Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13438 | 06 Mar 2025
Klinis : neonatus hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi neonatus hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan hiperbilirubin neonatal
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Integritas Kulit adalah situasi di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit Tidak Terganggu
2. Tidak Terjadi Kerusakan Kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Perawatan Kulit
3. Manajemen Hiperbilirubin
Kondisi neonatus dengan hiperbilirubin dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, perawatan kulit yang tepat, dan manajemen hiperbilirubin yang efektif untuk mencegah kerusakan kulit dan menjaga integritas kulit bayi. -
Article No. 13439 | 06 Mar 2025
Klinis : bayi ikterik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi ikterik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Metabolisme Bilirubin Terkait Hiperbilirubinemia
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi bayi dengan ikterik atau peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imaturitas hati, hemolisis, atau masalah pada saluran empedu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Diagnosa ini terdiri dari label, definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berisiko.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Luaran yang terkait dengan diagnosa ini dapat meliputi penurunan kadar bilirubin, pencegahan komplikasi, dan peningkatan keberfungsian sistem.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain pemantauan kadar bilirubin, manajemen sinar foto terapi, dan edukasi pada keluarga.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terstandar, dan berkualitas. -
Article No. 13440 | 06 Mar 2025
Klinis : etiologi Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan etiologi Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) adalah Mobilitas Fisik Terganggu (D.0054). Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik (F.0054)
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan yang terarah dan terkoordinasi.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan alat bantu.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik sesuai dengan kondisi.
d. Pasien menunjukkan peningkatan kontrol terhadap pergerakan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas (I.0054)
- Tujuan: Memfasilitasi mobilitas pasien dan mencegah komplikasi terkait keterbatasan mobilitas.
- Kegiatan:
a. Melakukan pengkajian komprehensif terhadap kemampuan mobilitas pasien.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas pasien, seperti kondisi fisik, psikologis, lingkungan, dan sosial.
c. Menyusun rencana peningkatan mobilitas yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
d. Melakukan latihan fisik dan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien.
e. Memfasilitasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai.
f. Memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga terkait manajemen mobilitas.
g. Melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan penyesuaian rencana perawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
2. Terapi Fisik (I.1804)
- Tujuan: Memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan mobilitas fisik pasien.
- Kegiatan:
a. Melakukan pengkajian kemampuan fisik pasien.
b. Menyusun rencana terapi fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Melakukan latihan-latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, rentang gerak, koordinasi, dan keseimbangan.
d. Memberikan modalitas terapi fisik, seperti terapi manual, terapi latihan, dan modalitas fisik lainnya.
e. Melakukan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga terkait program terapi fisik.
f. Melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan penyesuaian rencana terapi sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan Mobilitas Fisik Terganggu (D.0054) dipilih karena sesuai dengan etiologi Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) yang Anda sampaikan. Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Mobilitas Fisik (F.0054), yang mencakup kriteria hasil seperti kemampuan pasien melakukan pergerakan yang terarah dan terkoordinasi, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan alat bantu, menunjukkan peningkatan kemampuan fisik sesuai dengan kondisi, serta menunjukkan peningkatan kontrol terhadap pergerakan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Mobilitas (I.0054) dan Terapi Fisik (I.1804). Manajemen Mobilitas bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas pasien dan mencegah komplikasi terkait keterbatasan mobilitas, melalui kegiatan seperti pengkajian komprehensif, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas, penyusunan rencana peningkatan mobilitas, latihan fisik dan aktivitas, serta edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga. Sementara itu, Terapi Fisik bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan mobilitas fisik pasien, melalui kegiatan seperti pengkajian kemampuan fisik, penyusunan rencana terapi fisik, pelaksanaan latihan-latihan fisik, pemberian modalitas terapi fisik, serta edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai tujuan luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. -
Article No. 13441 | 06 Mar 2025
Klinis : etiologi Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak, koordinasi, atau kelelahan. Etiologi dari Gangguan Mobilitas Fisik dapat meliputi penyakit neuromuskular, muskuloskeletal, kardiovaskular, atau faktor lain yang mempengaruhi pergerakan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Mobilitas Fisik adalah peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri, pengurangan ketergantungan, dan peningkatan kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani Gangguan Mobilitas Fisik meliputi:
1. Manajemen aktivitas
2. Terapi latihan
3. Manajemen nyeri
4. Perawatan kebutuhan dasar
5. Edukasi pasien dan keluarga
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13442 | 06 Mar 2025
Klinis : fototerapi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi fototerapi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipotermia berhubungan dengan paparan radiasi sinar biru selama fototerapi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Hipotermia adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 35°C (95°F) yang dapat mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermia (menggigil, kulit dingin, pucat, letargi)
3. Klien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko hipotermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman
3. Berikan pakaian/selimut yang sesuai
4. Edukasi klien/keluarga tentang pencegahan hipotermia
Sebagai perawat, saya akan memantau suhu tubuh klien secara rutin, menjaga suhu lingkungan yang nyaman, dan memberikan pakaian/selimut yang sesuai untuk mencegah risiko hipotermia. Selain itu, saya juga akan mengedukasi klien dan keluarga tentang pencegahan hipotermia selama fototerapi. -
Article No. 13443 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien anak di Poli” "Demam 4 hari, nyeri perut & muntah >5 kali" "TD 80/60 mmHg N 120x/mnt lemah S38C" "PLT 30.000 NS1 positif"
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak dispesifikasi) cocok dengan gejala-gejala yang dialami pasien, yaitu demam, nyeri perut, dan muntah lebih dari 5 kali. Kondisi ini sering disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM 99.15 (Pemberian cairan intravena) adalah tindakan yang mungkin diperlukan untuk mengatasi dehidrasi akibat diare dan muntah yang dialami pasien, dengan mempertimbangkan tekanan darah rendah (80/60 mmHg) dan lemah nadi (120x/menit). Pemberian cairan intravena diperlukan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Selain itu, pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (jumlah trombosit/platelet hanya 30.000), yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dengue. Oleh karena itu, pemeriksaan NS1 (Non-Structural Protein 1) positif untuk mengkonfirmasi diagnosis demam dengue.
