Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13430 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien datang di RS pada tanggal 25/5/2018 dengan keluhan badan bengkak dan sesak. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, RR: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3 derajat. Dari pemeriksaan didapatkan pasien Nampak pucat, conjungtiva anemis +, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, wheezing -, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral. Rencana penatalaksanaan pasien yaitu dilakukan USG Abdomen, cek SE, bloodsmear, profil lipid, esbach, Ig G, Ig M anti CMV. Terapi yang didapatkan pasien: O2 2-4 lpm, bed rest, diet rendah garam <2 gr/hari, furosemide IV 2 x 20 mg, lansoprazole IV 1x30 mg, metochlo peramide IV 3x10 mg, ramipril tab 1x5 mg, rencana transfuse albumin dan PRC, intake 2x600cc, ARV: Tenofovir 300mg/24jam, lamivudine 1x100mg, efavirenz 1x100mg. Pada tanggal 3/6/2018 pasien mendapatkan transfuse albumin. Pada tanggal 4/6/2018 pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Edema berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan adanya edema pada anggota tubuh, abdomen distended, dan efusi pleura bilateral.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi jantung ditandai dengan sesak napas, edema ekstremitas, dan tekanan darah tinggi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan ditandai dengan kelelahan, lemah, dan sesak napas.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Edema: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial di seluruh atau sebagian tubuh.
- Penurunan curah jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Edema: Pasien menunjukkan pengurangan edema, perfusi jaringan membaik, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
- Penurunan curah jantung: Pasien menunjukkan peningkatan curah jantung, perbaikan perfusi jaringan, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
- Intoleransi aktivitas: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, kekuatan, dan stamina.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edema: Manajemen cairan, terapi diuretik, dan pemantauan tanda-tanda vital.
- Penurunan curah jantung: Manajemen kardiovaskular, terapi oksigen, dan pemantauan tanda-tanda vital.
- Intoleransi aktivitas: Manajemen aktivitas, manajemen energi, dan latihan fisik.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. -
Article No. 13432 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien keluhan badan bengkak dan sesak. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, RR: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3 derajat. pasien Nampak pucat, Hemoglobin rendah, conjungtiva anemis +, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume cairan dan elektrolit.
Penjelasan:
Pasien mengalami pembengkakan badan dan sesak napas, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan perifer. Gejala lainnya seperti pucat, anemia, edema pada wajah, ekstremitas, dan abdomen distended, serta efusi pleura bilateral pada pemeriksaan radiologi, mengindikasikan adanya penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala klinis yang ditunjukkan, seperti sesak napas dan tampak pucat, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami penurunan energi dan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
Penjelasan:
Adanya edema pada wajah, ekstremitas, serta abdomen distended dan efusi pleura bilateral mengindikasikan adanya kelebihan volume cairan dalam tubuh pasien, yang disebabkan oleh gangguan mekanisme regulasi cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Standar diagnosis keperawatan yang digunakan adalah SDKI, yang merupakan pedoman untuk merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pola-pola respons manusia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Luaran keperawatan yang diharapkan dari kasus ini adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mencapai perfusi jaringan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman untuk menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan. Intervensi yang dapat diberikan pada kasus ini antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, terapi oksigen, dan latihan aktivitas yang bertahap. -
Article No. 13433 | 06 Mar 2025
Klinis : keluhan badan bengkak dan sesak. GCS 456, compos mentis, TD: 140/80 mmHg, Respirasi Rate: 24 x/m, N: 92 x/m, S: 36.3. pasien Nampak pucat, conjungtiva anemis +, hemoglobin 7,4 g/dl, edema facialis +, ronchi di lapang paru bawah kanan kiri, abdomen distended, shifting dullness +,edema ekstremitas atas +|+, edema ekstremitas bawah +|+. Hasil X-Ray didapatkan efusi pleura bilateral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan intervensi keperawatan yang dapat diberikan sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, sesak napas, dan efusi pleura bilateral.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kelebihan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami peningkatan jumlah cairan tubuh yang melampaui kapasitas kardiovaskular, limfatik, dan ginjal untuk mengembalikannya ke tingkat normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat dan bebas dari tanda-tanda kelebihan volume cairan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan edukasi tentang perawatan diri terkait cairan.
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, laju nadi, laju respirasi, dan suhu tubuh.
2. Pembatasan asupan cairan sesuai dengan kebutuhan dan status hidrasi pasien.
3. Pemberian diuretik sesuai dengan resep dokter untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan diri terkait manajemen cairan, seperti pembatasan asupan cairan, pemantauan berat badan, dan pengenalan tanda-tanda kelebihan cairan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium (kadar hemoglobin) dan pemeriksaan radiologi (foto thoraks) untuk mengevaluasi kondisi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mengatasi kelebihan volume cairan dan mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 13434 | 06 Mar 2025
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan pola tidur.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan pola tidur adalah "Insomnia". Insomnia didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Karakteristik utama dari insomnia meliputi kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau bangun terlalu awal dan tidak dapat tidur kembali.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan pola tidur (insomnia) adalah:
1. Pola Tidur: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat sesuai kebutuhan.
2. Kualitas Tidur: Pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas tidur.
3. Tidur yang Restoratif: Pasien dapat melaporkan tidur yang restoratif atau menyegarkan.
4. Fungsi Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal setelah memperoleh istirahat yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan pola tidur (insomnia) adalah:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman dan kondusif, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, dan kenyamanan tempat tidur.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pola tidur yang sehat, faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur, dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
3. Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi, seperti relaksasi otot progresif, napas dalam, atau meditasi, untuk membantu pasien beralih ke kondisi tidur yang lebih baik.
4. Terapi Aktivitas: Mengembangkan dan mengevaluasi rencana aktivitas harian yang seimbang, termasuk jadwal tidur-bangun, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
5. Evaluasi dan Monitoring: Memantau pola tidur pasien, mencatat jumlah dan kualitas tidur, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai keefektifan intervensi.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif dengan pasien diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola tidur yang adekuat, kualitas tidur yang baik, tidur yang restoratif, dan peningkatan fungsi sehari-hari. -
Article No. 13435 | 06 Mar 2025
Klinis : Saudari Santi 19 tahun, MRS dengan Appendicsitis Akut 4 jam yang lalu, dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah, dari pemeriksaan fisik dan diagnostic pasien menderita Appendicsitis Akut dengan rencana dilakukan Appendiktomy 5 jam mendatang. Saat ini pasien mengeluh nyeri dengan skala 7, menyeringai kesakitan, nyeri bertambah jika beraktivitas, pasien mengeluh tidak bisa tidur cukup karena nyeri sering hilang timbul, telah diberikan analgetik dan antipiretik perinjeksi, pasien sering menguap, mata tampak kemerahan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD = 130/80 mmHg, Nadi = 96x/menit, Pernafasan = 22x/menit, Suhu = 38,5C. Saat ini pasien dipuasakan untuk persiapan operasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat profesional akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi saudari Santi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit appendicitis akut yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, menyeringai kesakitan, nyeri bertambah saat beraktivitas, dan pasien mengeluh tidak bisa tidur cukup.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut yang ditandai dengan pasien sering menguap dan mengeluh tidak bisa tidur cukup.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan operasi appendiktomi yang akan dilakukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau kurang.
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasakan nyeri yang berlebihan.
2. Pola Tidur
- Pasien dapat tidur selama 6-8 jam tanpa terbangun karena nyeri.
- Pasien melaporkan istirahat yang cukup.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda istirahat yang adekuat, seperti tidak tampak lelah.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, seperti edema, kemerahan, atau drainase purulent.
- Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, seperti lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan skala nyeri.
- Berikan analgetik sesuai dengan pesanan dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, dan kompres dingin.
- Monitoring tanda-tanda vital secara berkala.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian penanganan nyeri.
2. Peningkatan Pola Tidur
- Buat lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk memfasilitasi tidur.
- Berikan posisi tidur yang nyaman, seperti posisi semifowler.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
- Monitoring durasi dan kualitas tidur pasien.
3. Pencegahan Infeksi
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, edema, dan drainase purulent.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik profilaksis.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan luka dan tanda-tanda infeksi.
- Monitor status imunologis pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk saudari Santi. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 13436 | 06 Mar 2025
Klinis : Saudari Santi 19 tahun, MRS dengan Appendicsitis Akut 4 jam yang lalu, dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah, dari pemeriksaan fisik dan diagnostic pasien menderita Appendicsitis Akut dengan rencana dilakukan Appendiktomy 5 jam mendatang. Saat ini pasien mengeluh nyeri dengan skala 7, menyeringai kesakitan, nyeri bertambah jika beraktivitas, pasien mengeluh tidak bisa tidur cukup karena nyeri sering hilang timbul, telah diberikan analgetik dan antipiretik perinjeksi, pasien sering menguap, mata tampak kemerahan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD = 130/80 mmHg, Nadi = 96x/menit, Pernafasan = 22x/menit, Suhu = 38,5C. Saat ini pasien dipuasakan untuk persiapan operasi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk Saudari Santi adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K35.0
- Deskripsi: Appendicitis akut dengan peritonitis generalisata
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Appendektomi
Penjelasan:
Kode ICD-10 K35.0 menunjukkan diagnosis Appendicitis akut dengan peritonitis generalisata. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh Saudari Santi, yaitu nyeri perut kanan bawah, keluhan nyeri yang meningkat dengan aktivitas, dan tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri, dan reaksi inflamasi.
Kode ICD-9-CM 47.0 merujuk pada prosedur Appendektomi, yang merupakan rencana tindakan untuk Saudari Santi dalam 5 jam mendatang. Appendektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan atau mengangkat appendiks yang terinfeksi.
Dengan diagnosis Appendicitis akut dan rencana tindakan Appendektomi, manajemen perawatan yang diberikan saat ini meliputi:
- Puasa untuk persiapan operasi
- Pemberian analgetik dan antipiretik secara parenteral untuk mengurangi nyeri dan demam
- Pemantauan tanda-tanda vital yang menunjukkan respon inflamasi (TD, nadi, RR, suhu)
- Persiapan pasien secara mental dan fisik untuk tindakan operasi yang akan dilakukan. -
Article No. 13437 | 06 Mar 2025
Klinis : etiologi Risiko Infeksi ( D.0142)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi dengan etiologi Risiko Infeksi (D.0142):
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (D.0142)
Definisi SDKI:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko SDKI:
1. Prosedur invasif
2. Paparan mikroorganisme patogen
3. Malnutrisi
4. Usia ekstrem (bayi, lansia)
5. Penyakit kronis
6. Sistem imun terganggu
Luaran SLKI:
1. Bebas Infeksi
2. Tidak Ada Tanda Infeksi
Intervensi SIKI:
1. Identifikasi Faktor Risiko Infeksi
2. Pengelolaan Prosedur Aseptik
3. Pemantauan Tanda dan Gejala Infeksi
4. Manajemen Pemberian Antibiotik
5. Edukasi Pencegahan Infeksi
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengelola risiko infeksi secara komprehensif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi dan memastikan pasien tetap dalam kondisi yang aman dan sehat. -
Article No. 13438 | 06 Mar 2025
Klinis : neonatus hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi neonatus hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan hiperbilirubin neonatal
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Integritas Kulit adalah situasi di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit Tidak Terganggu
2. Tidak Terjadi Kerusakan Kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Perawatan Kulit
3. Manajemen Hiperbilirubin
Kondisi neonatus dengan hiperbilirubin dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, perawatan kulit yang tepat, dan manajemen hiperbilirubin yang efektif untuk mencegah kerusakan kulit dan menjaga integritas kulit bayi. -
Article No. 13439 | 06 Mar 2025
Klinis : bayi ikterik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi ikterik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Metabolisme Bilirubin Terkait Hiperbilirubinemia
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi bayi dengan ikterik atau peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti imaturitas hati, hemolisis, atau masalah pada saluran empedu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Diagnosa ini terdiri dari label, definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berisiko.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Luaran yang terkait dengan diagnosa ini dapat meliputi penurunan kadar bilirubin, pencegahan komplikasi, dan peningkatan keberfungsian sistem.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain pemantauan kadar bilirubin, manajemen sinar foto terapi, dan edukasi pada keluarga.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sistematis, terstandar, dan berkualitas. -
Article No. 13440 | 06 Mar 2025
Klinis : etiologi Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan etiologi Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) adalah Mobilitas Fisik Terganggu (D.0054). Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik (F.0054)
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan yang terarah dan terkoordinasi.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan alat bantu.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik sesuai dengan kondisi.
d. Pasien menunjukkan peningkatan kontrol terhadap pergerakan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas (I.0054)
- Tujuan: Memfasilitasi mobilitas pasien dan mencegah komplikasi terkait keterbatasan mobilitas.
- Kegiatan:
a. Melakukan pengkajian komprehensif terhadap kemampuan mobilitas pasien.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas pasien, seperti kondisi fisik, psikologis, lingkungan, dan sosial.
c. Menyusun rencana peningkatan mobilitas yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
d. Melakukan latihan fisik dan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien.
e. Memfasilitasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai.
f. Memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga terkait manajemen mobilitas.
g. Melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan penyesuaian rencana perawatan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
2. Terapi Fisik (I.1804)
- Tujuan: Memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan mobilitas fisik pasien.
- Kegiatan:
a. Melakukan pengkajian kemampuan fisik pasien.
b. Menyusun rencana terapi fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Melakukan latihan-latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, rentang gerak, koordinasi, dan keseimbangan.
d. Memberikan modalitas terapi fisik, seperti terapi manual, terapi latihan, dan modalitas fisik lainnya.
e. Melakukan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga terkait program terapi fisik.
f. Melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan penyesuaian rencana terapi sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan Mobilitas Fisik Terganggu (D.0054) dipilih karena sesuai dengan etiologi Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) yang Anda sampaikan. Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Mobilitas Fisik (F.0054), yang mencakup kriteria hasil seperti kemampuan pasien melakukan pergerakan yang terarah dan terkoordinasi, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan alat bantu, menunjukkan peningkatan kemampuan fisik sesuai dengan kondisi, serta menunjukkan peningkatan kontrol terhadap pergerakan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Mobilitas (I.0054) dan Terapi Fisik (I.1804). Manajemen Mobilitas bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas pasien dan mencegah komplikasi terkait keterbatasan mobilitas, melalui kegiatan seperti pengkajian komprehensif, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas, penyusunan rencana peningkatan mobilitas, latihan fisik dan aktivitas, serta edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga. Sementara itu, Terapi Fisik bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kemampuan mobilitas fisik pasien, melalui kegiatan seperti pengkajian kemampuan fisik, penyusunan rencana terapi fisik, pelaksanaan latihan-latihan fisik, pemberian modalitas terapi fisik, serta edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai tujuan luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien.