Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19490 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan asi eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan dikarnakan bayi tidak dirawat gabung dengan ibu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan ASI eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan karena bayi tidak dirawat gabung dengan ibu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan pola menyusui (00104)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyusui atau mempertahankan laktasi yang efektif.
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi, kesulitan dalam memposisikan bayi untuk menyusu, pola menyusui yang tidak efektif, produksi ASI yang tidak adekuat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mendemonstrasikan teknik menyusui yang efektif.
2. Mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
3. Mempertahankan pemberian ASI eksklusif.
4. Menunjukkan kepuasan dan kenyamanan dalam pemberian ASI.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Monitoring dan evaluasi pola menyusui:
- Mengobservasi dan mengevaluasi teknik menyusui.
- Mengukur produksi ASI.
- Menilai kecukupan ASI bagi bayi.
2. Edukasi dan dukungan tentang menyusui:
- Memberikan edukasi tentang teknik menyusui yang efektif.
- Membantu memposisikan bayi dengan benar saat menyusu.
- Mengajarkan teknik perawatan payudara untuk meningkatkan produksi ASI.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain:
- Berkolaborasi dengan ahli laktasi atau konselor menyusui untuk mendapatkan konsultasi dan intervensi yang lebih komprehensif.
- Berkoordinasi dengan tim perawat neonatal untuk memastikan bayi dapat dirawat gabung dengan ibu.
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakefektifan pola menyusui (00104) dipilih karena pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan ASI eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan, yang menunjukkan adanya hambatan dalam proses menyusui.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Tujuan utama adalah memastikan pasien dapat menyusui dengan efektif, mempertahankan produksi ASI yang adekuat, dan memberikan ASI eksklusif. Hal ini akan menciptakan kepuasan dan kenyamanan bagi ibu dan bayi dalam proses menyusui.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI): Monitoring dan evaluasi pola menyusui dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan intervensi yang tepat. Edukasi dan dukungan tentang menyusui bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam teknik menyusui yang efektif. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli laktasi atau konselor menyusui, dapat memberikan intervensi yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 19491 | 10 Jul 2025
Klinis : nyeri pada epigastrium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus nyeri epigastrium dengan tone akademis dan persona pakar keperawatan:
---
**DIAGNOSA KEPERAWATAN**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
*Definisi:* Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (epigastrium), dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat.
**STANDAR LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)**
**SLKI Code: 1401 – Kontrol Nyeri**
*Kriteria Luaran:*
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala ≤3/10).
- Ekspresi wajah/postur tubuh rileks.
- Tidak ada perilaku guarding pada area epigastrium.
- Tanda vital dalam rentang normal (TD, nadi, pernapasan).
**STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)**
**SIKI Code: 2310 – Manajemen Nyeri**
*Intervensi Utama:*
1. **Kaji karakteristik nyeri:** Lokasi (epigastrium), intensitas (skala 0-10), durasi, dan faktor pencetus/pereda.
2. **Monitor tanda vital** (TD, nadi, pernapasan) sebagai indikator respons fisiologis terhadap nyeri.
3. **Ajarkan teknik non-farmakologis:**
- Relaksasi napas dalam.
- Distraksi atau guided imagery.
- Posisi nyaman (misalnya semi-Fowler).
4. **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai resep (misalnya antasida, antagonis H2, atau PPI untuk nyeri epigastrium terkait gastritis).
5. **Edukasi klien** tentang faktor risiko (misalnya diet, stres) dan tanda bahaya (muntah darah, melena).
---
**Catatan Akademis:**
- **Diferensial Diagnosis:** Nyeri epigastrium dapat terkait gastritis, GERD, ulkus peptikum, atau patologi bilier. Asesmen komprehensif (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang seperti endoskopi) diperlukan untuk etiologi pasti.
- **Evidence-Based Practice:** Intervensi non-farmakologis seperti relaksasi terbukti mengurangi persepsi nyeri (Johnson et al., 2019). Pemantauan tanda vital esensial untuk deteksi dini komplikasi (perforasi ulkus).
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan asuhan keperawatan spesifik. -
Article No. 19492 | 10 Jul 2025
Klinis : sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait kondisi **sesak napas** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode SDKI: D.0009**
**Gangguan Pertukaran Gas**
*Definisi:* Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada membran alveolus-kapiler, yang dapat disebabkan oleh obstruksi jalan napas, penurunan luas permukaan paru, atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
**Faktor Penyebab (Etiologi):**
- Kondisi akut (asma, pneumonia, emboli paru)
- Penyakit kronis (PPOK, gagal jantung)
- Gangguan mekanik pernapasan (trauma dada, efusi pleura)
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.0401**
**Peningkatan Fungsi Pernapasan**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
2. Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95% pada udara ruangan.
3. Penggunaan otot bantu napas berkurang/tidak ada.
4. Pasien melaporkan penurunan keluhan sesak (skala dyspnea Borg ≤3).
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.0901**
**Manajemen Jalan Napas**
*Tindakan:*
1. **Posisikan pasien semi-Fowler/Fowler tinggi** untuk optimalisasi ekspansi paru.
2. **Berikan oksigen tambahan** sesuai indikasi (misal: nasal kanul 2–4 L/menit atau masker venturi).
3. **Lakukan fisioterapi dada** (jika tidak kontraindikasi) untuk mobilisasi sekret.
4. **Pantau tanda vital dan saturasi oksigen** setiap 1–2 jam.
5. **Ajarkan teknik pernapasan diafragma** untuk mengurangi kerja otot pernapasan.
**Kode SIKI Tambahan:**
- **I.1101** (Edukasi Kesehatan): Jelaskan penyebab sesak napas dan strategi pencegahan eksaserbasi.
- **I.0503** (Manajemen Ansietas): Turunkan kecemasan yang memperburuk sesak melalui pendekatan terapeutik.
---
### **Dasar Teori (Pendekatan Akademis)**
Sesak napas (*dyspnea*) merupakan gejala multidimensi yang melibatkan **fisiologi (hipoksemia, hiperkapnia) dan psikologis (ansietas)**. Patofisiologi utama mencakup:
- **Peningkatan resistensi jalan napas** (asma, bronkitis).
- **Penurunan compliance paru** (fibrosis, edema paru).
- **Gangguan difusi gas** (ARDS, emfisema).
*Evidence-Based Practice:* Pemberian oksigen dan posisi semi-Fowler didukung oleh studi **American Thoracic Society (2020)** sebagai intervensi pertama untuk meningkatkan ventilasi-perfusi.
---
### **Catatan Penting**
- **Kolaborasi dengan tim medis** diperlukan jika sesak napas disertai tanda kegawatan (sianosis, retraksi interkostal).
- **Dokumentasi** harus mencakup: karakteristik sesak (onset, durasi), respons terhadap intervensi, dan perubahan status klinis.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis Anda. Untuk kasus spesifik, selalu lakukan **asesmen komprehensif** dan pertimbangkan faktor individu pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Potter & Perry. (2021). *Fundamentals of Nursing*. Edisi 10. Elsevier. -
Article No. 19493 | 10 Jul 2025
Klinis : ge
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda sampaikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar di bidang keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh
Definisi: Risiko untuk mengalami cedera akibat terjatuh yang dapat disebabkan oleh faktor internal (seperti kelemahan, gangguan keseimbangan, dan perubahan kognitif) atau faktor eksternal (seperti lingkungan yang berbahaya).
Kode SDKI: 00155
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kode SDKI: 00092
3. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode SDKI: 00095
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI berisi definisi dan kode untuk berbagai diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam praktik klinis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang berisi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI memberikan panduan bagi perawat dalam menetapkan dan mencapai luaran yang diinginkan dari asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. SIKI memberikan panduan bagi perawat dalam memilih dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan dan luaran yang diinginkan.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, sistematis, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 19494 | 10 Jul 2025
Klinis : Petugas/pekerja tidak selalu menggunakan APD saat bekerja. Fasilitas cuci tangan tidak tersedia di area kerja. Tidak terdapat pelatihan rutin mengenai pencegahan infeksi. Beberapa pekerja mengeluhkan luka akibat pajanan cairan tubuh atau benda tajam.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan Paparan terhadap Patogen melalui Cairan Tubuh atau Benda Tajam.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi pada petugas/pekerja, yaitu:
- Petugas/pekerja tidak selalu menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja, sehingga meningkatkan risiko paparan terhadap patogen melalui cairan tubuh atau benda tajam.
- Fasilitas cuci tangan tidak tersedia di area kerja, sehingga menurunkan kemampuan petugas/pekerja untuk melakukan kebersihan tangan yang efektif.
- Tidak terdapat pelatihan rutin mengenai pencegahan infeksi, sehingga petugas/pekerja mungkin kurang memahami praktik pencegahan infeksi yang tepat.
- Beberapa pekerja mengeluhkan luka akibat pajanan cairan tubuh atau benda tajam, menunjukkan adanya paparan terhadap patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pencegahan Infeksi: Perilaku Pencegahan Infeksi
- Petugas/pekerja menunjukkan penggunaan APD yang sesuai saat bekerja.
- Petugas/pekerja melakukan kebersihan tangan secara rutin dan benar.
- Petugas/pekerja memiliki pemahaman yang baik tentang praktik pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan: Pencegahan Infeksi
- Memberikan edukasi kepada petugas/pekerja tentang pentingnya penggunaan APD yang sesuai saat bekerja.
- Menjelaskan teknik kebersihan tangan yang benar dan pentingnya melakukannya secara rutin.
- Memberikan pelatihan rutin tentang praktik pencegahan infeksi yang tepat, termasuk penanganan luka akibat pajanan cairan tubuh atau benda tajam.
2. Fasilitasi: Penyediaan Sumber Daya
- Memastikan ketersediaan APD yang memadai di area kerja.
- Menyediakan fasilitas cuci tangan yang mudah diakses di area kerja.
3. Kolaborasi: Peningkatan Praktik Pencegahan Infeksi
- Berkolaborasi dengan pihak manajemen untuk menetapkan kebijakan dan prosedur terkait penggunaan APD dan praktik pencegahan infeksi.
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (misalnya, tim K3) untuk mengembangkan program pelatihan dan pemantauan terkait pencegahan infeksi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai didasarkan pada kondisi yang diberikan, yaitu petugas/pekerja tidak selalu menggunakan APD, fasilitas cuci tangan tidak tersedia, tidak ada pelatihan rutin, dan beberapa pekerja mengeluhkan luka akibat pajanan. Hal ini menunjukkan adanya risiko infeksi yang berhubungan dengan paparan terhadap patogen melalui cairan tubuh atau benda tajam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah tercapainya perilaku pencegahan infeksi yang baik pada petugas/pekerja, seperti penggunaan APD yang sesuai, kebersihan tangan yang rutin dan benar, serta pemahaman yang baik tentang praktik pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi: 1) Pendidikan Kesehatan: Pencegahan Infeksi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas/pekerja, 2) Fasilitasi: Penyediaan Sumber Daya untuk memastikan ketersediaan APD dan fasilitas cuci tangan, dan 3) Kolaborasi: Peningkatan Praktik Pencegahan Infeksi untuk mengembangkan kebijakan dan program pelatihan yang komprehensif.
Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat meningkatkan perilaku pencegahan infeksi pada petugas/pekerja, sehingga dapat menurunkan risiko infeksi akibat paparan terhadap patogen melalui cairan tubuh atau benda tajam. -
Article No. 19456 | 09 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 18 tahun, GIP0A0, hamil 30 minggu mengeluh nyeri pada ulu hati dan pusing. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Tekanan Darah: 150/90, frekuensi nadi: 78 x/menit, frekuensi nafas: 22 x/menit, TFU: 28 cm, presentasi bokong, puka, belum masuk PAP, kaki bengkak grade 1. Hasil pemeriksaan penunjang: protein urine: +
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Komplikasi Kehamilan (kode: 00225)
b. Intoleransi Aktivitas (kode: 00092)
2. Penjelasan singkat:
a. Risiko Komplikasi Kehamilan (kode: 00225)
- SDKI: Risiko Komplikasi Kehamilan
Definisi: Keadaan yang menunjukkan adanya risiko timbulnya komplikasi pada kehamilan.
- SLKI: Pemantauan Kesehatan Ibu Hamil
Definisi: Upaya untuk memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
- SIKI: Pengelolaan Risiko Komplikasi Kehamilan
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan.
b. Intoleransi Aktivitas (kode: 00092)
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
Definisi: Hasil yang diharapkan dari upaya peningkatan kemampuan individu untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk memfasilitasi individu dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
Kode-kode tersebut merupakan kode yang ditetapkan oleh PPNI dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). -
Article No. 19457 | 09 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 18 tahun, GIP0A0, hamil 30 minggu mengeluh nyeri pada ulu hati dan pusing. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Tekanan Darah: 150/90, frekuensi nadi: 78 x/menit, frekuensi nafas: 22 x/menit, TFU: 28 cm, presentasi bokong, puka, belum masuk PAP, kaki bengkak grade 1. Hasil pemeriksaan penunjang: protein urine: +
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00026
Judul: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1304
Judul: Tekanan Darah
Definisi: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6340
Judul: Manajemen Hipertensi
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memantau dan mengendalikan tekanan darah tinggi.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi pasien, yaitu seorang perempuan berusia 18 tahun, hamil 30 minggu, dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan pusing, serta hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi (150/90 mmHg), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam kesehatan otak.
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Tekanan Darah, yaitu kemampuan tubuh untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Hipertensi, yang meliputi tindakan untuk memantau dan mengendalikan tekanan darah tinggi. -
Article No. 19458 | 09 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 18 tahun, GIP0A0, hamil 30 minggu mengeluh nyeri pada ulu hati dan pusing. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Tekanan Darah: 150/90, frekuensi nadi: 78 x/menit, frekuensi nafas: 22 x/menit, TFU: 28 cm, presentasi bokong, puka, belum masuk PAP, kaki bengkak grade 1. Hasil pemeriksaan penunjang: protein urine: +
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI: 10037)
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.
- Kode SLKI: SLKI-05.063
- Kode SIKI: SIKI-17.003
b. Nyeri Akut (SDKI: 10030)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Kode SLKI: SLKI-08.019
- Kode SIKI: SIKI-03.006
c. Perfusi Jaringan Terganggu (SDKI: 10034)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- Kode SLKI: SLKI-05.027
- Kode SIKI: SIKI-17.001
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kode dan definisi di atas merupakan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 19459 | 09 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 18 tahun, GIP0A0, hamil 30 minggu mengeluh nyeri pada ulu hati dan pusing. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Tekanan Darah: 150/90, frekuensi nadi: 78 x/menit, frekuensi nafas: 22 x/menit, TFU: 28 cm, presentasi bokong, puka, belum masuk PAP, kaki bengkak grade 1. Hasil pemeriksaan penunjang: protein urine: +
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
- SLKI: Pemulihan dari pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
b. Kelebihan volume cairan (00026)
- SDKI: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- SLKI: Pemulihan dari kelebihan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- SIKI: Intervensi untuk mengendalikan atau mengurangi kelebihan cairan pada pasien.
c. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral (00201)
- SDKI: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen ke otak.
- SLKI: Pemulihan dari penurunan suplai oksigen ke otak.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengatasi penurunan suplai oksigen ke otak.
Penjelasan singkat:
- Nyeri akut: Pasien mengalami nyeri pada ulu hati, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- Kelebihan volume cairan: Pasien mengalami pembengkakan pada kaki (edema grade 1), yang menandakan adanya kelebihan cairan.
- Risiko gangguan perfusi jaringan serebral: Pasien mengalami pusing, yang dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen ke otak.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 19460 | 09 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan usis 22 tahun P1A0 dirawat diruang perawatan nifas hari ke-2. Saat dilakukan pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, N: 82 x/menit, R: 22 x/menit, S:36,8°C, payudara tampak penuh, kolostrum sudah keluar sejak usia kehamilan 36 minggu, terdapat jahitan pada vagina, porsi makan tidak pernah habis untuk daging ayam dan buah-buahan yang disediakan RS. Klien dilarang makan buah dan daging setelah melahirkan karena keluarga meyakini hal tersebut merupakan pantangan bagi orang yang baru saja melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Makan (00232)
- SDKI: Pola Makan Tidak Efektif
- SLKI: Kesiapan Meningkatkan Pola Makan
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan: Klien menolak untuk menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit, khususnya daging ayam dan buah-buahan, karena kepercayaan keluarga bahwa hal tersebut merupakan pantangan bagi orang yang baru saja melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakefektifan pola makan dan kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi.
2. Gangguan Proses Pengeluaran (00179)
- SDKI: Inkontinensia Urin
- SLKI: Kesiapan Meningkatkan Proses Eliminasi
- SIKI: Manajemen Eliminasi
Penjelasan: Adanya jahitan pada vagina setelah persalinan dapat menyebabkan gangguan proses pengeluaran, seperti ketidaknyamanan atau rasa sakit saat buang air kecil.
3. Risiko Infeksi (00004)
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kesiapan Meningkatkan Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan: Adanya jahitan pada vagina setelah persalinan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada area tersebut jika tidak ditangani dengan baik.
Kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Makan Tidak Efektif (00232): Pola makan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Inkontinensia Urin (00016): Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin secara sukarela.
- Risiko Infeksi (00004): Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kesiapan Meningkatkan Pola Makan (1822): Kemampuan untuk mengubah perilaku makan menjadi lebih efektif.
- Kesiapan Meningkatkan Proses Eliminasi (1816): Kemampuan untuk mengubah perilaku eliminasi menjadi lebih efektif.
- Kesiapan Meningkatkan Pencegahan Infeksi (1828): Kemampuan untuk mengubah perilaku pencegahan infeksi menjadi lebih efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi (1100): Bantuan dan dukungan untuk mengatur asupan nutrisi yang adekuat.
- Manajemen Eliminasi (0620): Bantuan dan dukungan untuk mengatur proses eliminasi yang efektif.
- Manajemen Infeksi (6540): Pencegahan dan pengendalian infeksi.