Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13332 | 04 Mar 2025
Klinis : KASUS 2: Seorang laki-laki usia 57 th dirawat di RSJ dengan keluhan masuk marah-marah dan sering mendengar suara orang memberikan perintah untuk bersiap karena musuh menyerang. Diketahui bahwa pasien merupakan veteran/ pensiunan angkatan yg lama bertugas di perbatasan Negara. 1 bulan sebelum masuk RS, pasien terlihat resah dan cemas, jarang tidur dan terlihat waspada. Pasien merasa curiga hp dan alat komunikasi lainnya digunakan oleh musuh untuk memonitor dirinya dan menyadap pembicaraan dengan keluarga. Pasien marah-marah karena keluarga tidak ada yang percaya bahwa mereka dalam bahaya. Saat dikaji dan diberikan intervensi, pasien sering menolak dan terlihat curiga dan waspada. Klien mempunyai riwayat genetic gangguan jiwa dan mempunyai kepribadin introvert.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk Kasus 2:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Rentang perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dan berpotensi merusak.
Karakteristik Definisi: Klien menunjukkan perilaku mudah tersinggung, tidak mampu mengontrol kemarahan, menolak intervensi perawat, curiga berlebihan terhadap orang lain.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Definisi: Pengalaman sensorik yang tampak nyata namun dibangkitkan oleh pikiran sendiri tanpa adanya stimulus eksternal.
Karakteristik Definisi: Klien melaporkan mendengar suara-suara yang memerintahkan sesuatu, merasa dirinya dimonitor/disadap oleh musuh.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Karakteristik Definisi: Klien menunjukkan perilaku gelisah, sulit tidur, waspada berlebihan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.
- Klien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan dan mencegahnya.
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kemarahan.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi dan mengabaikan stimulus halusinasi.
- Klien dapat menggunakan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengatasi halusinasi.
- Klien dapat menyampaikan pengalaman halusinasi secara terbuka dan bersedia menerima bantuan.
3. Kecemasan
- Klien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan yang dialami.
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kontrol Diri
- Terapi Relaksasi
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Manajemen Halusinasi
- Terapi Realitas
- Terapi Distraksi
3. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Terapi Tidur
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya risiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori berupa halusinasi, serta kecemasan. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien adalah Risiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi, dan Kecemasan.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat mengontrol perilaku kekerasan, mengenali dan mengabaikan stimulus halusinasi, serta mengatasi kecemasan yang dialami dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi manajemen perilaku kekerasan, manajemen halusinasi, terapi realitas, terapi distraksi, manajemen kecemasan, dan terapi tidur.
Tone penulisan yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai pakar atau perawat yang memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang diberikan. -
Article No. 13333 | 04 Mar 2025
Klinis : perfusi jaringan otak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perfusi jaringan otak.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi:
Gangguan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi serebral yang normal.
Penyebab:
1. Penurunan suplai darah ke otak
2. Kerusakan pembuluh darah otak
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Gangguan metabolisme serebral
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Aliran Darah Serebral
2. Penurunan Oksigenasi Serebral
3. Peningkatan Tekanan Intrakranial
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
2. Tekanan Intrakranial Terkontrol
3. Fungsi Neurologis Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Aliran Darah Serebral
4. Manajemen Oksigenasi Serebral
Sebagai perawat, kita perlu melakukan penilaian komprehensif, pemantauan yang ketat, dan intervensi yang tepat untuk memastikan perfusi jaringan otak yang optimal pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 13334 | 04 Mar 2025
Klinis : perpusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi perpusi jaringan serebral, sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perpusi jaringan serebral adalah "Gangguan Perfusi Jaringan Serebral". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, stroke, trauma, atau kondisi lainnya yang mengganggu aliran darah ke otak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan aliran darah ke otak, seperti membaiknya kesadaran, perbaikan fungsi neurologis, dan tidak ada tanda-tanda iskemia otak.
