Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13190 | 03 Mar 2025
Klinis : post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan appendiktomi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik pasca operasi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang diuraikan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan tingkat nyeri yang dapat diterima.
2. Pencegahan Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Perawatan Diri: Kemampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mengendalikan nyeri.
2. Pencegahan Infeksi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Perawatan Diri: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun. -
Article No. 13191 | 03 Mar 2025
Klinis : post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi post operasi appendiktomi pada anak usia 8 tahun.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Gangguan integritas kulit
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri. Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen farmakologis, non-farmakologis, dan komunikasi terapeutik.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian analgesik, teknik relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien terbebas dari tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pemberian obat-obatan, edukasi pencegahan infeksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
3. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Gangguan integritas kulit adalah kerusakan atau perubahan pada kulit dan lapisan di bawahnya.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit. Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, pencegahan kerusakan kulit, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat meliputi perawatan luka, penggunaan produk topikal, peningkatan intake nutrisi, dan pemantauan tanda-tanda kerusakan kulit.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan aspek-aspek seperti usia pasien, prosedur operasi, dan kondisi klinis untuk menentukan intervensi yang tepat dan efektif. -
Article No. 13192 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif tiga hari terkait dengan batuk akut, menghasilkan dahak kekuningan dan demam. Pasien membantah gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini atau kontak sakit. Untuk riwayat medisnya yang signifikan pada hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus type 2 dan obesitas. Dan obat-obatan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone dan simvastatin. Pasien tidak memiliki operasi dan pensiunan perwira militer. Pasien juga membantah merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minum-minuman alkohol. Pada kasus, pasien mengalami kesulitan bernapas sedang sampai berat, Pasien mengalami demam hingga 37 C, takikardi dengan denyut nadi 123/menit, takipnea dengan laju pernapasan 25/menit dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang meningkat menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif FIO2 dan 0,7. Pemeriksaan signifikan yaitu untuk penggunaan otot-otot pernapasan aksesori dan radang bibasilar. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis dan kulit tidak ditemukan. Laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia dan rhabdomiolisis. Rontgen dada awal (RCT) dan computed tomography (CT) dari dada menunjukkan infiltrat alveolar lobus kiri bawah luas. Kondisi klinis pasien terus memburuk, pasien membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik pada hari ke 6 untuk server ARDS (PAO2 / FIO2). Piperacillin-tazobactim, vankomisin dan azitromisin dimulai saat masuk, dan levofloxacin ditambahkan pada hari ke 5 ketika hasilnya untuk antigen legionella urine positif. Kultur darah urin dan urin, antibodi mikoplasma dan antigen streptokokus pneumonia adalah negatif. Mengingat keparahan penyakit dan kehadiran DAH, steroid nadi dengan satu-gram methylprednisolone selama tiga hari diikuti oleh prednison 1 mg diberikan. Kondisi pasien terus membaik, tanpa bukti hemoptisis atau penurunan hemoglobin yang parah. Diagnosis akhir dari legionella pneumonia terkait dengan DAH dan ARDS parah dibuat. Pasien dibebaskan untuk ventilator setelah 7 hari, antibiotik diturunkan menjadi levofloxacin sampai selesai 21 hari, steroid dikurangi secara bertahap dan pasien dipulangkan ke rumah setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk memepertahankan oksigenasi yang adekuat.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit paru-paru (pneumonia legionella dengan ARDS).
Gejala dan Tanda Mayor: Dispnea, takipnea, hipoksemia.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit paru-paru (pneumonia dengan ARDS), kelelahan.
Gejala dan Tanda Mayor: Kelemahan, mudah lelah.
3. Resiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Prosedur invasif (intubasi, ventilasi mekanik), penyakit kronis (diabetes mellitus, obesitas).
Gejala dan Tanda Mayor: Demam, takikardi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi dan kriteria diagnostik dari masing-masing diagnosa keperawatan di atas mengacu pada SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan antara lain peningkatan status pernapasan, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen energi, edukasi pencegahan infeksi, dan kolaborasi pemberian terapi antibiotik dan kortikosteroid. -
Article No. 13193 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 61 tahun dirawat di ICU dengan dispnea progresif selama tiga hari yang disertai batuk akut, dahak berwarna kekuningan, dan demam. Pasien menyangkal adanya gejala konstitusional atau gastrointestinal, nyeri dada, hemoptisis, paparan burung, perjalanan baru-baru ini, atau kontak dengan orang sakit. Riwayat medisnya menunjukkan hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus tipe 2, dan obesitas. Obat-obatan yang diberikan termasuk olmesartan, amlodipine, hydrochlorothiazide, glyburide-metformin, pioglitazone, dan simvastatin. Pasien tidak menjalani operasi dan merupakan pensiunan perwira militer. Pasien menyangkal merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, dan minum alkohol saat bersosialisasi. Saat datang, pasien mengalami gangguan pernapasan sedang hingga berat. Pasien mengalami demam hingga 102,7 F, takikardi dengan denyut nadi 123 per menit, takipnea dengan denyut pernapasan 25 per menit, dan tekanan darah 154/74 mmHg. Pasien mengalami hipoksia dengan saturasi oksigen 80% pada udara sekitar yang membaik menjadi 96% dengan ventilasi tekanan positif non invasif dan FIO2 0,7. Pemeriksaan menunjukkan adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan bunyi krepitasi bibasilar yang signifikan. Pemeriksaan jantung, abdomen, neurologis, dan kulit tidak menunjukkan hasil. Hasil laboratorium awal menunjukkan leukositosis, cedera ginjal akut, hiponatremia, dan rabdomiolisis (Kasif et al., 2017).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor yang Berhubungan: Proses patologis (infeksi paru, edema paru).
- Gejala dan Tanda: Dispnea, takipnea, penggunaan otot bantu pernapasan, hipoksemia.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (00025)
- Definisi: Berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Risiko: Gangguan fungsi ginjal (cedera ginjal akut), perubahan status cairan.
- Gejala dan Tanda: Hiponatremia, rabdomiolisis.
3. Hipertermia (00007)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
- Faktor yang Berhubungan: Proses infeksi.
- Gejala dan Tanda: Demam, leukositosis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif: Penilaian fungsi pernapasan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen jalan napas.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Pemantauan cairan dan elektrolit, pemberian cairan dan elektrolit, manajemen ginjal.
3. Hipertermia: Pemantauan suhu tubuh, manajemen termoregulasi, penanganan infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif: Ventilasi adekuat, pola napas normal, bebas dari stres pernapasan.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjaga, fungsi ginjal yang membaik.
3. Hipertermia: Suhu tubuh dalam rentang normal, bebas dari gejala infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif: Pemantauan pernapasan, terapi oksigen, manajemen jalan napas.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Pemantauan cairan dan elektrolit, terapi cairan dan elektrolit, manajemen fungsi ginjal.
3. Hipertermia: Pemantauan suhu tubuh, manajemen suhu tubuh, penanganan infeksi. -
Article No. 13194 | 03 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 57 th dirawat di RSJ dengan keluhan masuk marah-marah dan sering mendengar suara orang memberikan perintah untuk bersiap karena musuh menyerang. Diketahui bahwa pasien merupakan veteran/ pensiunan angkatan yg lama bertugas di perbatasan Negara. 1 bulan sebelum masuk RS, pasien terlihat resah dan cemas, jarang tidur dan terlihat waspada. Pasien merasa curiga hp dan alat komunikasi lainnya digunakan oleh musuh untuk memonitor dirinya dan menyadap pembicaraan dengan keluarga. Pasien marah-marah karena keluarga tidak ada yang percaya bahwa mereka dalam bahaya. Saat dikaji dan diberikan intervensi, pasien sering menolak dan terlihat curiga dan waspada. Klien mempunyai riwayat genetic gangguan jiwa dan mempunyai kepribadin introvert.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan riwayat pengalaman traumatis di daerah perbatasan
Ditandai dengan pasien melaporkan mendengar suara orang memberikan perintah untuk bersiap karena musuh menyerang.
