Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21360 | 02 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, laki-laki berusia 28 tahun, dirawat dengan keluhan nyeri hebat dan kulit melepuh pada lengan kanan dan sebagian dada setelah terkena air panas saat bekerja di dapur rumah makan tempat ia bekerja. Pasien mengatakan kejadian berlangsung sekitar 2 jam yang lalu, ketika ia tidak sengaja menumpahkan panci berisi kuah panas ke tubuh bagian atasnya. Sejak itu ia merasakan nyeri menusuk dan perih di daerah luka, serta kesulitan menggerakkan lengan karena rasa sakit. Saat pemeriksaan awal, tampak kulit lengan kanan bagian anterior kemerahan luas dengan beberapa bula (lepuhan) berisi cairan jernih, dan sebagian dada kanan tampak eritema. Perawat menilai luka bakar meliputi ±15% luas permukaan tubuh (TBSA) dengan derajat II (superficial partial thickness). Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit kulit sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya. Riwayat alergi obat maupun makanan tidak pernah ada. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu sehat. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau alergi dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya biasanya sehat, jarang berobat, dan lebih memilih pengobatan tradisional untuk keluhan ringan. Tidak ada kebiasaan khusus menjaga kesehatan kulit. Nafsu makan pasien sebelumnya baik, namun sejak kejadian luka bakar ia merasa mual dan tidak berselera makan. Asupan cairan sejak kejadian berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan rasa haus. Kulit di sekitar luka tampak kemerahan dan melepuh, tanda adanya kerusakan integritas kulit. Sebelum kejadian, pola BAB 1x/hari dengan konsistensi normal, BAK 5–6x/hari. Setelah kejadian, pasien baru sekali BAK, urin agak pekat dan sedikit. Pasien sehari-hari bekerja sebagai juru masak, aktivitas fisik cukup tinggi. Saat ini aktivitas terbatas karena nyeri, terutama gerakan lengan kanan. Pasien biasanya tidur 6–7 jam per malam. Namun sejak luka bakar, ia sulit tidur karena nyeri yang terus-menerus. Pasien sadar penuh (compos mentis), orientasi baik. Skala nyeri 8/10, nyeri bertambah saat bergerak atau menyentuh luka. Sensasi terbakar dan perih jelas dirasakan di daerah luka. Pasien merasa khawatir akan kondisi kulitnya yang rusak dan takut meninggalkan bekas luka. Ia merasa citra dirinya akan menurun bila luka tidak sembuh sempurna. Pasien adalah tulang punggung keluarga, tinggal bersama istri dan seorang anak. Ia merasa cemas tidak dapat bekerja sementara waktu sehingga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak ada keluhan dalam fungsi reproduksi. Namun pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tarik fisiknya di mata pasangan karena luka bakar ini. Pasien mengaku merasa stres, cemas, dan takut dengan proses penyembuhan. Ia berusaha menenangkan diri dengan berdoa, namun kadang tampak gelisah. Pasien meyakini sakit sebagai ujian dari Tuhan. Ia percaya kesembuhan dapat dicapai dengan usaha pengobatan yang tepat serta doa. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan data: • Keadaan umum: Tampak kesakitan, compos mentis. • Tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,5°C. • Kulit: Lengan kanan bagian anterior tampak eritema luas, terdapat bula berisi cairan, sebagian pecah, kulit terasa panas dan nyeri bila disentuh. Daerah dada kanan tampak eritema difus. Luas luka diperkirakan 15% TBSA. • Mukosa mulut: Lembab. • Ekstremitas: Gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan Penunjang pada pasien Laboratorium: • Hb: 14 g/dL • Leukosit: 11.000/µL (sedikit meningkat, tanda stres/inflamasi) • Elektrolit: Na 132 mmol/L (sedikit menurun), K 3,8 mmol/L • Ht: 48% (sedikit meningkat, tanda hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan) • Foto luka: mendukung diagnosa luka bakar derajat II superficial partial thickness. • Uji fungsi ginjal: ureum/creat dalam batas normal, namun pemantauan lanjutan diperlukan karena risiko gangguan akibat dehidrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar derajat II superficial partial thickness.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar.
3. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat luka bakar.
4. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan komplikasi dan proses penyembuhan luka bakar.
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka bakar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik:
- Luka bakar mengalami penyembuhan
- Tidak terjadi komplikasi (infeksi, gangguan sirkulasi, dll.)
- Tidak terbentuk jaringan parut yang buruk
2. Kontrol Nyeri Membaik:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri
3. Keseimbangan Cairan Terpenuhi:
- Tidak terjadi dehidrasi
- Tidak terjadi gangguan elektrolit
4. Kecemasan Menurun:
- Pasien dapat beradaptasi dengan kondisi luka bakar
- Pasien dapat mengendalikan rasa cemas dan takut
5. Citra Tubuh Membaik:
- Pasien menerima perubahan penampilan fisik
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penampilan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar derajat II superficial partial thickness:
- Perawatan luka bakar
- Manajemen nyeri
- Pencegahan infeksi
- Edukasi perawatan luka bakar
2. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar:
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
3. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat luka bakar:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan intake-output
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Edukasi asupan cairan yang adekuat
4. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan komplikasi dan proses penyembuhan luka bakar:
- Terapi suportif
- Terapi relaksasi
- Edukasi proses penyembuhan luka bakar
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat luka bakar:
- Terapi suportif
- Terapi kognitif
- Edukasi proses penyembuhan dan perawatan luka bakar
Setiap intervensi keperawatan yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien, serta dilakukan dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien. Perawat harus memastikan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 21361 | 02 Sep 2025
Klinis : - Demam sejak Selasa (H-7), demam dominan malam hari, nyeri kepala dan persendian - Mual (+), muntah 3x hari ini, setiap makan minum muntah, walau sudah minum obat muntah, BAB terakhir Jumat - Batuk (+) ada dahak sulit keluar, nyeri telan (+), sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan demam sejak Selasa (H-7), demam dominan malam hari, dan nyeri kepala serta persendian.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah 3x hari ini, setiap makan minum muntah, walau sudah minum obat muntah, dan BAB terakhir Jumat.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan batuk (+) ada dahak sulit keluar, dan nyeri telan (+).
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C) selama 3 hari berturut-turut.
2. Keseimbangan Nutrisi: Pasien akan mencapai berat badan ideal dan tidak mengalami penurunan berat badan selama perawatan.
3. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien akan menunjukkan jalan napas yang bersih, dengan frekuensi batuk berkurang dan tidak ada lagi rasa nyeri saat menelan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh pasien setiap 4 jam.
b. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Atur lingkungan kamar agar nyaman dan sejuk.
d. Anjurkan pasien banyak minum air putih.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam.
2. Keseimbangan Nutrisi:
a. Lakukan pengkajian status nutrisi pasien secara komprehensif.
b. Berikan makanan dan minuman sesuai toleransi pasien, misal: MPASI cair, jus buah, dan cairan elektrolit.
c. Berikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
e. Monitor asupan dan output cairan pasien.
3. Bersihan Jalan Napas Efektif:
a. Berikan humidifikasi oksigen untuk melembapkan jalan napas.
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
c. Berikan obat-obatan untuk meredakan nyeri dan memperlancar pengeluaran dahak.
d. Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan dahak, jika diperlukan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik, jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Dalam kasus ini, pasien mengalami kondisi yang kompleks dengan gejala demam, mual, muntah, batuk dengan dahak, dan nyeri telan. Ketiga diagnosa keperawatan yang dirumuskan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) bertujuan untuk mengatasi permasalahan utama yang dialami pasien.
Hipertermia disebabkan oleh proses infeksi yang ditandai dengan demam, nyeri kepala, dan nyeri persendian. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh ke rentang normal dan mengatasi gejala demam. Pemberian kompres hangat, pengaturan lingkungan, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam merupakan tindakan yang dapat dilakukan.
