Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13098 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah dengan kemungkinan diagnosa medis campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Virus Campak
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Demam dan Malaise
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Demam dan Ketidaknyamanan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Virus Campak
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kewaspadaan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Pasien berisiko tinggi terkena infeksi virus campak yang dapat menyebar melalui kontak langsung atau droplet. Upaya pencegahan dan pengawasan ketat perlu dilakukan untuk menghindari komplikasi.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Demam dan Malaise
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Pemulihan Energi
- SIKI: Manajemen Energi
Pasien mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas akibat demam tinggi dan malaise yang menyebabkan kelelahan. Tindakan keperawatan diperlukan untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien.
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Demam dan Ketidaknyamanan
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
Pasien mengalami gangguan tidur akibat demam tinggi dan ketidaknyamanan yang dialami. Intervensi keperawatan diperlukan untuk memfasilitasi pola tidur yang adekuat dan meningkatkan kualitas tidur pasien.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam proses keperawatan akan membantu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 13099 | 02 Mar 2025
Klinis : paru paru basah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi paru-paru basah, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lain-lain
Penjelasan:
Paru-paru basah, atau pneumonia, adalah kondisi medis di mana terjadi infeksi pada satu atau kedua paru-paru. Kode ICD-10 J15.9 digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang mencakup berbagai jenis pneumonia bakterial.
Terkait dengan tindakan medis, pasien dengan paru-paru basah biasanya memerlukan pemberian oksigen untuk membantu pernapasan. Kode ICD-9-CM 93.94 digunakan untuk mengkodekan pemberian oksigen, termasuk penggunaan alat bantu pernapasan seperti masker oksigen atau kanula nasal.
Dalam praktik klinis, penegakan diagnosis paru-paru basah didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen atau CT-scan thoraks. Penanganan utama meliputi pemberian antibiotik sesuai penyebab infeksi, serta supportif berupa pemberian oksigen dan cairan jika diperlukan. -
Article No. 13100 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien datang ke igd jam 21.36 dengan keluhan demam tinggi sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40⁰C Td: 119/74 mmHg, nadi : 146 x/menit, RR: 20x/menit, spo2 : 99% akral teraba hangat, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, pasien tidak ada mual dsn tidak ada muntah, dan pasien sudah di berikan paracetamol infus oleh dokter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi/peradangan ditandai dengan suhu tubuh 40°C.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia: Suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau gangguan mekanisme pengendalian suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Pantau suhu tubuh secara berkala
3. Berikan cairan intravena untuk mencegah dehidrasi
4. Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
5. Lakukan tindakan penurunan suhu seperti kompres hangat/dingin
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keluhan demam tinggi (40°C) dan tanda-tanda vital yang abnormal (TD 119/74 mmHg, nadi 146x/menit, RR 20x/menit, SpO2 99%). Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi/peradangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab, memantau suhu tubuh, memberikan cairan IV, antipiretik, dan tindakan penurunan suhu. -
Article No. 13101 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien datang ke igd jam 21.36 dengan keluhan demam tinggi sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40⁰C Td: 119/74 mmHg, nadi : 146 x/menit, RR: 20x/menit, spo2 : 99% akral teraba hangat, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, pasien tidak ada mual dsn tidak ada muntah, dan pasien sudah di berikan paracetamol infus oleh dokter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 40°C.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Hipertermia: Keadaan di mana suhu tubuh pasien kembali dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Demam
3. Pemberian Terapi Antipiretik
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi, suhu tubuh 40°C, dan tampak pucat, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencapai kontrol hipertermia, yaitu mengembalikan suhu tubuh pasien ke rentang normal.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: mengukur suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara teratur untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
2. Manajemen Demam: memberikan kompres hangat/dingin, menganjurkan banyak minum, dan mengendalikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan suhu tubuh.