2. Kecemasan berhubungan dengan persepsi ancaman yang tidak realistis
Ditandai dengan pasien terlihat resah, cemas, jarang tidur, dan waspada.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan kurangnya kepercayaan terhadap petugas kesehatan
Ditandai dengan pasien sering menolak intervensi dan terlihat curiga saat dikaji.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Halusinasi Terkontrol
- Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami
- Pasien dapat melakukan strategi untuk mengendalikan halusinasi
- Pasien tidak lagi melaporkan mendengar suara-suara
2. Kecemasan Terkendali
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan
- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup
3. Kepatuhan Terhadap Pengobatan
- Pasien mau menerima dan mengikuti program pengobatan
- Pasien terlibat aktif dalam perawatan
- Pasien menunjukkan peningkatan kepercayaan terhadap petugas kesehatan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Halusinasi
- Kaji karakteristik, frekuensi, dan respons pasien terhadap halusinasi
- Ajarkan pasien teknik untuk mengontrol halusinasi (misalnya, berdoa, menghitung, dll.)
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien mengatasi halusinasi
- Berikan obat antipsikotik sesuai resep untuk mengurangi halusinasi
2. Manajemen Kecemasan
- Kaji tanda-tanda kecemasan pada pasien
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi, dll.)
- Diskusikan sumber kecemasan dan bantu pasien mengidentifikasi strategi koping
- Beri lingkungan yang tenang dan aman untuk memfasilitasi istirahat pasien
3. Peningkatan Kepatuhan
- Bangun hubungan saling percaya dengan pasien
- Jelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan program perawatan
- Libatkan keluarga dalam mendukung kepatuhan pasien
- Monitor respons dan efek samping obat, serta lakukan intervensi yang diperlukan
Penjelasan yang lebih rinci dapat diberikan jika diperlukan. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 13195 | 03 Mar 2025
Klinis : klien lemas, lesu, gangguan pola tidur, stres
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Fatigue (Kelelahan)
Definisi: Pengalaman terus-menerus akan kekurangan energi dan sumber daya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Insomnia (Gangguan Pola Tidur)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang adekuat.
3. Ansietas (Kecemasan)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui atau tidak jelas.
Penjelasan singkat:
1. Fatigue (Kelelahan)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Klien melaporkan peningkatan energi, kemauan untuk melakukan aktivitas, dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen energi, stimulasi aktivitas, dan peningkatan pemulihan.
2. Insomnia (Gangguan Pola Tidur)
- SLKI: Klien melaporkan pola tidur yang adekuat, kemampuan untuk memulai dan mempertahankan tidur.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen lingkungan, terapi relaksasi, dan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
3. Ansietas (Kecemasan)
- SLKI: Klien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun, kemampuan untuk mengatasi kecemasan, dan peningkatan koping yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi terapi kognitif, teknik relaksasi, dan manajemen stres.
Dalam tone akademis dan persona pakar/perawat, diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat di atas diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang kondisi klien dan langkah-langkah keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Diagnosis, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia. -
Article No. 13196 | 03 Mar 2025
Klinis : Hemoroid interna
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hemoroid interna, dengan penjelasan yang rinci dan terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64.0
- Deskripsi: Hemoroid interna
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.43
- Deskripsi: Ligasi dan eksisi hemoroid interna
Penjelasan:
Hemoroid interna adalah kondisi pembengkakan pembuluh darah vena di dalam rektum yang terjadi ketika tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus meningkat. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konstipasi, kehamilan, atau posisi duduk yang lama.
Kode ICD-10 K64.0 mengacu secara spesifik pada hemoroid interna, yang merupakan pembengkakan atau penonjolan pembuluh darah vena di dalam rektum. Ini berbeda dari hemoroid eksternal (K64.1), yang terjadi di luar anus.
