Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13213 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien pria berusia 68 tahun dengan riwayat penyakit jantung dan penyakit arteri perifer (PAD) datang ke klinik dengan kekhawatiran akan luka yang lambat sembuh di kaki kiri bawahnya. Dia melaporkan, "Saya melihat ada luka kecil beberapa minggu yang lalu, tapi belum sembuh, dan terkadang terasa sakit saat saya berjalan." Dia juga menyebutkan sesekali mati rasa dan kesemutan di kakinya. Setelah pemeriksaan, perawat mengamati adanya ulkus dangkal dengan dasar luka yang gelap dan kemerahan di sekitar kaki kirinya. Kulit pada kedua kaki tampak tipis, kering, dan sejuk saat disentuh, dengan berkurangnya pertumbuhan rambut. Nadi pedal lemah secara bilateral, dan pengisian kapiler di jari kaki tertunda. Tanda-tanda vitalnya stabil, namun hasil laboratoriumnya baru-baru ini menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah dan kolesterol, yang mengindikasikan sirkulasi yang buruk, yang mungkin berkontribusi terhadap tertundanya penyembuhan luka. Perawat mencatat bahwa pasien memakai sepatu ketat, yang mungkin juga menyebabkan tekanan pada kulitnya, sehingga semakin membahayakan integritas kulitnya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I70.23
- Deskripsi: Aterosklerosis ekstremitas bawah dengan ulkus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 84.12
- Deskripsi: Debridemen luka di ekstremitas bawah
Penjelasan:
Berdasarkan keterangan yang diberikan, pasien ini memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit arteri perifer (PAD), serta mengeluhkan luka yang lambat sembuh di kaki kirinya. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ulkus dangkal dengan dasar luka yang gelap dan kemerahan di sekitar kaki kiri, serta tanda-tanda buruknya sirkulasi darah seperti kulit tipis, kering, dan sejuk, nadi pedal lemah, dan pengisian kapiler yang tertunda.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah I70.23, yang merupakan kode untuk Aterosklerosis ekstremitas bawah dengan ulkus. Kondisi ini berkaitan dengan penyakit arteri perifer yang dimiliki pasien, yang menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menghambat penyembuhan luka.
Sementara itu, prosedur yang mungkin dilakukan adalah debridemen luka di ekstremitas bawah, yang memiliki kode ICD-9-CM 84.12. Debridemen diperlukan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrotik dan meningkatkan penyembuhan.
Selain itu, penanganan lain yang mungkin diperlukan adalah pengobatan untuk mengendalikan faktor risiko seperti diabetes dan hiperkolesterolemia, serta modifikasi gaya hidup, seperti penggunaan sepatu yang tepat untuk mencegah tekanan berlebih pada kulit. -
Article No. 13214 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek, mual, muntah sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor Berhubungan: Sekresi yang berlebihan (demam, batuk, pilek).
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Rentan mengalami perubahan volume cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang melebihi batas normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Mual, muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terkait pemeliharaan bersihan jalan napas.
- Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terkait pencegahan perubahan volume cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang melebihi batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan, seperti jalan napas yang bersih, bebas dari sekret, dan pernapasan yang lancar.
- Keseimbangan Cairan: Hasil yang diharapkan setelah intervensi keperawatan, seperti volume cairan, elektrolit, dan asam-basa yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan bersihan jalan napas, seperti hidrasi, pengisapan, dan inhalasi.
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan, seperti pemantauan intake dan output, pemberian cairan intravena, dan pengaturan diet.
Secara singkat, pasien dengan keluhan demam, batuk, pilek, mual, dan muntah memerlukan asuhan keperawatan terkait bersihan jalan napas tidak efektif dan risiko ketidakseimbangan cairan, sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 13215 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Faktor Penyebab: Infeksi, dehidrasi, lingkungan panas, gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gejala: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, menggigil.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengompromikan kesehatan.
Faktor Penyebab: Sistem imun yang terganggu, prosedur invasif, paparan lingkungan yang tidak steril.
Gejala: Peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, pembengkakan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi, faktor penyebab, dan karakteristik diagnostik yang jelas dan terstandar.
- Memudahkan perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan yang tepat.
- Memungkinkan komunikasi yang efektif antar perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Menjelaskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan.
- Memastikan tercapainya luaran yang diharapkan sesuai standar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan intervensi keperawatan yang terstandar.
- Memfasilitasi perawat dalam memilih intervensi yang tepat dan efektif.
- Meningkatkan kualitas dan keamanan asuhan keperawatan.