Ketidakseimbangan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan disebabkan oleh mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Intervensi keperawatan bertujuan untuk mempertahankan status nutrisi yang adekuat, dengan memberikan makanan dan minuman sesuai toleransi pasien, pemberian antiemetik, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
Bersihan jalan napas tidak efektif dikarenakan adanya batuk dengan dahak yang sulit keluar dan nyeri saat menelan. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memperlancar pengeluaran dahak, mengatasi nyeri, dan mempertahankan jalan napas tetap bersih. Pemberian humidifikasi oksigen, latihan batuk efektif, dan pemberian terapi farmakologis merupakan tindakan yang dapat dilakukan.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 21362 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru, terbuka
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan temuan radiologis berupa lesi di paru, diagnosis awal yang ditetapkan adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopis positif) sesuai dengan diagnosis tuberkulosis paru yang disusun berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan. Kode ini mengindikasikan bahwa diagnosis tuberkulosis paru telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis, seperti pemeriksaan sputum untuk menemukan basil tahan asam (BTA) atau kultur.
Dalam kasus ini, diperlukan prosedur lebih lanjut untuk konfirmasi diagnosis, yaitu biopsi paru. Kode ICD-9-CM 87.44 (Biopsi paru, terbuka) menunjukkan prosedur pengambilan sampel jaringan paru melalui prosedur pembedahan terbuka untuk pemeriksaan histopatologis, yang dapat membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 21363 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D0001)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (D0005)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Intoleransi Aktivitas (D0012)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (D0001)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari definisi, karakteristik definitif, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
Kode dan Definisi:
D0001 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
D0005 - Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
D0012 - Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 21364 | 02 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Pemantauan elektrokardiografi (EKG)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.0 (Infark miokard akut transmural dinding anterior) sesuai dengan gejala pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hasil EKG menunjukkan adanya infark miokard akut.
2. Kode ICD-9-CM 99.10 (Pemantauan elektrokardiografi (EKG)) digunakan untuk mencatat prosedur pemeriksaan EKG yang dilakukan pada pasien untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut.
Pasien ini memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan infark miokard akut. Penatalaksanaan selanjutnya dapat berupa stabilisasi kondisi klinis, pemberian terapi antiiskemik, antiplatelet, dan revaskularisasi jika diperlukan, serta pengendalian faktor risiko penyakit jantung. -
Article No. 21365 | 02 Sep 2025
Klinis : Seorang siswa kelas 3 SD berusia o tahun datang ke UKS mengeluh sakit gigi saat makan. Hasil pemeriksaan perawat UKS menunjukkan adanya karies dan lubang pada gigi geraham. Dari wawancara, siswa mengaku jarang menggosok gigi sebelum tidur dan lebih suka jaian makanan manis di sekolah. Guru UKS melaporkan bahwa 40% siswa di kelas tersebut memiliki asalah gigi serupa. Penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut belum pernah dilakukan di sekolah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Gigi Berhubungan dengan Perilaku Kebersihan Mulut yang Tidak Adekuat
- Kode SDKI: 10020
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan struktur gigi, seperti karies, erosi, atau abrasi, yang dapat mengganggu fungsi gigi.
2. Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Mulut Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan
- Kode SDKI: 10002
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan mulut secara mandiri.
3. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Kerusakan Gigi
- Kode SDKI: 10009
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Kode dan definisi yang saya berikan sesuai dengan sistem klasifikasi SDKI yang ditetapkan oleh PPNI. Diagnosa keperawatan yang saya berikan mencerminkan masalah kesehatan yang dialami oleh siswa kelas 3 SD berusia 10 tahun yang datang ke UKS dengan keluhan sakit gigi saat makan, ditemukan adanya karies dan lubang pada gigi geraham, serta perilaku kebersihan mulut yang kurang baik. -
Article No. 21366 | 02 Sep 2025
Klinis : Lima siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah jajan makanan di kantin sekolah yang kurang higienis. Salah seorang dari mereka dirujuk oleh perawat UKS ke puskesmas karena diare lebih dari 5 kali, lemas, dan muntah-muntah. Observasi menunjukkan kantin sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai, dan banyak makanan disajikan terbuka tanpa penutup. Sekolah dekat dengan tempat pembuangan sampah. Guru melaporkan bahwa sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko infeksi: berhubungan dengan penyajian makanan yang tidak higienis dan kurangnya fasilitas cuci tangan di kantin sekolah, serta kebiasaan siswa yang tidak mencuci tangan sebelum makan.
2. Diare: berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi di kantin sekolah.
3. Kekurangan volume cairan: berhubungan dengan diare dan muntah-muntah yang dialami oleh siswa.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi terkendali:
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada siswa.
- Kriteria hasil: Siswa tidak mengalami infeksi lebih lanjut.
2. Keseimbangan cairan terpelihara:
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Kriteria hasil: Siswa tidak mengalami kekurangan volume cairan.
3. Gejala diare teratasi:
- Indikator: Frekuensi diare menurun, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Kriteria hasil: Siswa tidak lagi mengalami diare.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen risiko infeksi:
- Edukasi kepada siswa, guru, dan pengelola kantin tentang pentingnya higienis dan sanitasi.
- Menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai di kantin sekolah.
- Memantau kebersihan dan sanitasi di kantin sekolah secara berkala.
- Koordinasi dengan pihak sekolah dan puskesmas untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi di lingkungan sekolah.
2. Manajemen diare:
- Pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi siswa.
- Edukasi kepada siswa dan orang tua tentang cara menangani diare.
- Koordinasi dengan puskesmas untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
3. Manajemen cairan:
- Pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) untuk mencegah kekurangan volume cairan.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi siswa.
- Edukasi kepada siswa dan orang tua tentang pentingnya menjaga hidrasi.
- Koordinasi dengan puskesmas untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Dalam kasus ini, siswa kelas 2 SD mengalami diare setelah mengonsumsi makanan yang kurang higienis di kantin sekolah. Hal ini menimbulkan risiko infeksi, diare, dan kekurangan volume cairan yang perlu ditangani segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup risiko infeksi, diare, dan kekurangan volume cairan.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah terkendalinya risiko infeksi, terpeliharanya keseimbangan cairan, dan teratasi nya gejala diare. Indikator-indikator ini menunjukkan bahwa siswa telah pulih dari kondisi yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak higienis di kantin sekolah.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen risiko infeksi, manajemen diare, dan manajemen cairan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi, mengatasi diare, dan mencegah kekurangan volume cairan pada siswa. Kolaborasi dengan pihak sekolah dan puskesmas juga diperlukan untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi di lingkungan sekolah serta penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan siswa dapat pulih dan terhindar dari komplikasi lebih lanjut akibat konsumsi makanan tidak higienis di kantin sekolah. -
Article No. 21367 | 02 Sep 2025
Klinis : Laki-laki usia 65 tahun dirawat di ruang saraf dengan stroke iskemik. Pasien mengalami hemiparese dextra setelah mengalami stroke 7 hari yang lalu. Pada pengkajian: kesadaran apatis, Tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali/menit, frekuensi napas 23 kali/menit, kekuatan otot ekstremitas dextra 2, kesulitan menelan, reflek patella hipoaktif, pasien kesulitan membolak-balikkan telapak tangan dan gerakannya lambat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke iskemik, ditandai dengan hemiparese dextra, kesulitan membolak-balikkan telapak tangan, dan gerakan yang lambat.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan akibat stroke iskemik, ditandai dengan peningkatan frekuensi napas.
3. Risiko aspirasi berhubungan dengan kelemahan otot menelan akibat stroke iskemik, ditandai dengan kesulitan menelan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan neurologis akibat stroke iskemik, ditandai dengan reflek patella hipoaktif.
5. Risiko hipertensi berhubungan dengan perubahan regulasi otonom akibat stroke iskemik, ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
6. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kerusakan neurologis akibat stroke iskemik, ditandai dengan kesadaran apatis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan ekstremitas dextra secara mandiri dengan bantuan minimal.
2. Pola napas: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dengan frekuensi napas dalam rentang normal.
3. Risiko aspirasi: Tidak terjadi episode aspirasi selama perawatan.
4. Sensasi: Pasien menunjukkan peningkatan sensasi proprioseptif di ekstremitas dextra.
5. Tekanan darah: Pasien menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal.
6. Proses berpikir: Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran dan kemampuan berpikir.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Mobilitas fisik:
a. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif-asistif untuk ekstremitas dextra.
b. Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan pasien.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai.
2. Pola napas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik.
3. Risiko aspirasi:
a. Berikan asupan makan dan minum melalui jalur yang aman (NGT/PEG).
b. Anjurkan posisi makan dan minum yang aman.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet yang sesuai.
4. Sensasi:
a. Lakukan stimulasi sensori pada ekstremitas dextra.
b. Berikan latihan propriosepsi dan koordinasi.
c. Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk program rehabilitasi.
5. Tekanan darah:
a. Pantau tekanan darah secara berkala.
b. Berikan obat antihipertensi sesuai instruksi dokter.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertensi.
6. Proses berpikir:
a. Lakukan orientasi realitas secara bertahap.
b. Libatkan keluarga dalam proses perawatan.
c. Berikan stimulasi kognitif sesuai dengan kemampuan pasien.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Setiap diagnosa keperawatan mencerminkan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien berdasarkan data pengkajian. Diagnosa-diagnosa ini dikembangkan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang merupakan acuan baku dalam praktik keperawatan di Indonesia. Setiap diagnosa memiliki definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan etiologi yang spesifik.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Luaran keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Luaran ini dikembangkan menggunakan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan intervensi keperawatan. Setiap luaran memiliki definisi, indikator, dan kriteria hasil yang jelas.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi ini dikembangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Setiap intervensi memiliki definisi, aktivitas, dan pertimbangan khusus yang perlu diperhatikan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan. -
Article No. 21368 | 02 Sep 2025
Klinis : epitaksis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R04.0
- Deskripsi: Epistaksis (Perdarahan hidung)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 21.00 - 21.99
- Deskripsi: Prosedur pada hidung, termasuk tamponade hidung, penjahitan perdarahan hidung, dan prosedur untuk mengendalikan epistaksis.
Penjelasan detail:
Epitaksis, atau perdarahan hidung, adalah kondisi medis yang dicirikan oleh perdarahan dari dalam lubang hidung. Kode ICD-10 R04.0 digunakan untuk mengkodekan diagnosis epitaksis. Penyebab epitaksis dapat mencakup trauma, infeksi, kelainan koagulasi darah, atau kondisi lainnya.
Jika diperlukan, beberapa prosedur ICD-9-CM dapat digunakan untuk menangani epitaksis, termasuk:
- 21.00 - 21.99: Prosedur pada hidung, yang mencakup tamponade hidung, penjahitan perdarahan, dan prosedur lainnya untuk mengendalikan perdarahan.
- Contoh spesifik prosedur: 21.00 (Tamponade hidung), 21.01 (Penjahitan perdarahan hidung), 21.09 (Prosedur lain pada hidung untuk mengendalikan perdarahan).
Penegakan diagnosis dan pemilihan prosedur yang tepat harus dilakukan oleh dokter berdasarkan evaluasi klinis dan hasil pemeriksaan pasien. -
Article No. 21369 | 02 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai respons terhadap agen penyebab.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Suhu (1820)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3740)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan pusing dan demam kemungkinan mengalami kondisi hipertermia, yaitu peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007).
Dalam SDKI, hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai respons terhadap agen penyebab. SLKI terkait dengan kondisi ini adalah Kontrol Suhu (1820), yang mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
Intervensi keperawatan yang sesuai adalah Manajemen Demam (3740) yang terdapat dalam SIKI. Intervensi ini meliputi tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal.