Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13233 | 04 Mar 2025
Klinis : asuhan keperawatan kanker rektum beserta penomoren diagnosis sesuai sdki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI untuk asuhan keperawatan pasien dengan kanker rektum.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Diagnosa Keperawatan Primer:
1. Nyeri akut (00132) - Berhubungan dengan proses penyakit kanker rektum dan prosedur terapeutik.
2. Risiko perubahan integritas kulit (00047) - Berhubungan dengan mobilitas yang terbatas, inkontinensia, dan efek samping pengobatan.
3. Gangguan citra tubuh (00118) - Berhubungan dengan perubahan fisik akibat kanker rektum dan efek samping pengobatan.
b. Diagnosa Keperawatan Sekunder:
1. Intoleransi aktivitas (00092) - Berhubungan dengan slabnya stamina dan keletihan.
2. Kelelahan (00093) - Berhubungan dengan efek samping pengobatan dan proses penyakit.
3. Resiko infeksi (00004) - Berhubungan dengan penurunan sistem imun dan prosedur terapeutik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengurangan Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
b. Peningkatan Integritas Kulit:
- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama perawatan.
- Pasien mampu merawat kulit dengan baik.
c. Peningkatan Citra Tubuh:
- Pasien menerima perubahan fisik yang terjadi.
- Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan citra tubuh.
d. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan saat melakukan aktivitas.
e. Pengurangan Kelelahan:
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
- Pasien mampu mengelola kelelahan dengan baik.
f. Penurunan Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi komplikasi infeksi selama perawatan.
- Pasien mampu melakukan pencegahan infeksi dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pengurangan Nyeri Akut:
- Manajemen nyeri: Farmakologis dan non-farmakologis
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Pengajaran teknik manajemen nyeri
b. Peningkatan Integritas Kulit:
- Perawatan kulit dan mukosa
- Pencegahan kerusakan kulit
- Edukasi perawatan kulit bagi pasien dan keluarga
c. Peningkatan Citra Tubuh:
- Konseling citra tubuh
- Fasilitasi penerimaan diri
- Dukungan emosional
d. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Manajemen kelelahan
- Peningkatan aktivitas secara bertahap
- Edukasi manajemen energi
e. Pengurangan Kelelahan:
- Manajemen kelelahan
- Terapi relaksasi
- Edukasi manajemen kelelahan
f. Penurunan Risiko Infeksi:
- Pencegahan infeksi
- Perawatan luka dan stoma
- Edukasi pencegahan infeksi bagi pasien dan keluarga
Setiap intervensi keperawatan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan kondisi pasien, efektivitas, dan keamanan tindakan. Perawat juga harus melakukan evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 13234 | 04 Mar 2025
Klinis : pusing, ngantuk, lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang disampaikan, yaitu pusing, ngantuk, dan lemas, berikut adalah kode-kode yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R40.0
- Deskripsi: Somnolens (mengantuk)
3. Kode ICD-10:
- Kode: R53
- Deskripsi: Malaise dan fatigue (lemas)
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 R51 (Pusing/Vertigo):
- Pusing atau vertigo adalah sensasi yang membuat seseorang merasa linglung, berputar, atau tidak seimbang. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk gangguan vestibular, gangguan neurologis, atau masalah kardiovaskular.
2. Kode ICD-10 R40.0 (Somnolens/Mengantuk):
- Somnolens atau mengantuk adalah gejala yang ditandai dengan perasaan lelah, ingin tidur, atau kesulitan untuk tetap terjaga. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurang tidur, gangguan tidur, atau efek samping obat-obatan.
3. Kode ICD-10 R53 (Malaise dan Fatigue/Lemas):
- Malaise dan fatigue adalah gejala yang ditandai dengan perasaan lemah, kelelahan, atau kurangnya energi. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi, penyakit kronis, atau gangguan metabolik.
Dalam kasus ini, tidak ditemukan tindakan atau prosedur medis yang terkait, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang perlu dicantumkan. -
Article No. 13235 | 04 Mar 2025
Klinis : pusing, ngantuk, lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat profesional akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pusing, ngantuk, dan lemas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Fatigue (Kelelahan)
Karakteristik: Penurunan kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Intoleransi Aktivitas
Karakteristik: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Fatigue: Penurunan kapasitas fisik dan/atau mental yang berkelanjutan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang dirasakan oleh individu.
Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Fatigue: Pasien mampu mengenali dan mengelola kelelahan yang dialami.
Intoleransi Aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Fatigue: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, Terapi Modalitas.
