Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13345 | 05 Mar 2025
Klinis : Sesak napas ketika berbaring, pasien mengatakan ada dahak tapi di dalam, frekuensi napas 27 kali, saturasi 99% dengan bantuan masker rebreathing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, pasien mengalami sesak napas ketika berbaring, dengan frekuensi napas yang tinggi (27 kali per menit) dan adanya dahak yang terasa di dalam, namun pasien masih memiliki saturasi oksigen yang baik (99%) dengan bantuan masker rebreathing. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, yaitu kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Terapi Aerosolisasi
4. Fisioterapi Dada
5. Monitoring Pernapasan
Tujuan dari intervensi-intervensi tersebut adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan napas pasien sehingga dapat mengurangi sesak napas dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 13346 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien dengan riwayat hipertensi dan CKD terdapat edema pada ekstremitas atas dan esktremitas bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Edema berhubungan dengan retensi cairan sekunder akibat hipertensi dan penyakit ginjal kronis (CKD)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Edema: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial yang menyebabkan pembengkakan pada jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit ginjal kronis, hipertensi, gangguan sirkulasi, dan lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien menunjukkan pengurangan edema pada ekstremitas atas dan bawah.
- Indikator: Tidak ada/berkurangnya bengkak pada ekstremitas, pengurangan berat badan, dan peningkatan mobilitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Cairan, Manajemen Edema, Pemantauan Tanda Vital, Perawatan Kulit, dan lainnya.
- Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi akumulasi cairan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Dengan penanganan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat menunjukkan perbaikan kondisi dan pengurangan edema pada ekstremitas atas dan bawah. -
Article No. 13347 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh sesak napas, baik saat berbarin atau duduk, frekuensi napas 27 kali per menit, saturasi 99 dengan terpasang masker rebretheing, pasien mengatakan ada dahak tapi di dalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, maka dapat diberikan Diagnosa Keperawatan serta penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah:
1. Pasien dapat bernafas dengan mudah
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
3. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif meliputi:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen oksigenasi
3. Fisioterapi dada
4. Edukasi manajemen jalan napas
Dengan pendekatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada pasien. -
Article No. 13348 | 05 Mar 2025
Klinis : hipospadia anak umur 6 tahun keluhan BAK dari bawah tidak diujung penis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu hipospadia pada anak usia 6 tahun dengan keluhan BAK dari bawah tidak di ujung penis, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Eliminasi Urin
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara efektif.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan eliminasi urin secara efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola eliminasi urin yang efektif.
Kondisi hipospadia pada anak usia 6 tahun dengan keluhan BAK dari bawah tidak di ujung penis dapat menyebabkan ketidakefektifan pola eliminasi urin. Hal ini disebabkan karena adanya kelainan bawaan pada saluran kemih yang dapat menghambat aliran urin keluar dari tubuh secara normal.
2. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan:
- SDKI: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen di saluran kemih.
- SLKI: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi infeksi saluran kemih pada pasien.
Kondisi hipospadia dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada anak, karena kelainan bawaan pada saluran kemih dapat menjadi media pertumbuhan bagi mikroorganisme patogen.
Diagnosa keperawatan ini perlu dipertimbangkan dan ditangani secara komprehensif oleh tim medis yang terdiri dari dokter spesialis anak, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13349 | 05 Mar 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, intens, dan berlangsung singkat.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam standar luaran keperawatan Indonesia, tujuan utama penanganan nyeri akut adalah klien melaporkan penurunan nyeri, mempertahankan fungsi fisik, dan meningkatkan kemampuan koping. Beberapa luaran yang dapat diukur antara lain penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan aktivitas, dan peningkatan kemampuan koping.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk penanganan nyeri akut antara lain pemberian analgesik, teknik non-farmakologis (seperti relaksasi, distraksi, terapi musik, terapi dingin/panas), serta edukasi manajemen nyeri kepada klien. Perawat juga perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memantau respons terapi, dan melakukan evaluasi efektivitas intervensi.
Dalam praktik keperawatan, penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien. -
Article No. 13350 | 05 Mar 2025
Klinis : COTTUN BUD DI TELINGA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA" dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H61.1
- Deskripsi: Serumen telinga
Penjelasan:
- Kode ICD-10 H61.1 (Serumen telinga) sesuai dengan kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA", yang merujuk pada akumulasi serumen di dalam telinga.
- Serumen adalah zat lilin yang diproduksi oleh kelenjar serumen di telinga luar untuk melindungi dan membersihkan telinga. Akumulasi serumen yang berlebihan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, pendengaran terganggu, hingga infeksi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.11
- Deskripsi: Ekstraksi serumen dari telinga
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 69.11 (Ekstraksi serumen dari telinga) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengeluarkan serumen dari telinga.
- Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan yang terlatih, menggunakan alat-alat khusus seperti curret, forceps, atau irigasi telinga untuk mengeluarkan serumen yang berlebihan.
Secara keseluruhan, kondisi "COTTUN BUD DI TELINGA" dapat diklasifikasikan menggunakan kode ICD-10 H61.1 (Serumen telinga) dan, jika terdapat prosedur ekstraksi serumen, kode ICD-9-CM 69.11 (Ekstraksi serumen dari telinga) dapat digunakan. -
Article No. 13351 | 05 Mar 2025
Klinis : Benda asing masuk dalam telinga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode diagnosa ICD-10 dan kode prosedur/tindakan medis ICD-9-CM untuk kondisi benda asing masuk dalam telinga.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T16
- Deskripsi: Benda asing di telinga
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.21
- Deskripsi: Pengeluaran benda asing dari telinga
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T16 digunakan untuk mendiagnosis kondisi ketika ada benda asing yang masuk ke dalam telinga. Kode ini mencakup semua jenis benda asing yang dapat masuk ke dalam telinga, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dan dapat menyebabkan iritasi, nyeri, atau bahkan kerusakan pada struktur telinga.
2. Kode ICD-9-CM 98.21 merujuk pada prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari telinga. Ini dapat mencakup berbagai teknik, seperti penggunaan alat-alat khusus, irigasi, atau manipulasi lembut untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman.
Penanganan yang tepat untuk kondisi ini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi atau kerusakan permanen pada telinga. Oleh karena itu, pasien dengan kondisi ini harus segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai. -
Article No. 13352 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci mengenai kasus tersebut.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah dengan kemungkinan diagnosis campak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan demam tinggi.
b. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam dan infeksi virus campak, ditandai dengan ruam merah di kulit.
c. Gangguan Membran Mukosa berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan bintik Koplik di mukosa mulut.
d. Bersihan Jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan batuk kering.
e. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan mata merah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Hipetermia teratasi, ditandai dengan suhu tubuh normal.
b. Integritas Kulit membaik, ditandai dengan penyembuhan ruam merah di kulit.
c. Membran Mukosa membaik, ditandai dengan hilangnya bintik Koplik di mukosa mulut.
d. Bersihan Jalan Napas efektif, ditandai dengan hilangnya batuk kering.
e. Perfusi Jaringan Perifer membaik, ditandai dengan hilangnya mata merah.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Hipertermia:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan banyak minum cairan
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat penurun demam
b. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan kulit secara rutin
- Berikan pelembab kulit untuk mengatasi ruam
- Jaga kebersihan dan sterilitas area kulit yang terkena
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat topikal
c. Gangguan Membran Mukosa:
- Lakukan perawatan oral secara rutin
- Berikan mouthwash untuk mengurangi iritasi mukosa
- Anjurkan konsumsi makanan dan minuman yang tidak mengiritasi mukosa
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat mukolitik
d. Bersihan Jalan Napas tidak efektif:
- Berikan humidifikasi oksigen untuk melembabkan jalan napas
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan instruksi teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat ekspektoran
e. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi iritasi mata
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat antiinflamasi
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan untuk menangani kasus pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak. Diharapkan penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 13353 | 05 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Penyakit Menular berhubungan dengan Infeksi Virus Campak
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Penyakit Menular adalah kerentanan individu atau kelompok untuk terinfeksi atau tertular penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Faktor yang berhubungan dalam kasus ini adalah Infeksi Virus Campak, dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah: Individu/Keluarga dapat Mengenali Tanda dan Gejala Penyakit Menular, Dapat Mencegah Penularan Penyakit, dan Mendapatkan Perawatan yang Adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah: Edukasi Kesehatan terkait Penyakit Menular, Manajemen Isolasi, Perawatan Demam, Perawatan Ruam Kulit, dan Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain untuk Penanganan Komprehensif.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko penularan penyakit pada pasien anak dengan kemungkinan infeksi virus campak. -
Article No. 13354 | 05 Mar 2025
Klinis : Tn. D (48 tahun) seorang Guru SD di sebuah kota di Jawa Barat, saat ini Tn.D didiagnosa menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta hiperkolesterolemia dan sudah menjalani terapi farmakologi berupa obat-obatan metformin 3x1 tablet sesudah makan, glimepiride 1x1 tablet pagi hari sebelum makan dan simvastatin 1x1 tablet malam hari. Tn. D merasa setelah minum obat-obatan tersebut dirinya jadi suka mual dan nyeri kepala. Tn D ingin beralih ke terapi bekam syartoh di klinik bekam steril. Tn D percaya pada klinik tersebut, karena ada perawat Nakestrad yang beliau percaya ahli di bidang bekam. Saat pertama kali datang ke klinik bekam, Tn D dicek TD nya, 140/90 mmHg, suhu 36,6°C, Nadi 81x/m dan pernafasan 20x/m. GDS nya 185 mg/dL, Kolesterol total 257 mg/dL, LDL 187 mg/dL dan asam urat nya 7 mg/dL. Tn.D dibekam di titik Kahil (punuk); baina katifain (titik jantung), Az-zahrul wasati (titik hepar dan pankreas), Al qatanul alawi (titik ginjal), dan zhahrul Qodam (titik kaki). Setelah di bekam, Tn D diperiksa Kembali TTV nya, TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, pernafasan 20x/m, suhu 37°C. Setelah dibekam, Tn.D merasa mengantuk, serta pegal-pegal dan nyeri kepalanya berkurang. Tn.D disarankan untuk rutin berbekam minimal sebulan sekali, terutama pada tanggal 17,19 dan 21 pada kalender Islam karena secara evidence based terbukti waktu yang baik untuk berbekam. Perawat meresepkan kapsul virgin olive oil untuk diminum 1-2x sehari. Perawat juga mengedukasi agar Tn.D tetap mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, edukasi kedua, kapsul minyak zaitun diminum 1-2 jam setelah obat dokter dan berkonsultasi dengan dokter jika dirasa masih mual dan pusing, edukasi terakhir adalah Tn.D disarankan tidak mandi setelah berbekam, kecuali setelah 5-6 jam setelah berbekam. Semua kegiatan askep terdokumentasi dengan baik dalam askep integrasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Nausea: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
3. Nyeri Kepala: Sensasi ketidaknyamanan di kepala atau bagian atas leher.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan yang diresepkan.
- Indikator: Individu melaporkan mengikuti regimen pengobatan, minum obat sesuai resep, tidak ada keluhan efek samping obat.
2. Nausea:
- Hasil: Individu melaporkan tidak ada rasa mual.
- Indikator: Individu tidak mengalami muntah, mual, dan nyeri perut.
3. Nyeri Kepala:
- Hasil: Individu melaporkan nyeri kepala berkurang.
- Indikator: Individu melaporkan intensitas nyeri kepala menurun, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakefektifan Terapi Pengobatan:
- Edukasi tentang pentingnya mematuhi regimen pengobatan yang diresepkan.
- Identifikasi hambatan dalam memperoleh, menggunakan, atau memanfaatkan regimen pengobatan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas dan efek samping obat.
- Fasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai resep.
2. Nausea:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi mual.
- Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.
- Anjurkan makan kecil-kecil dan sering.
- Ajarkan teknik manajemen mual, seperti relaksasi, distraksi, dan pijat.
3. Nyeri Kepala:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri kepala.
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, kompres dingin/hangat, dan massase.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mendokumentasikan semua kegiatan dengan baik dalam rekam medis atau dokumentasi keperawatan. Perawat juga perlu berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan kualitas perawatan yang komprehensif bagi Tn. D.