Dengan adanya standar-standar ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstruktur, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang baik. -
Article No. 13216 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien datang dengan keluhan demam sudah 3 hari, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah suhu tubuh di atas ambang batas normal, disertai dengan gejala-gejala sistemik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh normal
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Tidak terjadi komplikasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Manajemen demam
3. Terapi cairan dan elektrolit
4. Edukasi pasien dan keluarga
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar/perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran umum mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan pada pasien dengan keluhan demam selama 3 hari. Pasien perlu dievaluasi secara komprehensif untuk menentukan penyebab demam dan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 13217 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ibunya ke poliklinik thalassemia dengan keluhan lemah dan tidak aktif. Hasil pemeriksaan fisik: kesadaran kompos mentis, frekuensi nadi 80 x/menit, RR 32 x/menit, suhu 37,8C, konjuntiva anemis, akral dingin dan ujung jari pucat, kulit berwarna lebih gelap dari rasnya, pembesaran abdomen, splenomegali. Menurut ibu anaknya sudah jarang bermain diluar rumah sejak harus bolak balik ke rumah sakit untuk transfusi darah yaitu sejak 3 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi terhadap kemampuan.
Karakteristik Definisi: Subyektif: Klien/ibu menyatakan anak malas bermain, lemah, dan tidak aktif; Obyektif: Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan frekuensi nadi 80 x/menit, RR 32 x/menit, konjuntiva anemis, akral dingin, ujung jari pucat, kulit lebih gelap, pembesaran abdomen, dan splenomegali.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur
Definisi: Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Karakteristik Definisi: Subyektif: Ibu menyatakan anak jarang bermain di luar rumah sejak harus rutin ke rumah sakit untuk transfusi darah; Obyektif: Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan anak terlihat lemah dan tidak aktif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Klien/anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Klien/anak dapat beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas
- Klien/anak menunjukkan peningkatan energi dan daya tahan tubuh
2. Ketidakefektifan Pola Tidur
- Klien/anak dapat tidur dengan cukup dan berkualitas
- Klien/anak dapat beristirahat dan memulihkan energi
- Klien/anak menunjukkan peningkatan aktivitas dan keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas
- Kaji kemampuan, toleransi, dan preferensi aktivitas klien/anak
- Fasilitasi peningkatan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi
- Bantu klien/anak menentukan jadwal aktivitas harian
- Manajemen Energi
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas
- Anjurkan istirahat yang cukup sesuai kebutuhan klien/anak
- Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada klien/anak dan keluarga tentang pentingnya aktivitas dan manajemen energi
2. Ketidakefektifan Pola Tidur
- Manajemen Pola Tidur
- Kaji pola tidur klien/anak, termasuk durasi, frekuensi, dan kualitas tidur
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur
- Bantu klien/anak mengembangkan rutinitas tidur yang sehat
- Terapi Relaksasi
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur yang berkualitas
- Kolaborasi dengan terapis untuk memberikan terapi relaksasi yang sesuai
- Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada klien/anak dan keluarga tentang pentingnya pola tidur yang adekuat dan teknik-teknik untuk meningkatkannya
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas dan Ketidakefektifan Pola Tidur. Kedua diagnosa ini didasarkan pada gejala dan temuan fisik yang ditunjukkan oleh anak, seperti keluhan lemah dan tidak aktif, serta keluhan jarang bermain di luar rumah karena harus rutin ke rumah sakit untuk transfusi darah.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar anak dapat meningkatkan toleransi aktivitas, memiliki pola tidur yang efektif, dan dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen aktivitas, manajemen energi, edukasi kesehatan, manajemen pola tidur, dan terapi relaksasi. Tujuannya adalah untuk membantu anak meningkatkan kemampuan, toleransi, dan daya tahan, serta memfasilitasi tidur yang berkualitas untuk memulihkan energi.
Penjelasan ini disampaikan dengan nada akademis dan persona pakar/perawat, sesuai dengan permintaan. -
Article No. 13218 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ibunya ke poliklinik thalassemia dengan keluhan lemah dan tidak aktif. Hasil pemeriksaan fisik: kesadaran kompos mentis, frekuensi nadi 80 x/menit, RR 32 x/menit, suhu 37,8C, konjuntiva anemis, akral dingin dan ujung jari pucat, kulit berwarna lebih gelap dari rasnya, pembesaran abdomen, splenomegali. Menurut ibu anaknya sudah jarang bermain diluar rumah sejak harus bolak balik ke rumah sakit untuk transfusi darah yaitu sejak 3 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak usia 7 tahun dengan thalassemia yang mengalami kelemahan dan penurunan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia, splenomegali, dan penurunan daya tahan tubuh.
Karakteristik Mayor: Adanya keluhan lemah dan tidak aktif, akral dingin, konjuntiva anemis, dan pembesaran abdomen.