Intoleransi Aktivitas: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Mobilitas, Terapi Modalitas.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing, ngantuk, dan lemas adalah Fatigue (Kelelahan) dan Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, manajemen aktivitas, dan terapi modalitas untuk mengatasi kelelahan serta meningkatkan mobilitas pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13236 | 04 Mar 2025
Klinis : pusing, ngantuk, lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing, ngantuk, dan lemas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pusing, ngantuk, dan lemas adalah "Kelelahan" (Fatigue). Kelelahan didefinisikan sebagai perasaan lelah yang berkelanjutan dan tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kurang tidur, atau penyakit tertentu.
Luaran/Hasil yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Peningkatan tingkat energi dan stamina (Tingkat Energi Meningkat)
2. Pemulihan pola tidur yang adekuat (Pola Tidur Membaik)
3. Penurunan tingkat kelelahan yang dirasakan (Tingkat Kelelahan Menurun)
4. Peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Kemampuan Aktivitas Meningkat)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Energi
- Mengidentifikasi sumber-sumber kelelahan pasien
- Membantu pasien mengatur aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat energi
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Memfasilitasi program latihan fisik yang sesuai
2. Manajemen Tidur
- Mengkaji pola tidur pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mengganggu
- Memberikan edukasi tentang perilaku tidur yang sehat
- Mengatur lingkungan tidur yang nyaman
- Membantu pasien menetapkan rutinitas tidur yang teratur
3. Manajemen Kelelahan
- Mengevaluasi penyebab kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Mengajarkan teknik manajemen kelelahan, seperti istirahat yang cukup, nutrisi yang adekuat, dan aktivitas yang seimbang
- Memantau tanda-tanda kelelahan dan melakukan intervensi yang sesuai
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk meningkatkan motivasi pasien
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien untuk meningkatkan energi, memperbaiki pola tidur, mengurangi tingkat kelelahan, dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 13237 | 04 Mar 2025
Klinis : pusing, ngantuk, lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan menjawab sesuai format yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.83
- Deskripsi: Fatigue, other
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: tidak ada kode prosedur spesifik untuk gejala ini
- Deskripsi: Pasien dengan keluhan pusing, ngantuk, dan lemas dapat memerlukan evaluasi medis lebih lanjut untuk menentukan penyebab dan penanganannya. Tindakan medis yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan fisik, anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan laboratorium, dan/atau pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan indikasi klinis.
Penjelasan:
Kode ICD-10 R53.83 (Fatigue, other) sesuai untuk menggambarkan gejala utama yang dialami pasien, yaitu lemas atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis tertentu. Pusing dan ngantuk juga dapat menjadi bagian dari sindrom kelelahan ini.
Sementara itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk menangani gejala pusing, ngantuk, dan lemas. Penanganan yang dilakukan akan bergantung pada hasil evaluasi medis lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari keluhan pasien. Tindakan medis yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan fisik, anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan laboratorium, dan/atau pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan indikasi klinis. -
Article No. 13238 | 04 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan tidak haid sudah 2,5 bulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien datang dengan keluhan tidak haid selama 2,5 bulan, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Amenorrhea (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan atau ketiadaan menstruasi pada wanita usia reproduktif.
2. Pengetahuan Kurang (SDKI)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Amenorrhea:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan kembalinya siklus menstruasi normal.
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan penyebab dan penanganan amenorrhea, pasien menunjukkan tanda-tanda menstruasi normal.
2. Pengetahuan Kurang:
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang amenorrhea.
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan definisi, penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan amenorrhea.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Amenorrhea:
- Intervensi: Manajemen Amenorrhea
- Aktivitas: Identifikasi penyebab amenorrhea, ajarkan pasien tentang penyebab dan penanganan amenorrhea, kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan amenorrhea.
2. Pengetahuan Kurang:
- Intervensi: Peningkatan Pengetahuan
- Aktivitas: Identifikasi tingkat pengetahuan pasien, berikan pendidikan kesehatan tentang amenorrhea, evaluasi pemahaman pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, intervensi keperawatan yang diberikan akan lebih fokus pada edukasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi amenorrhea yang dialami pasien. -
Article No. 13239 | 04 Mar 2025
Klinis : resiko infeksi pemasangan chateter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani risiko infeksi pada pasien dengan pemasangan kateter.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosis ini didasarkan pada peningkatan kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh. Dalam kasus pemasangan kateter, risiko infeksi meningkat karena adanya akses langsung ke saluran kemih, yang dapat menjadi jalur masuknya bakteri atau mikroorganisme lain.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tingkat infeksi terkendali: Pasien tidak mengalami tanda-tanda atau gejala infeksi, seperti demam, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di sekitar area pemasangan kateter.
2. Tidak terjadi komplikasi infeksi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang disebabkan oleh infeksi, seperti sepsis, pyelonefritis, atau endokarditis.