Jika diperlukan tindakan medis, prosedur yang umum dilakukan adalah ligasi dan eksisi hemoroid interna (kode ICD-9-CM 49.43). Prosedur ini melibatkan pengikatan dan pemotongan jaringan hemoroid untuk mengurangi pembengkakan dan gejala yang terkait.
Penanganan hemoroid interna dapat dilakukan secara konservatif dengan perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan asupan serat, menjaga pola defekasi yang teratur, dan mengurangi tekanan pada anus. Namun, jika gejala tidak membaik atau memburuk, intervensi medis seperti ligasi dan eksisi hemoroid interna mungkin diperlukan. -
Article No. 13197 | 03 Mar 2025
Klinis : gangguan interaksi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum dan selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan interaksi sosial.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Interaksi Sosial
Definisi:
Ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
Penyebab:
1. Faktor personal: harga diri rendah, keterampilan sosial kurang, riwayat trauma, dan lain-lain.
2. Faktor lingkungan: isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, dan lain-lain.
Karakteristik Umum:
1. Kesulitan memulai dan mempertahankan interaksi sosial.
2. Kecemasan saat berinteraksi dengan orang lain.
3. Perilaku sosial yang tidak adaptif.
4. Merasa tidak nyaman dalam situasi sosial.
Intervensi Keperawatan:
1. Bangun hubungan saling percaya dengan klien.
2. Identifikasi faktor penyebab gangguan interaksi sosial.
3. Latih keterampilan komunikasi dan berinteraksi.
4. Fasilitasi keterlibatan klien dalam aktivitas sosial.
5. Sediakan dukungan sosial yang sesuai dengan kebutuhan klien.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian, analisis data, dan perumusan masalah keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar terkait untuk kondisi gangguan interaksi sosial. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 13198 | 03 Mar 2025
Klinis : Pipi bengkak, nyeri luar biasa saat menelan, demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pipi bengkak, nyeri luar biasa saat menelan, dan demam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- SDKI: Individu mengalami pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Individu dapat mengidentifikasi dan melaporkan pengalaman nyeri, menggunakan teknik manajemen nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami individu.
2. Hipertermia
- SDKI: Individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Individu dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, melaporkan tanda-tanda hipertermia, dan menggunakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Gangguan Menelan
- SDKI: Individu mengalami kesulitan atau ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan.
- SLKI: Individu dapat menelan makanan dan cairan dengan aman, melaporkan kesulitan menelan, dan menggunakan strategi untuk memfasilitasi proses menelan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi dan mempertahankan kemampuan individu dalam menelan.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut
- Pipi yang bengkak dan rasa nyeri yang luar biasa saat menelan dapat menyebabkan nyeri akut pada pasien.
- Intervensi keperawatan dapat mencakup pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, teknik distraksi, dan edukasi tentang manajemen nyeri.
2. Hipertermia
- Demam yang dialami pasien menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Intervensi keperawatan dapat mencakup pemberian antipiretik, kompres hangat/dingin, dan pemantauan tanda-tanda vital.
3. Gangguan Menelan
- Rasa nyeri yang luar biasa saat menelan dapat menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan pasien untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan.
- Intervensi keperawatan dapat mencakup modifikasi diet, teknik menelan yang aman, dan kolaborasi dengan ahli gizi atau terapis menelan.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 13199 | 03 Mar 2025
Klinis : Nyeri saat buang air kecil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri saat buang air kecil.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kandung kemih.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kandung kemih dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau kondisi lain yang menyebabkan iritasi pada kandung kemih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut berhubungan dengan iritasi kandung kemih adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat nyeri, dan pasien dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgetik, kompres hangat pada area yang nyeri, edukasi mengenai teknik relaksasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab iritasi kandung kemih.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mengelola nyeri yang dirasakan, memantau perkembangan kondisi, dan memastikan pasien mendapatkan penanganan yang tepat. Saya juga akan memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien agar dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.