3. Pemberian Terapi Antipiretik: pemberian obat penurun demam, seperti paracetamol, sesuai dengan resep dokter.
Dengan intervensi tersebut, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal dan tanda-tanda vital lainnya juga membaik. -
Article No. 13102 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien datang ke igd jam 21.36 dengan keluhan demam tinggi sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40⁰C Td: 119/74 mmHg, nadi : 146 x/menit, RR: 20x/menit, spo2 : 99% akral teraba hangat, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, pasien tidak ada mual dsn tidak ada muntah, dan pasien sudah di berikan paracetamol infus oleh dokter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 40°C.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh normal: 36,5-37,5°C
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD 110-140/70-90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit
3. Manifestasi klinis infeksi berkurang (akral teraba hangat, konjungtiva tidak anemis, tidak ada mual dan muntah)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian antipiretik sesuai indikasi medis
3. Kompres hangat pada daerah yang terasa panas
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Identifikasi penyebab infeksi dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan
6. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan demam dan infeksi
7. Evaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan suhu tubuh 40°C. Hipertermia merupakan kondisi abnormal di mana suhu tubuh melebihi batas normal, yang dapat disebabkan oleh proses infeksi di dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Suhu tubuh normal: 36,5-37,5°C. Ini merupakan rentang suhu tubuh normal yang harus dicapai setelah intervensi keperawatan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD 110-140/70-90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit. Tanda-tanda vital yang stabil dan dalam batas normal merupakan salah satu indikator kesembuhan.
- Manifestasi klinis infeksi berkurang (akral teraba hangat, konjungtiva tidak anemis, tidak ada mual dan muntah). Perbaikan gejala klinis menunjukkan penurunan proses infeksi di dalam tubuh.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala. Pemantauan tanda-tanda vital penting untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan memastikan kondisi pasien tetap stabil.
- Pemberian antipiretik sesuai indikasi medis. Obat antipiretik dapat membantu menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
- Kompres hangat pada daerah yang terasa panas. Kompres hangat dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mempercepat penurunan suhu tubuh.
- Manajemen cairan dan elektrolit. Manajemen cairan dan elektrolit yang baik dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh selama proses infeksi.
- Identifikasi penyebab infeksi dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan. Kerjasama dengan tim medis diperlukan untuk menentukan penyebab infeksi dan memberikan penanganan yang tepat.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan demam dan infeksi. Edukasi dapat membantu pasien dan keluarga memahami kondisi dan berpartisipasi dalam perawatan.
- Evaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan. Evaluasi berkala diperlukan untuk menyesuaikan intervensi dan memastikan tujuan perawatan tercapai.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 13103 | 02 Mar 2025
Klinis : Pasien datang ke igd jam 21.36 dengan keluhan demam tinggi sudah 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40⁰C Td: 119/74 mmHg, nadi : 146 x/menit, RR: 20x/menit, spo2 : 99% akral teraba hangat, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, pasien tidak ada mual dsn tidak ada muntah, dan pasien sudah di berikan paracetamol infus oleh dokter
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi selama 1 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu 40°C. Hal ini sesuai dengan kode ICD-10 R50.9 untuk "Demam, tidak spesifik". Kode ini digunakan untuk kondisi demam yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain, seperti demam akibat infeksi, demam karena penyakit tertentu, atau demam lainnya.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien telah diberikan paracetamol infus oleh dokter. Pemberian cairan intravena ini sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.21, yang menggambarkan prosedur pemberian cairan intravena. Prosedur ini dilakukan untuk membantu mengatasi dehidrasi dan menyediakan dukungan cairan bagi pasien dengan demam tinggi. -
Article No. 13105 | 02 Mar 2025
Klinis : Seorang pria bernama Bapak R, usia 35 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama nyeri dada yang sangat parah. Ia menggambarkan nyeri seperti ditindih beban berat, menjalar ke lengan kiri, dan disertai sesak napas. Bapak R mengatakan bahwa ia takut akan serangan jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Bapak R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik, ditandai dengan nyeri dada yang sangat parah seperti ditindih beban berat, menjalar ke lengan kiri, dan disertai sesak napas.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian analgesik, terapi oksigen, teknik relaksasi, dan edukasi terkait manajemen nyeri.
2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman serangan jantung, ditandai dengan pernyataan pasien yang merasa takut akan serangan jantung.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik.
SLKI: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan melaporkan penurunan tingkat kecemasan dan dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian terapi relaksasi, konseling, dan edukasi terkait manajemen kecemasan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, kami dapat mengidentifikasi masalah kesehatan Bapak R dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi nyeri dada dan kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 13106 | 02 Mar 2025
Klinis : pasien A datang ke UGD dengan keluhan batuk disertai dengan dahak buatkan diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien A:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Penyebab Potensial:
1. Produksi sekret berlebih
2. Muskulus pernapasan yang lemah
3. Hambatan mekanis pada jalan napas
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Batuk tidak efektif
2. Suara napas tambahan
3. Sputum berlebih
Gejala dan Tanda Minor:
1. Dispnea
2. Sianosis
3. Napas cuping hidung
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Utama:
Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Indikator:
1. Batuk efektif
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Jumlah sekret berkurang
Luaran Tambahan:
Ventilasi
Definisi: Kemampuan untuk melakukan pertukaran gas di paru-paru.
Indikator:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Irama napas teratur
3. Tidak ada tanda-tanda kegagalan napas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi faktor penyebab bersihan jalan napas tidak efektif
- Bantu pasien batuk dan bernapas dalam
- Lakukan suction pada jalan napas jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Sekret
- Nilai jumlah, konsistensi, dan warna sputum
- Berikan terapi nebulizer atau inhalasi
- Dorong pasien untuk melakukan batuk efektif dan senam dada
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri pada dada atau perut akibat batuk
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam dada
- Dorong pasien untuk menjaga hidrasi dan mengonsumsi makanan bergizi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien A datang dengan keluhan batuk disertai dahak, yang menunjukkan adanya masalah pada bersihan jalan napas. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas, dengan indikator seperti batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan jumlah sekret yang berkurang. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen sekret, manajemen nyeri, dan edukasi kesehatan untuk membantu pasien mencapai tujuan luaran yang diharapkan. -
Article No. 13107 | 02 Mar 2025
Klinis : Tn. S, pasien pria dengan riwayat Diabetes Melitus selama 3 tahun yang menggunakan insulin Novomix dua kali sehari, datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno, Kab. Sukoharjo, pada 21 November 2022 pukul 16.00 dengan keluhan utama lemas dan sesak napas sejak pagi hari sebelum SMRS. Sesak napas berlangsung terus-menerus, memberat saat beraktivitas, dan sedikit membaik saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan dada "ampeg" dan mengalami muntah sebanyak tiga kali dalam satu hari dengan volume sekitar 200 ml berisi makanan dan air. Tidak ditemukan keluhan nyeri dada, pusing, demam, keringat dingin, atau nyeri perut. Pasien melaporkan frekuensi buang air kecil yang sering dengan BAB dalam batas normal, serta sering merasa haus dan mengalami penurunan berat badan selama setahun terakhir. Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien menunjukkan kelemahan dan apatis (GCS E3V4M5) dengan tekanan darah 126/64 mmHg, nadi 128x/menit, dan laju pernapasan 32x/menit dengan pola napas cepat dan dalam (Kussmaul). Suhu tubuh tercatat 36.8°C, dengan SpO₂ 91% pada udara bebas yang meningkat menjadi 99% dengan O₂ nasal kanul 3 LPM. Berat badan pasien adalah 50 kg dengan tinggi 150 cm (BMI 19,53 kg/m²). Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan observasi dyspneu dan hiperglikemia dengan kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD). Terapi awal yang diberikan meliputi infus NaCl 0.9% (loading 500cc dilanjutkan 20 tetes/menit), injeksi ranitidin 50 mg tiap 12 jam, pemberian insulin (Novorapid® dengan dosis 25-25-15 unit), dan injeksi antibiotik Vicillin sx 1.5 gr tiap 12 jam. Selanjutnya, pasien dilaporkan ke dokter spesialis penyakit dalam dan terapi disesuaikan dengan pemberian infus NaCl 0.9% 1000cc, Novorapid® 20 unit, serta drip insulin 50 unit dicampur dalam 50cc aquabidest melalui syringe pump (2cc/jam selama 4 jam) dengan instruksi untuk melakukan cek kadar gula darah dan elektrolit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn. S ini.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan hiperglikemia terkait diabetes melitus.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketonemia terkait ketoasidosis diabetikum.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan mual terkait hiperglikemia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Status Pernapasan:
- Pola napas menjadi normal.
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Kadar oksigen darah (SpO2) dalam batas normal.
3. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien (asupan, berat badan, dll).
- Pantau tanda-tanda malnutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet sesuai kebutuhan.
- Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
2. Status Pernapasan:
- Kaji pola, frekuensi, dan kedalaman napas pasien.
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan kondisi pernapasan.
3. Toleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan kemampuan pasien.
- Bantu pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi.
- Berikan perawatan yang mendukung pemulihan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya aktivitas yang teratur.
- Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk perencanaan aktivitas yang sesuai.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus Tn. S dengan komplikasi diabetes melitus dan ketoasidosis diabetikum. Harapannya, intervensi keperawatan yang komprehensif dapat membantu pasien mencapai kondisi yang stabil dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 13108 | 02 Mar 2025
Klinis : Tn. S, pasien pria dengan riwayat Diabetes Melitus selama 3 tahun yang menggunakan insulin Novomix dua kali sehari, datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno, Kab. Sukoharjo, pada 21 November 2022 pukul 16.00 dengan keluhan utama lemas dan sesak napas sejak pagi hari sebelum SMRS. Sesak napas berlangsung terus-menerus, memberat saat beraktivitas, dan sedikit membaik saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan dada "ampeg" dan mengalami muntah sebanyak tiga kali dalam satu hari dengan volume sekitar 200 ml berisi makanan dan air. Tidak ditemukan keluhan nyeri dada, pusing, demam, keringat dingin, atau nyeri perut. Pasien melaporkan frekuensi buang air kecil yang sering dengan BAB dalam batas normal, serta sering merasa haus dan mengalami penurunan berat badan selama setahun terakhir. Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien menunjukkan kelemahan dan apatis (GCS E3V4M5) dengan tekanan darah 126/64 mmHg, nadi 128x/menit, dan laju pernapasan 32x/menit dengan pola napas cepat dan dalam (Kussmaul). Suhu tubuh tercatat 36.8°C, dengan SpO₂ 91% pada udara bebas yang meningkat menjadi 99% dengan O₂ nasal kanul 3 LPM. Berat badan pasien adalah 50 kg dengan tinggi 150 cm (BMI 19,53 kg/m²). Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan observasi dyspneu dan hiperglikemia dengan kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) untuk kasus Tn. S.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan sesak napas, pola napas cepat dan dalam (Kussmaul), dan SpO2 91% pada udara bebas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan keluhan lemas, penurunan berat badan selama setahun terakhir, dan BMI 19,53 kg/m² (kurus).
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai dengan riwayat DM selama 3 tahun, keluhan poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan, serta kecurigaan ketoasidosis diabetikum (KAD).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan
d. Tidak ada sesak napas
2. Keseimbangan Nutrisi: Adekuat
Kriteria hasil:
a. Berat badan dalam rentang normal
b. Tidak ada keluhan rasa lemas
c. Tidak ada penurunan berat badan
3. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Kriteria hasil:
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal
b. Tidak ada tanda-tanda ketoasidosis diabetikum
c. Tidak ada keluhan poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, suara tambahan)
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Fasilitasi batuk efektif dan berikan suction jika perlu
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, dan kortikosteroid
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Kaji status nutrisi (berat badan, nafsu makan, pola makan)
b. Timbang berat badan secara rutin
c. Kolaborasi pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
d. Edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
a. Monitor kadar glukosa darah secara rutin
b. Kolaborasi pemberian insulin sesuai kebutuhan
c. Edukasi tentang manajemen diabetes melitus
d. Pantau tanda-tanda ketoasidosis diabetikum
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran/output yang diharapkan, dan menyusun intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai tujuan keperawatan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk mendapatkan hasil perawatan yang optimal bagi pasien.