Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13147 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien mengeluh bab cair lebih dari 3x sehari disertai dengan demam dan mual. hasil pemeriksaan td :110/70 x/menit, n:88 x/menit, s: 36, 3 derajat, Rr: 20x/menit buatkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Diare akut
Definisi: Buang air besar (BAB) cair atau tidak terbentuk yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, reaksi obat, malabsorpsi, intoleransi, dll.
Karakteristik: Frekuensi BAB lebih dari 3 kali per hari, konsistensi cair, dapat disertai dengan demam, mual, muntah, dan dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Indikator:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 36,3°C, RR 20 x/menit)
b. Membran mukosa lembab
c. Turgor kulit baik
d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital, membran mukosa, turgor kulit, dan tanda-tanda dehidrasi dalam batas normal dalam 3 hari.
2. Kontrol tanda dan gejala diare
- Indikator:
a. Frekuensi BAB berkurang menjadi kurang dari 3 kali per hari
b. Konsistensi feses normal
c. Tidak ada demam
d. Tidak ada mual dan muntah
- Target: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi BAB, konsistensi feses normal, tidak ada demam, mual, dan muntah dalam 5 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen diare akut
- Kaji tanda dan gejala diare (frekuensi BAB, konsistensi feses, tanda-tanda dehidrasi)
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi
- Anjurkan intake cairan dan makanan yang mudah dicerna
- Jelaskan etiologi dan pencegahan diare
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat antidiare, antibiotik, atau antiemetik jika diperlukan
2. Manajemen demam
- Kaji tanda dan gejala demam (suhu tubuh, perubahan warna kulit, menggigil)
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan intake cairan yang cukup
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antipiretik jika diperlukan
3. Manajemen mual dan muntah
- Kaji tanda dan gejala mual dan muntah (frekuensi, jumlah, karakteristik, faktor pencetus)
- Berikan anti-emetik sesuai indikasi
- Anjurkan diet yang mudah dicerna
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI diare akut dipilih karena pasien mengeluh buang air besar (BAB) cair lebih dari 3 kali sehari, yang merupakan karakteristik utama dari diare akut. Kondisi ini juga disertai dengan demam dan mual, yang dapat menjadi gejala penyerta dari diare akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit serta kontrol tanda dan gejala diare. Tujuan ini penting untuk memastikan pasien tidak mengalami dehidrasi atau komplikasi lainnya akibat diare, serta dapat mengendalikan gejala diare itu sendiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi manajemen diare akut, manajemen demam, dan manajemen mual dan muntah. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengatasi gejala utama yang dialami pasien, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 13148 | 02 Mar 2025
Klinis : Anak A umur 5 tahun diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan lemas. Ibu pasien mengatakan keluhan lemas sudah berlangsung selama 2 hari terakhir. Dirasakan semakin lemas dalam 1 hari terakhir. Keluhan lain anak terlihat pucat sejak 1 tahun terakhir dan semakin parah dalam 1 minggu, mudah lelah, nafsu makan menurun, nyeri tulang belakang, sendi kaki dan tangan dalam 1 tahun terakhir. Keluhan pusing dan nyeri kepala disangkal. Ibu pasien mengeluhkan berat badan dan tinggi badan anaknya paling kecil diantara teman sebayanya. Ibu pasien mengatakan nafsu makan baik, minum cukup, BAB lancar, dan BAK kesan cukup. Riwayat trauma diakui yaitu 6 bulan lalu pasien jatuh dari tangga. Tetapi tidak memerlukan penanganan di RS. Sebelumnya pasien tidak pernah memeriksakan tekanan darah. Pasien merupakan anak tunggal, pada Riwayat kehamilan ibu pasien pernah mengalami keguguran sebanyak 1 kali sebelumnya. Pasien lahir cukup bulan secara Sectio Caesarea di RS dengan berat badan lahir 2.600 g, keadaan asfiksia, dan menjalani perawatan di ruang intensif selama 6 hari. Riwayat imunisasi pasien lengkap. Riwayat perkembangan sesuai dengan usia teman sebayanya. Pemeriksaan tanda vital tekanan darah 139/92 mmHg, nadi 102 x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 36,6 ºC, SpO2 98%. Pada pemeriksaan fisik pada mata terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat nyeri ketok kostovertebra, dan tidak ada edema. Berat badan 12 kg dan tinggi badan 103 cm. Status gizi pasien yaitu gizi buruk. Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap menunjukkan anemia mikrositik hipokromik dengan hemoglobin 3,8 g/dL, MCV 61,9 fl, MCHC 31,7 g/dL. Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan hasil hiperurisemia, hiperuremia, hiperkreatininemia, dan hiperkalemia dengan kadar BUN 67,29 mg/dL, asam urat 8,0 mg/dL, kreatinin 6,66 mg/dL, dan kalium 5,12 mmol/L. Pemeriksaan urinalisis didapatkan hasil proteinuria, hematuria, dan glucosuria dengan protein 150 mg/dL, darah 25 /LP, dan glukosa +1. Pemeriksaan ASTO didapatkan hasil negatif. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan hasil pada kedua Ginjal Chronic Kidney Diesease. Pada perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menggunakan rumus schwartz didapatkan hasil 8,506 mL/min/1,73 m2 dengan kesimpulan stadium 5. Berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan Gagal Ginjal Kronis stadium 5, hipertensi grade II, anemia mikrositik hipokromik, dan gizi buruk. Tatalaksana awal pasien diberikan infus ringer laktat 15 tpm, transfusi PRC 150 cc kecepatan 4 cc/jam, injeksi furosemide 6 mg/12 jam, injeksi kalsium glukonas 12 ml ditambah 12 ml Nacl habis dalam 1 jam. Obat oral diberikan nifedipine 1,5 mg/ 12 jam. Pasien dilakukan rujukan ke RS Hasan Sadikin Bandung dan dilakukan operasi pemasangan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Ketidakseimbangan cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Tanda dan gejala: Pernapasan cepat, dispnea
- Disebabkan oleh: Kelemahan otot-otot pernapasan akibat anemia dan ketidakseimbangan cairan
b. Intoleransi aktivitas:
- Tanda dan gejala: Cepat lelah, mudah letih
- Disebabkan oleh: Anemia, malnutrisi, dan gangguan ginjal
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Tanda dan gejala: Berat badan di bawah ideal, nafsu makan menurun
- Disebabkan oleh: Malabsorpsi, ketidakseimbangan cairan, dan gangguan ginjal
d. Ketidakseimbangan cairan:
- Tanda dan gejala: Hipertensi, edema, gangguan elektrolit (hiperkalemia, hiperkreatininemia)
- Disebabkan oleh: Gangguan fungsi ginjal
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan status pernapasan
- Peningkatan toleransi aktivitas
- Perbaikan status nutrisi
- Keseimbangan cairan
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Terapi aktivitas
- Manajemen nutrisi
- Manajemen cairan
Secara umum, perawatan yang diperlukan adalah penatalaksanaan gangguan fungsi ginjal, anemia, dan malnutrisi. Terapi dialisis menjadi pilihan utama untuk mengatasi kegagalan ginjal tahap akhir. -
Article No. 13149 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien mengeluh bab cair lebih dari 3x sehari disertai dengan demam dan mual. hasil pemeriksaan td :110/70 x/menit, n:88 x/menit, s: 36, 3 derajat, Rr: 20x/menit buatkan diagnosa yang berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Diare Akut
Definisi: Pola pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya atau dalam konsistensi yang lebih cair, berlangsung selama kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, dan parasit; intoleransi makanan; obat-obatan; kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan Tubuh Membaik
Definisi: Keseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan tubuh sehingga tanda-tanda dehidrasi minimal.
Kriteria Hasil:
- Turgor kulit membaik
- Mukosa mulut lembab
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Berat badan stabil
2. Kontrol Infeksi Membaik
Definisi: Kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada demam
- Tanda-tanda infeksi minimal
- Hasil pemeriksaan laboratorium normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diare
Tujuan: Mengatasi diare dan mencegah komplikasi.
Aktivitas:
- Kaji pola defekasi, karakteristik, frekuensi, dan jumlah feses
- Pantau tanda-tanda dehidrasi
- Berikan cairan oral untuk mengganti cairan yang hilang
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare
- Berikan obat antidiare sesuai indikasi
2. Manajemen Demam
Tujuan: Menurunkan suhu tubuh.
Aktivitas:
- Kaji suhu tubuh pasien
- Beri kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda infeksi
3. Manajemen Mual dan Muntah
Tujuan: Mengurangi mual dan muntah.
Aktivitas:
- Kaji penyebab mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Diare Akut" dipilih karena pasien mengeluh bab cair lebih dari 3 kali sehari, disertai demam dan mual, yang merupakan gejala-gejala khas diare akut. Luaran yang diharapkan adalah "Hidrasi Cairan Tubuh Membaik" dan "Kontrol Infeksi Membaik", karena pasien mengalami dehidrasi dan infeksi (ditandai dengan demam). Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Diare, Manajemen Demam, dan Manajemen Mual dan Muntah, untuk mengatasi masalah diare, demam, dan mual yang dialami pasien. Tujuan dari intervensi-intervensi tersebut adalah untuk memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi. -
Article No. 13150 | 02 Mar 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. W, serta luaran dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, penurunan berat badan, dan nyeri sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (Lupus).
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam, dan gejala penyakit.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia.
6. Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (rambut rontok, bercak kulit).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan daya tahan.
2. Nyeri Akut:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri.
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien melaporkan kualitas tidur yang membaik.
- Pasien menunjukkan peningkatan tingkat energi.
4. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada pasien.
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat infeksi.
- Pasien menunjukkan peningkatan status imun.
5. Perubahan Perfusi Jaringan:
- Pasien menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
6. Perubahan Konsep Diri:
- Pasien dapat menerima perubahan penampilan fisik.
- Pasien menunjukkan peningkatan harga diri.
- Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan konsep diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas pasien.
- Berikan pelatihan aktivitas secara bertahap.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
2. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien.
- Lakukan intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola gangguan tidur.
4. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Berikan perawatan higienis dan aseptik.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan pemantauan status imun.
5. Perubahan Perfusi Jaringan:
- Kaji tanda-tanda anemia dan perfusi jaringan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penggantian darah.
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
6. Perubahan Konsep Diri:
- Kaji persepsi pasien tentang perubahan penampilan fisik.
- Berikan dukungan emosional dan konseling.
- Libatkan pasien dalam aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk Ny. W. Jangan ragu untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas. -
Article No. 13151 | 02 Mar 2025
Klinis : Ny. W, berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3, ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Ny. W berdasarkan Data SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri kepala, nyeri menelan, dan nyeri sendi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan berat badan, sariawan, dan kesulitan menelan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ditandai dengan keluhan lemas seluruh tubuh dan gangguan pergerakan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, ditandai dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, dan hasil pemeriksaan laboratorium.
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan demam, ditandai dengan keluhan tidak dapat beristirahat dengan nyaman.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (rambut rontok, bercak kulit), ditandai dengan perasaan tidak nyaman dengan penampilan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri menurun dari skala 8 menjadi 2, dan mampu melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri.
2. Status nutrisi membaik: Pasien mampu mengonsumsi makanan dan minuman sesuai kebutuhan, tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut, dan tanda-tanda sariawan membaik.
3. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri tanpa keluhan lemas.
4. Bebas infeksi: Tanda-tanda infeksi (demam, pembesaran kelenjar getah bening) teratasi, dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
5. Pola tidur membaik: Pasien dapat beristirahat dengan nyaman tanpa gangguan nyeri dan demam.
6. Citra tubuh positif: Pasien merasa nyaman dengan perubahan fisik yang terjadi dan dapat menerima kondisi tubuhnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologi mengatasi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Monitor efektivitas intervensi nyeri
2. Manajemen Nutrisi:
- Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori harian
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dikonsumsi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang sesuai
- Monitor asupan makanan dan minuman pasien
3. Peningkatan Mobilitas:
- Kaji tingkat keterbatasan pergerakan pasien
- Latih aktivitas fisik bertahap sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik penggunaan alat bantu jika diperlukan
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
4. Manajemen Infeksi:
- Kaji tanda dan gejala infeksi secara rutin
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dan imunosupresan
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium terkait infeksi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
5. Peningkatan Tidur:
- Kaji pola dan gangguan tidur pasien
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman
- Berikan terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur
- Monitor kualitas dan lama istirahat pasien
6. Peningkatan Citra Tubuh:
- Kaji persepsi pasien terhadap perubahan fisik
- Berikan dukungan psikologis dan informasi tentang kondisi
- Bantu pasien menemukan strategi untuk beradaptasi dengan perubahan
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien Ny. W dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 13152 | 02 Mar 2025
Klinis : intoleransi terhadap dingin akibat penurunan produksi panas tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu intoleransi terhadap dingin akibat penurunan produksi panas tubuh, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas Fisik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas Fisik didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang dapat dicapai dari diagnosa Intoleransi Aktivitas Fisik antara lain: Toleransi Aktivitas Fisik Meningkat, Pengetahuan Aktivitas Fisik Memadai, dan Motivasi Meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas Fisik akibat penurunan produksi panas tubuh, antara lain:
a. Pengaturan Suhu Lingkungan: Mengatur suhu lingkungan yang nyaman untuk mencegah kehilangan panas tubuh.
b. Manajemen Kehilangan Panas Tubuh: Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kehilangan panas tubuh dan mengambil tindakan untuk meminimalkan kehilangan panas.
c. Terapi Kehangatan: Memberikan terapi kehangatan, seperti penggunaan selimut atau alat pemanas, untuk mempertahankan suhu tubuh.
d. Edukasi Aktivitas Fisik: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai aktivitas fisik yang dapat dilakukan dengan aman dan sesuai kapasitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan kualitas dan keamanan praktik keperawatan yang diberikan. -
Article No. 13153 | 02 Mar 2025
Klinis : intoleransi terhadap dingin akibat penurunan produksi panas tubuh pada penyakit hipotiroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intoleransi terhadap dingin akibat penurunan produksi panas tubuh pada penyakit hipotiroid. Saya akan menggunakan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi panas tubuh akibat hipotiroid, ditandai dengan intoleransi terhadap dingin, letargi, dan peningkatan berat badan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat meningkatkan toleransi aktivitas, mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, dan menurunkan berat badan yang berlebih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh
2. Pengaturan lingkungan untuk menghindari paparan dingin
3. Pemberian edukasi tentang penyakit hipotiroid dan manajemen aktivitas
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pengobatan hipotiroid.
Dengan penerapan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan intoleransi terhadap dingin akibat hipotiroid dapat memulihkan kondisi dan mencapai kemandirian yang optimal. -
Article No. 13154 | 02 Mar 2025
Klinis : sensitif terhadap dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, sensitivitas terhadap dingin dapat merupakan salah satu gejala atau tanda yang menunjukkan adanya Intoleransi Aktivitas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Utama: Sensasi dingin, penurunan toleransi aktivitas, dan kelelahan.
- Faktor yang Berhubungan: Kondisi yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen, seperti gangguan kardiovaskular, respirasi, atau neuromuskular.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran Utama: Toleransi Aktivitas
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari, mampu melakukan aktivitas fisik tanpa tanda-tanda intoleransi, dan dapat beristirahat secukupnya.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Utama: Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Tindakan Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, mengatur aktivitas dan istirahat, memberikan terapi oksigen (jika diperlukan), dan mengelola gejala yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
Sebagai perawat, tujuan utama adalah membantu pasien mencapai toleransi aktivitas yang optimal, dengan mempertimbangkan kondisi sensitivitas terhadap dingin yang dialami. -
Article No. 13155 | 02 Mar 2025
Klinis : sensitif terhadap dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sensitif terhadap dingin.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisiologis.
Faktor Risiko:
Sensitif terhadap dingin
Gejala dan Tanda:
- Kelelahan saat beraktivitas
- Pemaparan terhadap cuaca dingin menyebabkan gejala fisik yang tidak nyaman
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital dan toleransi aktivitas pasien
2. Atur lingkungan yang nyaman, seperti suhu ruangan yang hangat
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang sesuai dengan cuaca
4. Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik mengkonservasi energi saat beraktivitas
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, untuk membantu meningkatkan toleransi aktivitas pasien
Outcome yang diharapkan:
Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan dapat beradaptasi terhadap paparan cuaca dingin.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan intervensi yang dapat dilakukan berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sensitif terhadap dingin. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 13156 | 02 Mar 2025
Klinis : sensitif terhadap dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sensitif terhadap dingin.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari perawatan intoleransi aktivitas adalah untuk meningkatkan toleransi dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan energi, dan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas akibat sensitif terhadap dingin antara lain:
a. Manajemen Lingkungan: mengatur suhu ruangan, menyediakan pakaian hangat, dan meningkatkan aktivitas fisik untuk meningkatkan sirkulasi darah.
b. Manajemen Energi: mengatur jadwal aktivitas dan istirahat, serta mengidentifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan.
c. Peningkatan Aktivitas: membantu klien melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya, serta melatih kekuatan dan daya tahan.
d. Edukasi Kesehatan: memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang strategi mengatasi intoleransi aktivitas akibat sensitif terhadap dingin.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas dan menyusun rencana keperawatan yang komprehensif untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan kualitas hidup klien.