3. Pengetahuan tentang perawatan kateter yang memadai: Pasien dan/atau keluarga memahami prosedur perawatan kateter yang tepat untuk mencegah infeksi.
4. Kepatuhan terhadap protokol perawatan kateter: Pasien dan/atau keluarga secara konsisten menerapkan langkah-langkah perawatan kateter sesuai dengan protokol untuk mencegah infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda infeksi: Secara rutin mengukur suhu tubuh, menilai warna, suhu, dan penampilan area pemasangan kateter untuk mendeteksi dini adanya tanda-tanda infeksi.
2. Perawatan kateter yang aseptik: Melakukan perawatan kateter secara aseptik, termasuk mencuci tangan, menggunakan sarung tangan steril, dan membersihkan area pemasangan kateter dengan benar.
3. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan/atau keluarga tentang prosedur perawatan kateter yang tepat, termasuk kebersihan tangan, pembersihan area pemasangan, dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lain untuk memantau perkembangan kondisi pasien dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi infeksi.
5. Dokumentasi yang komprehensif: Mendokumentasikan secara rinci semua tindakan dan observasi terkait perawatan kateter, termasuk respon pasien, untuk menjaga kesinambungan perawatan.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meminimalkan risiko infeksi pada pasien dengan pemasangan kateter dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 13240 | 04 Mar 2025
Klinis : pemasangan chateter: resiko infeksi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pemasangan kateter dengan risiko infeksi:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T83.51
- Deskripsi: Infeksi dan reaksi inflamasi karena pemasangan kateter urinaria
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.94
- Deskripsi: Pemasangan kateter urinaria
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T83.51 digunakan untuk mengkodekan infeksi dan reaksi inflamasi yang terkait dengan pemasangan kateter urinaria. Kondisi ini dapat terjadi sebagai komplikasi dari prosedur pemasangan kateter, yang meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
2. Kode ICD-9-CM 57.94 digunakan untuk mengkodekan prosedur pemasangan kateter urinaria. Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi masalah pengosongan kandung kemih, membantu pemantauan output urin, atau menyediakan jalur keluar bagi urin dalam kasus tertentu.
Sebagai catatan, pemasangan kateter urinaria memang meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, yang dapat menyebabkan gejala seperti demam, nyeri saat berkemih, dan kebocoran urin. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan infeksi, seperti teknik pemasangan yang aseptik dan perawatan kateter yang tepat, harus dilakukan untuk meminimalkan risiko komplikasi ini. -
Article No. 13241 | 04 Mar 2025
Klinis : pemasangan chateter: resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemasangan kateter dengan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter urin.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- Diagnosa "Risiko Infeksi" mengacu pada kemungkinan terjadi infeksi yang belum tampak tanda dan gejalanya, namun memiliki faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi.
- Dalam kasus ini, pemasangan kateter urin merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah tidak terjadi infeksi, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan ditemukan bakteri patogen.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi yang dapat dilakukan pada kasus ini meliputi:
- Observasi tanda-tanda infeksi secara rutin
- Menjaga kebersihan alat kateter dan daerah sekitar kateter
- Menjaga aseptik saat memasang dan merawat kateter
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi
Sebagai perawat, saya akan melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh PPNI, dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang menjalani pemasangan kateter urin. -
Article No. 13242 | 04 Mar 2025
Klinis : Wanita usia 32 tahun dengan Multiple Fraktur post OREF, Beliau mengeluh nyeri berdenyut pada pinggul dan kedua kaki dengan skala 5/10 dan bertambah nyeri ketika digerakan atau mengangkat pinggul. Tidak ada riwayat penyakit dm dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. TD 101/80 mmHg, Nadi 105x/mnt, Nafas 20x/mnt, adanya luka post op dikedua kaki, tidak ada rembesan, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5. Hb: 6,9 g/dL (anemia berat), Leukosit: 11.500/μL (leukositosis ringan), GDS: 216 mg/dL (hiperglikemia), SGOT: 143 U/L, SGPT: 45 U/L (kerusakan hati), Natrium: 133 mmol/L (hiponatremia), Kalium: 4,5 mmol/L (normal), Klorida: 90 mmol/L (hipokloremia). Adanya fraktur kominutif tibia dan fibula kiri, fraktur acetabulum kanan, intertrochanter femur kanan dan ramus pubis kiri kanan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur multipel)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Fungsi fisik membaik
3. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian analgesik
3. Mobilisasi progresif
Penjelasan:
Pasien ini mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan cedera fisik berupa fraktur multipel pada pinggul dan kaki. Pasien mengeluhkan nyeri berdenyut dengan skala 5/10 yang bertambah saat digerakkan atau saat mengangkat pinggul. Tujuan perawatan adalah menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan fungsi fisik, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan mobilisasi progresif sesuai kondisi pasien.