Karakteristik Minor: Frekuensi nadi rendah, frekuensi napas cepat, dan suhu tubuh meningkat.
Luaran/Output SLKI yang Diharapkan:
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Kriteria Hasil:
a. Anak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa cepat lelah.
b. Anak mampu bermain di luar rumah dengan durasi yang semakin lama.
c. Anak menunjukkan peningkatan energi dan gairah dalam beraktivitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Energi
a. Kaji tingkat energi anak dan aktivitas yang dapat dilakukan.
b. Bantu anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
c. Anjurkan anak untuk beristirahat yang cukup setelah beraktivitas.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengoptimalkan pengobatan anemia.
2. Peningkatan Aktivitas
a. Bantu anak dalam menyusun rencana aktivitas sehari-hari yang sesuai.
b. Beri motivasi dan dukungan agar anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain di luar rumah.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang aman dan sesuai.
d. Edukasi keluarga tentang pentingnya aktivitas yang teratur untuk meningkatkan toleransi anak.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena anak mengalami keluhan lemah dan tidak aktif, yang berkaitan dengan kondisi anemia, splenomegali, dan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit thalassemia. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan toleransi aktivitas anak, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan bermain di luar rumah dengan lebih baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen energi dan peningkatan aktivitas, dengan tujuan membantu anak dalam mengatur energi, menyusun rencana aktivitas yang sesuai, serta memotivasi dan mendukung anak agar dapat meningkatkan aktivitas secara bertahap.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13219 | 04 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan luka lecet di pergelangan kaki kanan setelah kecelakaan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Definisi:
Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Etiologi:
- Cedera fisik (trauma, luka, lecet)
- Faktor mekanis (gesekan, tekanan)
Karakteristik Mayor:
- Kerusakan pada permukaan kulit (lecet, luka)
- Perubahan warna kulit (kemerahan, memar)
- Nyeri
Karakteristik Minor:
- Perubahan sensasi (rasa tidak nyaman)
- Pembengkakan
- Drainase cairan
Rencana Keperawatan:
1. Pengkajian Komprehensif
- Lakukan pengkajian luas dan mendalam terkait luka lecet, riwayat kesehatan, faktor risiko, dan respons pasien.
2. Perawatan Luka
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik atau salin steril.
- Tutup luka dengan balutan yang sesuai untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah infeksi.
- Evaluasi perkembangan luka secara berkala.
3. Pengelolaan Nyeri
- Nilai intensitas nyeri pasien dengan menggunakan alat ukur nyeri yang tepat.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Edukasi dan Konseling
- Edukasikan pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan komplikasi.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
5. Evaluasi Outcome
- Pantau perkembangan luka, tingkat nyeri, dan kemampuan pasien dalam merawat luka.
- Modifikasi rencana perawatan sesuai dengan respons pasien.
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar ini digunakan untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13220 | 04 Mar 2025
Klinis : Difisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi defisit nutrisi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit nutrisi adalah "Defisit Nutrisi" (00002). Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti anoreksia, disfagia, masalah gastrointestinal, atau ketidakmampuan untuk menyiapkan makanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah:
1. Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal
2. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi (misalnya, rambut rontok, perubahan warna kulit, pembengkakan, dll.)
3. Asupan kalori, protein, vitamin, dan mineral sesuai kebutuhan
4. Tidak ada keluhan terkait status nutrisi (misalnya, mual, nyeri perut, diare, dll.)
5. Pasien/keluarga dapat menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian nutrisi: Kaji riwayat makan, asupan makanan, dan faktor-faktor yang memengaruhi status nutrisi pasien.
2. Perencanaan nutrisi: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Edukasi nutrisi: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat, makanan yang sesuai, dan strategi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
4. Dukungan nutrisi: Berikan dukungan nutrisi yang sesuai, seperti suplemen nutrisi, aturan makan, atau bantuan dalam menyiapkan makanan.
5. Pemantauan status nutrisi: Pantau berat badan, intake nutrisi, dan tanda-tanda kekurangan nutrisi secara berkala.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, atau profesional lain untuk memastikan penanganan nutrisi yang komprehensif.
7. Evaluasi dan penyesuaian: Secara berkala mengevaluasi respons pasien terhadap intervensi dan menyesuaikan rencana perawatan jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan defisit nutrisi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu status nutrisi yang optimal dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya secara mandiri. -
Article No. 13221 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 14 bulan dibawa ibunya ke poliklinik anak dengan keluhan sulit naik berat badan. Berat badan lahir 3 kg, berat badan sekarang 8,1 kg. menurut ibu anak mengalami kesulitan saat minum susu, tampak seperti kelelahan dan sering berhenti untuk jeda saat menyusu. Sejak usia 6 bulan anak sering tampak kebiruan, terutama saat menangis bibir dan akral kebiruan. Anak tampak kurang aktif dalam bermain. Hasil pemeriksaan fisik: frekuensi nadi 100 x/menit, respirasi 32 x/menit, SpO2 85%, suhu 37,5 C, konjungtiva tidak anemis, bibir terlihat sianosis, bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur sistolik, suara napas bronkrial vesikuler, ronki basah pada kedua paru lobus bawah, wheezing tidak ada, akral hangat, ujung jari sianosis. Hasil pemeriksaan diagnostik: hipertropi ventrikel kanan, gambaran ventrikel septal defect perimembran berukuran besar, stenosis pulmonal pada infundibular, overriding aorta
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas sekunder karena stenosis pulmonal dan obstruksi aliran udara.
Ditandai dengan pola napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, SPO2 rendah, dan ronki basah pada paru-paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder karena defek septum ventrikel dan overriding aorta.
Ditandai dengan akral sianosis, suhu ekstremitas dingin, dan denyut nadi cepat.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder karena kesulitan minum susu.
Ditandai dengan kesulitan minum susu, berat badan tidak naik, dan tampak pucat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Perfusi jaringan efektif
- Akral hangat dan kering
- Warna kulit normal
- Denyut nadi perifer teraba
- Pembebasan edema
3. Keseimbangan cairan terpenuhi
- Berat badan meningkat sesuai usia
- Turgor kulit baik
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Auskultasi suara napas, identifikasi suara napas tambahan
- Lakukan suction jika diperlukan
2. Manajemen perfusi
- Monitor tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi yang meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pantau intake dan output cairan
3. Manajemen nutrisi
- Konsultasi ahli gizi untuk evaluasi kebutuhan nutrisi
- Bantu pemberian susu formula atau ASI secara bertahap
- Pantau berat badan dan perubahan status nutrisi
- Berikan suplemen sesuai rekomendasi ahli gizi
Penjelasan rinci:
Anak usia 14 bulan dengan kondisi jantung bawaan berupa defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, dan overriding aorta mengalami beberapa masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan utama mencakup ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan kekurangan volume cairan. Luaran yang diharapkan adalah pemulihan pola napas, perfusi jaringan yang efektif, dan keseimbangan cairan yang terpenuhi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen jalan napas, manajemen perfusi, dan manajemen nutrisi, meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, suction, pemberian cairan intravena, dan dukungan nutrisi yang adekuat. Penanganan yang komprehensif diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi anak dengan kondisi jantung bawaan ini. -
Article No. 13222 | 04 Mar 2025
Klinis : Seorang anak usia 14 bulan dibawa ibunya ke poliklinik anak dengan keluhan sulit naik berat badan. Berat badan lahir 3 kg, berat badan sekarang 8,1 kg. menurut ibu anak mengalami kesulitan saat minum susu, tampak seperti kelelahan dan sering berhenti untuk jeda saat menyusu. Sejak usia 6 bulan anak sering tampak kebiruan, terutama saat menangis bibir dan akral kebiruan. Anak tampak kurang aktif dalam bermain. Hasil pemeriksaan fisik: frekuensi nadi 100 x/menit, respirasi 32 x/menit, SpO2 85%, suhu 37,5 C, konjungtiva tidak anemis, bibir terlihat sianosis, bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur sistolik, suara napas bronkrial vesikuler, ronki basah pada kedua paru lobus bawah, wheezing tidak ada, akral hangat, ujung jari sianosis. Hasil pemeriksaan diagnostik: hipertropi ventrikel kanan, gambaran ventrikel septal defect perimembran berukuran besar, stenosis pulmonal pada infundibular, overriding aorta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan penyakit jantung bawaan (SDKI)
Penjelasan: Pasien mengalami keluhan sesak napas dan sianosis, yang merupakan tanda-tanda adanya gangguan pada sistem pernapasan akibat penyakit jantung bawaan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kesulitan minum susu (SDKI)
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan saat minum susu dan sulit untuk menaikkan berat badan, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan saat menyusu (SDKI)
Penjelasan: Pasien tampak kelelahan saat menyusu, menunjukkan adanya intoleransi terhadap aktivitas.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat ditetapkan untuk kondisi ini adalah:
1. Pola Napas Efektif
2. Status Nutrisi Membaik
3. Toleransi Aktivitas Membaik
Sementara itu, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat diberikan meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Pemantauan Nutrisi
3. Manajemen Energi
Secara keseluruhan, kondisi pasien ini menunjukkan adanya penyakit jantung bawaan dengan gangguan pernapasan, nutrisi, dan aktivitas. Tindakan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan.