ketidakefektifan Manajemen Penyakit TB:
- Memberikan edukasi komprehensif kepada Ibu L tentang penyakit TB, termasuk gejala, cara penularan, pengobatan, dan pentingnya kepatuhan.
- Membantu Ibu L dalam menyusun rencana manajemen penyakit TB yang efektif, seperti pengobatan teratur, pemantauan gejala, dan kontrol kesehatan.
- Mendorong Ibu L untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan TB.
3. Lingkungan Rumah yang Tidak Sehat:
- Memberikan edukasi kepada Ibu L dan anggota keluarga tentang pentingnya pemeliharaan lingkungan rumah yang sehat, seperti menjaga kebersihan, ventilasi, dan pencahayaan.
- Membantu Ibu L dalam mengidentifikasi dan memperbaiki aspek-aspek lingkungan rumah yang tidak sehat, seperti menambah ventilasi atau memperbaiki kebersihan.
- Melibatkan pihak terkait, seperti puskesmas atau petugas sanitasi, untuk mendukung perbaikan lingkungan rumah yang tidak sehat.
Diharapkan dengan rencana keperawatan keluarga ini, dapat membantu Ibu L dan keluarga dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang ada dan mencegah penularan TB pada anggota keluarga. Sebagai perawat, kami siap memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Wassalamualaikum. -
Article No. 13056 | 01 Mar 2025
Klinis : Panas batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang terperinci untuk kondisi panas, batuk, dan pilek dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi panas, batuk, dan pilek adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif. Kondisi ini ditandai dengan adanya produksi sekret yang berlebihan di saluran pernapasan, batuk tidak produktif, dan peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan gangguan pada bersihan jalan napas pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada bunyi napas tambahan (misalnya mengi, wheezing)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Auskultasi bunyi napas dan identifikasi adanya sekret atau suara tambahan
- Lakukan tindakan seperti hidrasi, humidifikasi, dan percussive therapy untuk membantu mengeluarkan sekret
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi (misalnya mukolitik, bronkodilator)
2. Manajemen Demam
- Pantau tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi (misalnya antipiretik)
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat, hidrasi, dan menjaga kebersihan
- Berikan edukasi tentang tanda dan gejala komplikasi yang perlu diwaspadai
- Dorong pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan pernapasan untuk membantu pengeluaran sekret
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat membantu proses pemulihan dari kondisi panas, batuk, dan pilek. -
Article No. 13057 | 01 Mar 2025
Klinis : Ruang : PERINA2 Perawat :Rinah, Amd.Kep Waktu :24-02-2025 06:22:19 Skuning O Keadaan umum: sedang Kesadaran:compos mentis Perawatan hari ke 2 di perina skore resiko jatuh tinggi 14 Total Care BBL : 2670 gram / Berat Badan Sekarang 2610 gram lingkar perut 30 cm Riwayat keluhan serupa (+) Rawat inap RSUDM 18/2/25-20/2/25 Riwayat persalinan: cukup bulan, persalinan sesar a/i air ketuban sedikit, NCB-SMK (37 minggu, 2670 gr), PEMERIKSAAN FISIK bayi napas spontan, tidak ada distress napas bergerak aktif, menangis kuat, perfusi baik, klinis ikterik tidak ada muntah, abdomen supel diit ASI/SF 8x70-80 ml naik bertahap, tolerate 70 ml per oral, refleks hisap dan menelan baik, toleransi minum baik Buang air Kecil ada, Buang air besar ada, ruam popok tidak ada Terpasang: - Gelang Identitas - Bilisapere start jam 22.00 WIB tgl 23/02/2025 TTV HR: 147 x/menit RR: 40 x/menit SpO2: 100 % T: 36,8 C THERAPI ANTIBIOTIK: - RADIOLOGI : - BIOKIMIA: HASIL LAB : 23/02/2025 KIMIA DARAH . Fungsi Hati . Bilirubin Total 13.66 mg/dL H 0.00 - 1.00 | . Bilirubin Direk 1.05 mg/dL H 0.00 - 0.60 | . Bilirubin Indirek 12.61 mg/dL H 0.10 - 0.80 | - Gamma GT = 181 - SGOT = 41 . SGPT = 21 balance cairan/10jam intake: 240 ml output: 131,2 ml Balance: +108,8 ml duresis: 3,9ml/kgbb/jam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P59.0
- Deskripsi: Ikterus neonatal fisiologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan/prosedur medis yang tercantum dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien adalah bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi umum sedang, kesadaran compos mentis, dan perawatan hari ke-2 di ruang perina. Pasien mengalami ikterus atau kuning pada kulit dan sklera. Pemeriksaan penunjang menunjukkan peningkatan bilirubin total dan bilirubin indirek, serta hasil laboratorium lainnya yang normal. Tidak ada tindakan/prosedur medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Kode ICD-10 P59.0 (Ikterus neonatal fisiologis) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami ikterus tanpa adanya komplikasi atau penyebab lain yang dapat teridentifikasi. Kondisi ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir dalam beberapa hari pertama kehidupan. -
Article No. 13058 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan berusia 5 tahun dengan demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, menunjukkan adanya kemungkinan diagnosis campak. Berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tidak spesifik
Penjelasan:
Kode ICD-10 B05.9 digunakan untuk diagnosis campak yang tidak spesifik. Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak (Morbillivirus) dan ditandai dengan demam tinggi, ruam merah, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk, dan mata merah. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien ini sesuai dengan kriteria diagnosis campak.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang perlu dilaporkan untuk diagnosis campak pada kasus ini.
Penjelasan:
Pada kasus ini, tidak ada tindakan atau prosedur medis tertentu yang perlu dilaporkan menggunakan kode ICD-9-CM. Penanganan utama pada kasus campak biasanya berupa perawatan simptomatik, seperti pemberian obat penurun demam, antipiretik, dan istirahat yang cukup. -
Article No. 13059 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien anak perempuan, usia 5 tahun, dengan kemungkinan diagnosa campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi" (00004). Pasien anak dengan kemungkinan diagnosa campak mengalami kondisi yang dapat menyebabkan risiko infeksi, termasuk demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital (0802): Kriteria hasil yang diharapkan adalah tanda-tanda vital pasien (suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah) dapat dipertahankan dalam batas normal.
2. Kontrol Infeksi (1842): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perilaku untuk mencegah atau mengendalikan infeksi, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3. Manajemen Demam (0800): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680): Intervensi ini bertujuan untuk memantau tanda-tanda vital pasien secara teratur dan mengidentifikasi adanya perubahan yang dapat mengarah pada komplikasi.
2. Manajemen Demam (3740): Intervensi ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien dengan menggunakan metode yang tepat, seperti kompres hangat, obat penurun demam, dan menjaga asupan cairan yang adekuat.
3. Perawatan Luka: Kulit (3584): Intervensi ini bertujuan untuk merawat luka atau ruam pada kulit pasien, mencegah infeksi, dan mempercepat penyembuhan.
4. Perawatan Mulut (1730): Intervensi ini bertujuan untuk menjaga kebersihan rongga mulut pasien, termasuk membersihkan bintik Koplik yang mungkin terdapat di mukosa mulut.
5. Edukasi Pencegahan Infeksi (6540): Intervensi ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah pencegahan infeksi, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu menstabilkan kondisi pasien, mencegah komplikasi, dan mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 13060 | 01 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis yang paling sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
Pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala-gejala khas campak, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Kode ICD-10 B05.9 digunakan untuk mengkodekan diagnosis campak tanpa komplikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik dikodekan pada kasus ini. Penanganan utama yang mungkin dilakukan adalah perawatan suportif, pemberian obat penurun demam, dan pemantauan kondisi pasien.
Catatan:
Pada kasus ini, tidak terdapat tindakan medis spesifik yang memerlukan pengkodean ICD-9-CM. Penatalaksanaan utama adalah perawatan suportif dan pemantauan kondisi pasien untuk mengatasi gejala-gejala campak. -
Article No. 13061 | 01 Mar 2025
Klinis : Diagonosa diare bab encer, malasmakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Bab Encer
- Definisi: Pengeluaran feses dengan konsistensi encer, frekuensi yang lebih sering dari normal, dan volume yang berlebihan.
2. Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan makanan dan cairan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan singkat untuk kondisi tersebut:
SDKI:
1. Diare Bab Encer
- Karakteristik: Frekuensi buang air besar yang meningkat, konsistensi feses encer, dan volume feses yang berlebihan.
- Faktor Risiko: Infeksi, malabsorpsi, stres emosional, perubahan diet, efek obat-obatan.
2. Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Karakteristik: Penurunan asupan makanan dan cairan, penurunan berat badan, kelemahan, dan perubahan status gizi.
- Faktor Risiko: Disfagia, disfungsi gastrointestinal, penyakit kronis, kemiskinan, depresi, anoreksia.
SLKI:
1. Diare Bab Encer
- Luaran: Pola defekasi kembali normal, frekuensi buang air besar menurun, konsistensi feses kembali normal.
2. Intake Nutrisi Adekuat
- Luaran: Berat badan kembali normal, status gizi membaik, tidak terjadi penurunan berat badan.
SIKI:
1. Diare Bab Encer
- Intervensi: Manajemen diare, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian rehidrasi oral atau intravena, pengaturan diet.
2. Peningkatan Intake Nutrisi
- Intervensi: Asuhan gizi, pemberian informasi tentang nutrisi, pemantauan status gizi, pemberian suplemen nutrisi. -
Article No. 13062 | 01 Mar 2025
Klinis : Pusing mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu "Pusing mual", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.2 menggambarkan kondisi mual dan muntah, yang merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti infeksi saluran pencernaan, reaksi obat, migrain, atau masalah pada saluran pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang tercatat secara spesifik untuk kondisi mual dan pusing.
Penjelasan:
Pada kondisi mual dan pusing, biasanya tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dilakukan secara langsung. Penanganan yang umum dilakukan adalah memberikan obat anti-mual, mengatur pola makan, mengatasi masalah yang mendasari (jika diketahui), serta memberikan perawatan suportif. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik tercatat untuk kondisi ini. -
Article No. 13063 | 01 Mar 2025
Klinis : Ny. A, seorang wanita berusia 56 tahun, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama lemas, pusing, serta kesemutan pada tangan dan kaki sejak 3 hari terakhir. Keluarga melaporkan bahwa Ny. A juga mengalami kesulitan tidur, sering merasa cemas, dan mengeluh nyeri perut yang semakin meningkat. Dari riwayat medis, Ny. A diketahui memiliki hipertensi dan diabetes mellitus yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun, namun sering tidak patuh dalam mengonsumsi obat. Beberapa hari terakhir, ia mengalami sering buang air kecil (poliuria), haus berlebihan, dan mual. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: Kesadaran menurun (GCS 6 / Stupor), tampak lelah, disorientasi ringan Tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 110 kali/menit, pernapasan cepat dan dangkal Kulit kering, turgor buruk, serta bau napas seperti aseton Nyeri tekan di daerah epigastrium, perut tampak tegang Frekuensi buang air kecil meningkat, urin berwarna pucat dengan bau menyengat Refleks tendon menurun, kelemahan otot, serta kesemutan di ekstremitas Luka kecil di kaki kanan yang tampak sulit sembuh dan menunjukkan tanda-tanda infeksi ringan Berdasarkan data ini, dokter mencurigai bahwa Ny. A mengalami ketoasidosis diabetik (DKA) akibat kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, ditambah dengan kemungkinan dehidrasi berat dan gangguan elektrolit. Tim medis segera melakukan tindakan rehidrasi cairan intravena, koreksi elektrolit, serta pemberian insulin untuk menstabilkan kadar gula darahnya. Selain itu, dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya kepatuhan terhadap terapi DM, pola makan sehat, dan pemantauan glukosa darah secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. A yang mengalami ketoasidosis diabetik (DKA), berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat sekunder DKA.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder DKA.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sekunder DKA.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun sekunder DKA.
5. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran sekunder DKA.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menyediakan asupan nutrisi yang dibutuhkan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi dan memantau asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Tindakan pemberian nutrisi enteral atau parenteral untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keletihan yang dialami.
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas sesuai dengan kondisi pasien.
- SIKI: Tindakan perawatan aktivitas dan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer:
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi perfusi jaringan yang adekuat.
- SIKI: Tindakan pemberian cairan dan elektrolit serta pemantauan tanda-tanda vital.
4. Risiko infeksi:
- SDKI: Meningkatnya kerentanan terhadap serangan patogen yang dapat menyebabkan peradangan.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengelola infeksi.
- SIKI: Tindakan pemberian terapi antibiotik, perawatan luka, dan edukasi kebersihan.
5. Risiko cedera:
- SDKI: Meningkatnya kemungkinan terjadinya kerusakan fisik akibat interaksi individu dengan lingkungannya.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengelola risiko cedera.
- SIKI: Tindakan pengawasan dan pemberian alat bantu untuk mencegah cedera akibat penurunan kesadaran.