- Pemeriksaan diagnostik (misalnya CT-scan, MRI) menunjukkan peningkatan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
2. Tidak Terjadi Komplikasi
- Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat memperberat kondisi, seperti infark otak, edema serebral, atau kejang.
- Tanda-tanda vital pasien stabil dan tidak ada gejala yang mengindikasikan komplikasi.
3. Pasien Mampu Beradaptasi dengan Kondisi
- Pasien dan keluarga memahami kondisi dan prognosis penyakit.
- Pasien dan keluarga mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah komplikasi dan mempromosikan kesembuhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Keadaan Umum dan Neurologis
- Memantau tanda-tanda vital, kesadaran, dan fungsi neurologis pasien secara berkala.
- Mengidentifikasi tanda-tanda perubahan kondisi yang dapat mengindikasikan penurunan perfusi jaringan serebral.
2. Manajemen Aliran Darah Serebral
- Mempertahankan tekanan darah, kadar oksigen, dan kadar glukosa dalam batas normal untuk menjaga perfusi serebral.
- Mengelola faktor-faktor yang dapat memengaruhi aliran darah serebral, seperti posisi kepala, suhu tubuh, dan pemberian cairan.
3. Pencegahan Komplikasi
- Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi, seperti edema serebral, infark otak, atau kejang.
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mencegah komplikasi, seperti manajemen cairan, pengaturan suhu tubuh, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Edukasi dan Dukungan Pasien serta Keluarga
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kesembuhan.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kepatuhan dan kemampuan adaptasi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan perfusi jaringan serebral, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kemampuan pasien serta keluarga dalam beradaptasi dengan kondisi. -
Article No. 13335 | 04 Mar 2025
Klinis : Berdasarkan kasus Ny.S berumur 27 tahun, belum menikah. Serta Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film dan pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting, Pasien berbicaranya berbelit-belit tetapi jawabannya sesuai dengan yang di tanyakan atau yang diinginkan, Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film, Ny.S sering tidak bisa beristirahat karena sering dimintai foto oleh fans, pasien mengatakan ayahnya hanya seorangpetani, dan ia merasa malu sehingga ia sering menyendiri dan tidak mau ketemu orang lain dan orang terdekatnya, pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga pasien terkadang menyendiri dan minder ketika bertemu dengan teman atau orang lain, Pasien mengatakan berulang kali bahwa ia merupakan artis yang kaya dan terkenal. Pasien tampak tertutup dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik sehingga perlu dilakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu. Buatkan diagnosis keperawatan waham sesuai sdk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Ny. S yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Waham
Definisi: Keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang disertai dengan gangguan realitas.
Penjelasan Singkat:
Ny. S menunjukkan tanda-tanda waham, di mana ia memiliki keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti merasa dirinya seorang artis kaya dan terkenal, meskipun pada kenyataannya ia hanya seorang perawat. Hal ini disertai dengan gangguan realitas, di mana Ny. S sulit untuk menerima kenyataan dan cenderung tertutup serta sulit berkomunikasi dengan baik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien mampu mengenali realitas.
2. Pasien mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan realitas.
3. Pasien mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Bangun hubungan saling percaya dengan pasien.
2. Lakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu untuk membantu pasien mengenali realitas.
3. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mendukung pasien.
4. Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik untuk memfasilitasi pasien memahami realitas.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan -
Article No. 13336 | 04 Mar 2025
Klinis : Berdasarkan kasus Ny.S berumur 27 tahun, belum menikah. Serta Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film dan pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting, Pasien berbicaranya berbelit-belit tetapi jawabannya sesuai dengan yang di tanyakan atau yang diinginkan, Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film, Ny.S sering tidak bisa beristirahat karena sering dimintai foto oleh fans, pasien mengatakan ayahnya hanya seorangpetani, dan ia merasa malu sehingga ia sering menyendiri dan tidak mau ketemu orang lain dan orang terdekatnya, pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga pasien terkadang menyendiri dan minder ketika bertemu dengan teman atau orang lain, Pasien mengatakan berulang kali bahwa ia merupakan artis yang kaya dan terkenal. Pasien tampak tertutup dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik sehingga perlu dilakukan komunikasi terapeutik secara kontinyu. Buatkan diagnosis keperawatan waham sesuai sdki berhubungan dengan apa dan dibuktikan dengan gejala apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kasus Ny. S.
Diagnosis Keperawatan:
Waham Persekusi berhubungan dengan Gangguan Penilaian Realitas
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan dalam kasus Ny. S, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Waham Persekusi berhubungan dengan Gangguan Penilaian Realitas.
Waham Persekusi adalah keyakinan yang kuat dan tidak masuk akal bahwa orang lain berniat merugikan atau menyakiti dirinya. Gejala-gejala yang mendukung diagnosis ini adalah:
1. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang artis yang kaya dan terkenal, serta memerankan beberapa film.
2. Pasien mengatakan bahwa ia di RS hanya beristirahat dari rutinitas syuting.
3. Pasien mengatakan bahwa Ny. S adalah artis yang kaya dan terkenal serta memerankan beberapa film.
4. Pasien merasa malu dengan kondisinya sekarang sehingga sering menyendiri dan tidak mau bertemu orang lain.
Gangguan Penilaian Realitas merupakan ketidakmampuan pasien untuk menilai realitas secara akurat. Hal ini terlihat dari keyakinan pasien yang tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya.
SDKI, SLKI, dan SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. SDKI memuat standar diagnosis keperawatan, SLKI memuat standar luaran keperawatan, dan SIKI memuat standar intervensi keperawatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, menjamin keselamatan pasien, dan memastikan perawat memberikan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 13201 | 04 Mar 2025
Klinis : pemasangan infus agar tidak terjadi infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi pada pemasangan infus.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk mencegah infeksi pada pemasangan infus adalah "Risiko Infeksi". Diagnosa ini menggambarkan adanya kemungkinan masuknya mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada pasien dengan pemasangan infus. Risiko infeksi ini dapat terjadi akibat prosedur pemasangan infus yang tidak steril, teknik aseptik yang tidak baik, atau kondisi luka pemasangan infus yang tidak dijaga dengan baik.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Bebas Infeksi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, atau peningkatan suhu.
2. Kesejahteraan: Pasien merasa nyaman dan aman selama pemasangan infus tanpa adanya komplikasi infeksi.
3. Pengetahuan Meningkat: Pasien dan/atau keluarga memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kesterilan pemasangan infus untuk mencegah infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Perawatan Infus:
- Melakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik yang benar.
- Memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus secara rutin.
- Melakukan perawatan luka pemasangan infus dengan menggunakan teknik steril.
- Mengganti set infus dan cairan infus sesuai jadwal.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya menjaga kebersihan dan kesterilan pemasangan infus untuk mencegah infeksi.
- Memberikan instruksi kepada pasien dan keluarga mengenai cara perawatan infus yang baik dan benar.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan infus.
3. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:
- Berkoordinasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya untuk memantau dan mengevaluasi kondisi infus pasien.
- Melaporkan segera jika terjadi tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus.
- Mengkolaborasikan intervensi keperawatan dengan rekomendasi dari tim kesehatan lainnya.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat terhindar dari risiko infeksi dan mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bebas infeksi, merasa sejahtera, serta meningkatnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenai perawatan infus yang baik. -
Article No. 13202 | 04 Mar 2025
Klinis : Pencegahan ISK pada pasien terpasang kateter
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait asuhan keperawatan untuk pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien dengan kateter.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter urin. Risiko infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini, karena pasien dengan kateter urin memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan oleh adanya akses langsung ke kandung kemih melalui kateter, yang dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme penyebab infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih selama pemasangan kateter.
2. Pasien menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, atau perubahan warna urin.
3. Pasien dan/atau keluarga mampu melakukan perawatan kateter dengan benar untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Pasien dan/atau keluarga dapat menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada pasien dengan kateter.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji dan monitor kondisi pasien secara berkala, termasuk tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri, atau perubahan warna urin.
2. Lakukan perawatan kateter secara aseptik, sesuai prosedur, untuk mencegah kontaminasi.
3. Edukasikan pasien dan/atau keluarga tentang pentingnya perawatan kateter yang benar, termasuk menjaga kebersihan area sekitar kateter.
4. Dorong pasien untuk segera melaporkan keluhan yang mungkin timbul terkait dengan kateter.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan jadwal pergantian kateter sesuai indikasi.
6. Evaluasi secara berkala efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien dengan kateter urin memiliki risiko tinggi terkena infeksi saluran kemih. Kateter urin dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme penyebab infeksi, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam perawatannya.
Luaran yang diharapkan mencakup tidak adanya infeksi saluran kemih selama pemasangan kateter, tidak adanya tanda-tanda infeksi, kemampuan pasien dan/atau keluarga dalam melakukan perawatan kateter yang benar, serta pemahaman mereka tentang faktor-faktor risiko infeksi. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mencegah komplikasi infeksi pada pasien dengan kateter.
Intervensi keperawatan yang direkomendasikan meliputi pengkajian dan pemantauan kondisi pasien, perawatan kateter secara aseptik, edukasi bagi pasien dan/atau keluarga, komunikasi dengan tim kesehatan lain, serta evaluasi dan modifikasi intervensi jika diperlukan. Keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien dengan kateter.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mencegah infeksi pada pasien dengan kateter urin. -
Article No. 13203 | 04 Mar 2025
Klinis : pemasangan catheter agar tidak terjadi infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemasangan kateter agar tidak terjadi infeksi.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosis ini menggambarkan adanya peningkatan risiko organisme patogen untuk menyerang dan berkembang biak, yang dapat menyebabkan infeksi. Dalam kasus pemasangan kateter, risiko infeksi dapat timbul akibat prosedur invasif yang dilakukan dan potensi masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh pasien.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Bebas Infeksi (0703): Kondisi di mana tidak terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi.
2. Perilaku Pencegahan Infeksi (1828): Perilaku yang dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
3. Kontrol Infeksi (1842): Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Perawatan Kateter (3660): Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi dari pemasangan kateter.
a. Menggunakan teknik aseptik saat memasang kateter.
b. Mempertahankan sistem kateter tertutup.
c. Melakukan perawatan dan pemantauan kateter secara rutin.
d. Mengganti kateter sesuai dengan jadwal atau indikasi.
2. Manajemen Infeksi (6540): Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi pada pasien.
a. Menerapkan prosedur pencegahan infeksi seperti cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri.
b. Memantau tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan kateter.
c. Mengevaluasi penggunaan antibiotik dan memastikan kepatuhan pasien.
d. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Kontrol Lingkungan: Tindakan untuk mempertahankan lingkungan yang bersih dan aman guna mencegah infeksi.
a. Menjaga kebersihan lingkungan perawatan pasien.
b. Menjaga kesterilan peralatan dan bahan yang digunakan.
c. Memastikan aliran udara dan ventilasi yang baik di ruangan.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang menjalani pemasangan kateter. -
Article No. 13204 | 04 Mar 2025
Klinis : pemasasangan CVC agar tidak terjadi infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemasangan CVC (Central Venous Catheter) agar tidak terjadi infeksi.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Infeksi" (00004). Risiko Infeksi didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Pada pemasangan CVC, terdapat risiko infeksi terkait prosedur invasif dan masuknya mikroorganisme ke dalam aliran darah.
2. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Bebas dari Infeksi (1924): Luaran ini bertujuan untuk memastikan tidak terjadi infeksi selama dan setelah pemasangan CVC. Indikator yang dapat diukur antara lain: tidak ada tanda-tanda infeksi lokal (kemerahan, pembengkakan, nyeri, panas), tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik (demam, menggigil, leukositosis), dan tidak ada pertumbuhan mikroorganisme pada kultur darah atau lokasi pemasangan CVC.
b. Penyembuhan Luka Bedah (1103): Luaran ini bertujuan untuk memastikan luka akibat pemasangan CVC dapat sembuh dengan baik. Indikator yang dapat diukur antara lain: tidak ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan perbaikan integritas kulit di sekitar area pemasangan CVC.
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Infeksi (6540): Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi terkait CVC. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak dengan CVC, menjaga area pemasangan CVC tetap bersih dan kering, memantau tanda-tanda infeksi, dan memastikan prosedur pemasangan CVC dilakukan dengan aseptik.
b. Perawatan Luka Bedah (3660): Intervensi ini bertujuan untuk membantu penyembuhan luka akibat pemasangan CVC. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik, memantau tanda-tanda penyembuhan luka, dan memberikan perawatan sesuai dengan kondisi luka.
c. Edukasi Pasien tentang Perawatan CVC (7370): Intervensi ini bertujuan untuk memastikan pasien dan keluarga memahami cara perawatan CVC yang tepat. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan CVC, mengenali tanda-tanda infeksi, dan melaporkan segala perubahan kondisi yang terjadi.
Dalam penerapan asuhan keperawatan ini, perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dilakukan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah terjadinya infeksi terkait pemasangan CVC. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 13205 | 04 Mar 2025
Klinis : pelaksanaan Tirah baring untuk mencegah terjadi infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pelaksanaan Tirah baring untuk mencegah terjadinya infeksi adalah "Risiko Infeksi". Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2017).
Dalam kasus pelaksanaan Tirah baring, pasien berisiko mengalami infeksi karena adanya beberapa faktor risiko, seperti:
- Penurunan sistem pertahanan tubuh akibat penurunan mobilitas
- Pajanan lingkungan yang tidak steril selama Tirah baring
- Prosedur invasif atau alat bantu yang digunakan selama Tirah baring (seperti kateter, infus, dll.)
Oleh karena itu, diagnosa Risiko Infeksi menjadi sangat relevan dan penting untuk ditegakkan dalam rencana asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
- Tidak terjadi infeksi selama pelaksanaan Tirah baring
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal maupun sistemik
- Tidak ada komplikasi akibat Tirah baring, seperti dekubitus, trombosis vena, dll.
- Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pencegahan infeksi selama Tirah baring
Indikator keberhasilan ini akan memastikan bahwa tujuan utama dari pelaksanaan Tirah baring, yakni mencegah terjadinya infeksi, dapat tercapai.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut antara lain:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Memantau suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien secara teratur
- Mengidentifikasi tanda-tanda infeksi seperti demam, takikardia, takipnea, dll.
b. Perawatan kebersihan dan kenyamanan pasien
- Melakukan perawatan kulit dan personal hygiene secara rutin
- Mempertahankan posisi dan alinesmen tubuh yang baik selama Tirah baring
- Menggunakan alas tempat tidur yang bersih dan kering
c. Pencegahan komplikasi Tirah baring
- Melakukan mobilisasi pasien secara bertahap untuk mencegah dekubitus dan trombosis vena
- Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi
d. Pencegahan infeksi
- Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, seperti cuci tangan yang benar, penggunaan APD, dan teknik aseptik saat perawatan
- Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan intervensi yang tepat bila terdeteksi
e. Edukasi dan dukungan bagi pasien
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi selama Tirah baring
- Memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada pasien selama pelaksanaan Tirah baring
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana, diharapkan luaran yang diharapkan dapat tercapai dan risiko infeksi pada pasien selama Tirah baring dapat diminimalkan.