Penanganan lebih lanjut yang mungkin diperlukan adalah observasi ketat, pemberian cairan intravena, serta pemantauan tanda-tanda vital dan jumlah trombosit secara berkala. -
Article No. 13444 | 06 Mar 2025
Klinis : buatkan kasus dari diagnosa keperawatan harga diri rendah kronik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah Kronik
Definisi:
Penilaian negatif individu terhadap dirinya sendiri yang berlangsung terus-menerus.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Domain: Persepsi Diri
2. Kelas: Harga Diri
3. Kode: 00119
4. Definisi: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran: Harga Diri
2. Kode: 1205
3. Definisi: Tingkat penghargaan individu terhadap dirinya sendiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi: Peningkatan Harga Diri
2. Kode: 6110
3. Definisi: Membantu individu untuk meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan harga diri rendah kronik menggambarkan kondisi di mana pasien memiliki penilaian negatif terhadap dirinya yang berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, lingkungan sosial, atau kondisi psikologis tertentu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien untuk meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri melalui pendekatan yang komprehensif, seperti terapi kognitif-perilaku, bimbingan konseling, dan pengembangan keterampilan sosial. -
Article No. 13445 | 06 Mar 2025
Klinis : buatkan kasus dari diagnosa keperawatan harga diri rendah kronik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kasus harga diri rendah kronik.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi harga diri rendah kronik adalah "Harga Diri Rendah Kronik" (SDKI, 2017). Harga diri rendah kronik didefinisikan sebagai evaluasi diri negatif yang berlangsung lama dan menetap. Karakteristik definisinya meliputi: penilaian diri yang negatif, perasaan tidak berharga, pesimis, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan harga diri rendah kronik dapat mencapai beberapa luaran yang diharapkan, antara lain:
1. Harga Diri: Pasien dapat menunjukkan peningkatan penerimaan diri dan evaluasi diri yang positif.
2. Kontrol Diri: Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan perilakunya.
3. Interaksi Sosial: Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara efektif.
4. Harapan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan harapan dan optimisme dalam dirinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan harga diri rendah kronik, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Terapi Kelompok: Memberikan kesempatan bagi pasien untuk saling berbagi pengalaman, menerima dukungan, dan belajar dari sesama anggota kelompok.
2. Terapi Kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran negatif menjadi lebih positif, serta meningkatkan kemampuan problem-solving.
3. Latihan Asertivitas: Melatih pasien untuk dapat mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan pendapat secara terbuka dan tepat.
4. Bimbingan Spiritualitas: Memfasilitasi pasien untuk menemukan makna hidup, tujuan, dan harapan melalui pendekatan spiritual.
5. Dukungan Keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan emosional dan membantu pasien mencapai tujuan.
6. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait harga diri rendah kronik, strategi penanganan, dan upaya meningkatkan harga diri.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan harga diri, kontrol diri, interaksi sosial, dan harapan, sehingga dapat membantu mengatasi kondisi harga diri rendah kronik yang dialaminya. -
Article No. 13446 | 06 Mar 2025
Klinis : ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi:
Variasi yang tidak dapat diprediksi dalam kadar glukosa darah, yang dapat mengancam kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes, pola makan tidak sesuai, aktivitas fisik tidak seimbang, stres psikologis, gangguan fungsi endokrin.
- Gejala dan Tanda: Poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, fatigue, perubahan penglihatan, mual, pusing.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal, pasien dapat mengelola faktor penyebab ketidakstabilan glukosa darah.
- Indikator: Kadar glukosa darah stabil, tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, pasien mampu melakukan manajemen diri diabetes yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Edukasi manajemen diabetes, pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin/obat antidiabetes, manajemen diet dan aktivitas fisik, manajemen stres.
- Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk menstabilkan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa ini akan menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah. -
Article No. 13447 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dnegan keluhan sesak, terdengar ronchi di lapang paru bagian bawah, hasil rontgen menunjukan adanya efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda jelaskan, yaitu pasien datang dengan keluhan sesak napas, adanya ronchi di lapang paru bagian bawah, dan hasil rontgen menunjukkan efusi pleura, maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan/atau pertukaran gas.
Gejala mayor: Sensasi sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, irama napas tidak teratur.
Gejala minor: Ortopnea, pola napas abnormal, suara napas tidak normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Perbaikan Pola Napas
Kriteria Hasil:
a. Pasien menunjukkan pola napas yang teratur.
b. Pasien menunjukkan penggunaan otot pernapasan yang normal.
c. Pasien menyatakan tidak ada sensasi sesak napas.
d. Hasil pemeriksaan oksigenasi menunjukkan nilai normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Monitoring Pernapasan
a. Kaji pola, kedalaman, dan irama napas pasien.
b. Pantau penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Catat karakteristik suara napas.
d. Ukur saturasi oksigen dan nilai-nilai lainnya.
2. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
d. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penanganan efusi pleura.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Jelaskan penyebab dan gejala gangguan pola napas.
b. Ajarkan teknik bernapas yang benar.
c. Dorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan.
d. Libatkan keluarga dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai perbaikan pola napas dan meminimalkan komplikasi yang mungkin timbul. Evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan.