Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13419 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.29
- Deskripsi: Bronkoskopi, lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis) adalah kode yang sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien ini. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kasus tuberkulosis paru yang telah dikonfirmasi secara mikrobiologis (misalnya melalui pemeriksaan sputum) atau histologis (melalui biopsi).
2. Kode ICD-9-CM Procedure 33.29 (Bronkoskopi, lainnya) dapat dipertimbangkan jika dilakukan prosedur bronkoskopi untuk menunjang diagnosis atau evaluasi kondisi pasien. Bronkoskopi dapat digunakan untuk mengambil sampel sputum, jaringan, atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Catatan: Kode ICD-9-CM Procedure hanya diberikan jika terdapat tindakan medis yang dilakukan pada pasien. Jika tidak ada tindakan medis yang dilakukan, maka bagian ini tidak perlu diisi. -
Article No. 13420 | 06 Mar 2025
Klinis : Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan dengan intervensi aromaterapi, evaluasi serta luaran yang diinginkan (askep bareng)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang membutuhkan intervensi aromaterapi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah "Ansietas" (SDKI). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berkelanjutan yang disertai dengan respons fisiologis, perilaku, dan kognitif.
Intervensi Aromaterapi:
Intervensi aromaterapi dapat diberikan untuk mengatasi ansietas. Minyak esensial atau esens aromaterapi dapat membantu menurunkan kecemasan, meningkatkan relaksasi, dan memperbaiki mood melalui stimulasi sistem olfaktori dan sistem saraf pusat.
Evaluasi dan Luaran yang Diharapkan:
Setelah diberikan intervensi aromaterapi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan (SLKI), yaitu:
1. Tingkat Ansietas Menurun
2. Kenyamanan Meningkat
3. Manajemen Stres Efektif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi ansietas
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti aromaterapi
- Berikan terapi modalitas komplementer, seperti pijat, musik, dan aromaterapi
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat
2. Terapi Modalitas Komplementer
- Identifikasi kebutuhan dan preferensi pasien terhadap terapi komplementer
- Aplikasikan terapi komplementer, seperti aromaterapi, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pasien
- Monitor respons pasien terhadap terapi komplementer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
3. Manajemen Stres
- Identifikasi sumber stres dan pola koping pasien
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, dan aromaterapi
- Fasilitasi aktivitas yang dapat menurunkan stres
- Monitoring dan evaluasi efektivitas manajemen stres
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, intervensi aromaterapi, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam menyusun asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 13421 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan restriksi gerak dada.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, faktor fisiologis (misalnya, penyakit) dan faktor psikologis.
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Kelemahan umum, penurunan energi, dan perubahan fungsi respirasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator:
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sianosis
- Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
b. Status Nutrisi Membaik
Indikator:
- Berat badan dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Tidak ada kehilangan nafsu makan
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
Indikator:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Tidak ada kelelahan saat beraktivitas
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Suction
- Terapi Oksigen
- Penggunaan Inhaler
- Latihan Batuk Efektif
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Manajemen Nutrisi
- Konseling Gizi
- Pemberian Suplemen Nutrisi
- Monitoring Asupan Makanan dan Cairan
c. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas Bertahap
- Latihan Fisik
- Edukasi Manajemen Kelelahan
Setiap intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan spesifik pasien, serta dilakukan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13422 | 06 Mar 2025
Klinis : Kenaikan berat badan berlebih dalam sehari, gangguan regulasi cairan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kenaikan berat badan berlebih dalam sehari dan gangguan regulasi cairan adalah Kelebihan Volume Cairan. Kelebihan Volume Cairan didefinisikan sebagai kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh intake cairan yang melebihi kemampuan tubuh untuk mengeliminasi cairan tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara: Pasien menunjukkan keseimbangan antara intake dan output cairan yang adekuat, ditandai dengan berat badan stabil, edema berkurang, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan.
2. Perfusi Jaringan Terpelihara: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang optimal, ditandai dengan membran mukosa lembab, ekstremitas hangat, dan tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi.
3. Pengetahuan Perawatan Diri Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen kelebihan volume cairan, seperti pentingnya pembatasan asupan cairan, pemantauan berat badan harian, dan tanda-tanda kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan: Lakukan pemantauan intake dan output cairan secara teratur, serta pantau berat badan harian untuk mendeteksi perubahan volume cairan.
2. Manajemen Cairan: Berikan intervensi untuk mengatur keseimbangan cairan, seperti pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan/atau elektrolit sesuai kebutuhan.
3. Edukasi Pasien: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelebihan volume cairan, tanda-tanda kelebihan cairan, dan pentingnya pemantauan berat badan harian.
4. Kolaborasi Interprofesional: Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan strategi manajemen kelebihan volume cairan yang paling efektif.
5. Observasi Tanda-Tanda Kelebihan Cairan: Pantau tanda-tanda kelebihan cairan, seperti edema, peningkatan berat badan, dan gangguan pernapasan, serta lakukan tindakan yang sesuai.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan, perfusi jaringan yang optimal, dan peningkatan pengetahuan perawatan diri, sehingga dapat mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat kelebihan volume cairan. -
Article No. 13423 | 06 Mar 2025
Klinis : iritasi bowel sindrome
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi iritasi bowel sindrome, dengan penjelasan yang rinci.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K58
- Deskripsi: Sindrom iritasi usus (IBS)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.41
- Deskripsi: Kolonoskopi, fleksibel; prosedur ini dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi usus dan mendiagnosis penyebab gejala-gejala sindrom iritasi usus, seperti nyeri perut, perubahan pola defekasi, dan pembengkakan perut.
Penjelasan:
Sindrom iritasi usus (IBS) adalah kondisi gangguan saluran cerna yang ditandai dengan gejala-gejala seperti nyeri perut, perubahan pola defekasi (konstipasi atau diare), serta pembengkakan perut. Penyebab pasti dari IBS belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait dengan faktor-faktor seperti stres, infeksi saluran cerna, dan sensitivitas usus yang berlebih.
Untuk menegakkan diagnosis IBS, dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti kolonoskopi (kode ICD-9-CM 45.41). Kolonoskopi merupakan prosedur pemeriksaan endoskopik yang dilakukan untuk memeriksa kondisi usus besar dan mendeteksi adanya kelainan atau penyebab gejala-gejala yang dialami pasien.
Dengan mengetahui kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis terkait, tim medis dapat dengan tepat mendokumentasikan dan melaporkan kondisi serta tindakan yang dilakukan dalam penanganan pasien dengan sindrom iritasi usus. -
Article No. 13424 | 06 Mar 2025
Klinis : Hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperbilirubin.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan peningkatan bilirubin dalam darah.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain kulit tampak pucat, dingin, dan kering, serta terdapat perubahan warna kulit menjadi kekuningan (ikterik) akibat peningkatan bilirubin dalam darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, seperti:
1. Perfusi jaringan perifer yang efektif
2. Warna kulit normal
3. Suhu kulit normal
4. Tidak terjadi kerusakan jaringan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer akibat hiperbilirubin, antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital dan warna kulit secara berkala
2. Anjurkan istirahat yang cukup
3. Berikan terapi fototerapi atau tindakan medis lainnya sesuai kondisi pasien
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan hiperbilirubin
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu pasien dengan hiperbilirubin untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 13425 | 06 Mar 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan tersapat benjolan pada area pantat 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri di rasakan terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami benjolan dan nyeri terus-menerus pada area pantat, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain, 1979).
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri berkurang
2. Melaporkan rasa nyaman
3. Mampu menggunakan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Sentuhan Terapeutik
Secara akademis, saya sebagai pakar keperawatan memberikan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI yang dapat diterapkan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan benjolan dan nyeri pada area pantat. -
Article No. 13427 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan seluruh tubuh bengkak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya memberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi pasien yang mengeluhkan seluruh tubuh bengkak sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R60.0
- Deskripsi: Edema generalisata
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik untuk tindakan medis
- Deskripsi: Kondisi ini biasanya memerlukan evaluasi medis lebih lanjut untuk menentukan penyebab edema, seperti pemeriksaan fisik, pengujian laboratorium, atau pencitraan diagnostik. Tindakan medis yang mungkin diperlukan bergantung pada diagnosis yang ditegakkan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R60.0 menggambarkan edema generalisata, yaitu pembengkakan yang terjadi di seluruh tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gagal jantung, gangguan ginjal, malnutrisi, atau kondisi medis lainnya.
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik, karena tindakan yang diperlukan bergantung pada penyebab edema yang ditemukan setelah evaluasi medis lebih lanjut. Evaluasi dapat mencakup pemeriksaan fisik, pengujian laboratorium (misalnya fungsi ginjal, kadar protein, dan elektrolit), serta pencitraan diagnostik (misalnya ultrasonografi atau tes jantung) untuk mengidentifikasi penyebab mendasar.
- Penanganan selanjutnya akan ditentukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, seperti pengobatan untuk kondisi yang mendasarinya, pengaturan diet, atau intervensi lainnya yang sesuai. -
Article No. 13428 | 06 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan seluruh tubuhnya bengkak. Awalnya bengkak dirasakan pada kelopak mata gerutama sehabis tidur dan berkurang setelah lama duduk. Pasien juga mengatakan sering mengalami kelelahan yang berlebihan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu seluruh tubuh bengkak, terutama pada kelopak mata setelah bangun tidur dan berkurang setelah lama duduk, serta sering mengalami kelelahan yang berlebihan, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Gejala pembengkakan pada kelopak mata, terutama setelah bangun tidur, dapat menunjukkan adanya edema, yang dapat terjadi sebagai komplikasi diabetes mellitus tipe 2.
- Kelelahan yang berlebihan juga merupakan gejala umum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur medis yang dilakukan secara spesifik untuk gejala yang dipaparkan. Manajemen kasus ini akan berfokus pada pengobatan diabetes mellitus tipe 2 dan penanganan gejala edema serta kelelahan.
Catatan: Untuk penegakan diagnosis dan penentuan tatalaksana yang tepat, diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap oleh tenaga kesehatan yang kompeten. -
Article No. 13429 | 06 Mar 2025
Klinis : Cnoronic fymphadenitis, except mesenteris
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dari sudut pandang perawat yang berpengalaman.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut". Chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dapat menyebabkan gejala nyeri pada area limfonodi yang terlibat. Pasien dapat merasakan nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan di area limfonodi yang terkena.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dalam rentang yang dapat diterima.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital stabil.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakitnya dan penatalaksanaan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah.
- Lakukan intervensi untuk menjaga stabilitas tanda-tanda vital, seperti pemberian cairan atau obat-obatan sesuai indikasi.
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari:
- Lakukan pengkajian kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan bantuan dan bimbingan yang diperlukan untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kolaborasi dengan fisioterapis atau terapis okupasi untuk membantu menyusun rencana rehabilitasi yang sesuai.
4. Edukasi dan Promosi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, penyebab, dan manajemen nyeri.
- Ajarkan strategi manajemen nyeri dan cara mencegah komplikasi.
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatannya dan mengambil peran dalam pemulihan.
Penjelasan yang rinci:
Chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, adalah kondisi peradangan pada kelenjar getah bening yang berlangsung lama, kecuali pada kelenjar getah bening mesenterium. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan di area limfonodi yang terkena. Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena nyeri merupakan gejala utama yang perlu ditangani.
Luaran yang diharapkan setelah intervensi keperawatan mencakup penurunan tingkat nyeri, stabilisasi tanda-tanda vital, peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan pemahaman pasien tentang penyakitnya serta penatalaksanaan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan aktivitas sehari-hari, serta edukasi dan promosi kesehatan untuk memfasilitasi pemulihan pasien.
Setiap intervensi dirancang secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien mengatasi kondisi chronic lymphadenitis, kecuali mesenteris, dengan efektif.