Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13505 | 07 Mar 2025
Klinis : tidak sadar dan sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi tidak sadar dan sesak, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang tidak sadar dan sesak, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat, ditandai dengan tidak responsif terhadap stimuli.
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas, ditandai dengan sesak napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Penurunan Kesadaran:
a. Pasien dapat merespon stimulus verbal dan/atau nonverbal.
b. Pasien dapat mempertahankan fungsi kognitif dan fisik yang optimal.
c. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kesadaran secara bertahap.
2. Gangguan Pertukaran Gas:
a. Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
b. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
c. Pasien dapat menunjukkan penurunan gejala sesak napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Penurunan Kesadaran:
a. Lakukan penilaian tingkat kesadaran secara berkala menggunakan skala GCS (Glasgow Coma Scale).
b. Pertahankan posisi kepala netral dan buka jalan napas.
c. Berikan stimulasi verbal dan sensori untuk meningkatkan kesadaran.
d. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran dan penanganan yang tepat.
2. Gangguan Pertukaran Gas:
a. Lakukan auskultasi paru-paru untuk mendeteksi adanya suara napas abnormal.
b. Berikan oksigen melalui alat bantu napas sesuai kebutuhan.
c. Lakukan suction jika ada sekret yang menghambat jalan napas.
d. Posisikan pasien dengan posisi yang memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
e. Pantau nilai oksimetri nadi dan gas darah arterial untuk mengevaluasi pertukaran gas.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab gangguan pertukaran gas dan penanganan yang tepat.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi tidak sadar dan sesak. -
Article No. 13506 | 07 Mar 2025
Klinis : Klien mengatakan muntah-muntah sejak 2 hari yang lalu, hari ini muntah 10 kali, keluhan disertai dengan kepala pusing berputar, nyeri ulu hati.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Mual dan Muntah
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, klien mengalami keluhan muntah-muntah selama 2 hari dengan frekuensi tinggi (10 kali dalam sehari), disertai dengan keluhan pusing berputar dan nyeri ulu hati. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan keperawatan yang tepat.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah diagnosis keperawatan yang termasuk dalam domain Nutrisi dan Metabolisme, dengan kode diagnosis D.0101. Definisi diagnosis ini adalah "Berisiko mengalami perubahan volume, komposisi, atau distribusi cairan intravaskular, intraselular, dan/atau ekstravaskular yang dapat mengganggu kesehatan."
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosis ini adalah:
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
3. Fungsi Sensori Perifer
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini antara lain:
1. Pemantauan Cairan
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Mual dan Muntah
4. Manajemen Nyeri
Sebagai perawat, penting untuk melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi klien, memantau tanda-tanda vital, mencatat asupan dan pengeluaran cairan, serta memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengurangi keluhan mual dan muntah pada klien. -
Article No. 13508 | 07 Mar 2025
Klinis : "Metamizol 8-16 mg/kgBB, 1-4 kali sehari, kp."
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "Metamizol 8-16 mg/kgBB, 1-4 kali sehari, kp.", diperoleh:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N26.9
- Deskripsi: Gangguan ginjal yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kondisi ini tidak memiliki kode ICD-10 yang spesifik, karena tidak terdapat informasi diagnosis yang jelas. Namun, kode N26.9 (Gangguan ginjal yang tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat dipertimbangkan sebagai kode yang paling sesuai, karena pemberian obat metamizol, yang merupakan analgesik dan antipiretik, dapat berkaitan dengan efek samping pada fungsi ginjal.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM terkait
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi ini.
Penjelasan:
Kondisi ini tidak memerlukan tindakan medis khusus, melainkan hanya pemberian obat metamizol secara oral. Oleh karena itu, tidak terdapat kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai. -
Article No. 13509 | 07 Mar 2025
Klinis : demam anak yang alergi paracetamol dan ibuprofen" "Metamizol 8-16 mg/kgBB, 1-4 kali sehari, kp."
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kasus yang diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan)
Penjelasan:
Untuk kasus demam pada anak yang alergi terhadap paracetamol dan ibuprofen, kode ICD-10 yang sesuai adalah R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain). Hal ini karena tidak ada informasi yang spesifik tentang penyebab demam, dan diagnosis demam itu sendiri tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
Dalam skenario ini, tidak ada tindakan medis yang disebutkan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai. Namun, untuk pengobatan, direkomendasikan penggunaan metamizol dengan dosis 8-16 mg/kgBB, 1-4 kali sehari. -
Article No. 13398 | 06 Mar 2025
Klinis : 1. Perut bagian bawah sakit (seperti Anyang ayangaen/seperti mau menstruasi) 2. Eek berdarah segar 3x dalam seminggu (darahnya ada yang menggumpal seperti darah mens) 3. Diare 1 kali 4. Lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah kemungkinan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
Penjelasan: Nyeri akut yang dirasakan di perut bagian bawah, seperti rasa nyeri saat akan menstruasi, dapat merupakan indikasi adanya masalah pada sistem reproduksi atau saluran pencernaan.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Perdarahan rektum
Penjelasan: Eek berdarah segar 3 kali dalam seminggu, dengan darah yang ada yang menggumpal seperti darah menstruasi, dapat menunjukkan adanya perdarahan dari saluran pencernaan bagian bawah.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Diare
Penjelasan: Diare yang terjadi 1 kali dapat menjadi gejala penyakit saluran pencernaan, seperti infeksi atau gangguan pada usus.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Kelelahan
Penjelasan: Keluhan lemas yang Anda rasakan dapat merupakan gejala kelelahan akibat kondisi medis yang Anda alami.
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Standar ini memberikan definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor resiko untuk setiap diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Standar ini menyediakan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Standar ini menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada setiap diagnosa keperawatan.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan dan perencanaan intervensi, perawat akan mengacu pada standar-standar tersebut untuk memastikan kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 13399 | 06 Mar 2025
Klinis : Perut sakit seperti Anyang anyangan, setiap eek berdarah segar, diare 4x dalam sehari, lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu perut sakit seperti anyang-anyangan, setiap buang air besar berdarah segar, diare 4 kali dalam sehari, dan lemas, maka diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan:
Diare akut adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Gejala yang menyertai pada kondisi ini adalah perut sakit, diare serta adanya darah segar saat buang air besar, dan rasa lemas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi: Pengeluaran feses cair dan/atau tak terkontrol yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Karakteristik Mayor: Frekuensi buang air besar > 3 kali per hari, konsistensi lembek/cair, adanya tanda dehidrasi.
Faktor Terkait: Infeksi, malabsorpsi, obat-obatan, stres psikologis.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan:
1. Frekuensi dan konsistensi feses kembali normal
2. Tanda-tanda dehidrasi berkurang
3. Rasa nyaman perut meningkat
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
3. Berikan edukasi tentang diet diare
4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi medis
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika dibutuhkan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang berkaitan dengan diagnosis dan perawatan keperawatan. -
Article No. 13400 | 06 Mar 2025
Klinis : Proses pengkajian dilakukan pada klien 1 yaitu Tn. J dengan menggunakan metode wawancara, observasi serta studi dokumentasi dengan hasil Tn. J (27 tahun) dibawa ke RSJD Surakarta dikarenakan pasien mengamuk, marahmarah kurang lebih 3 hari, dan memukul kaca jendela. Klien marah jika keinginannya tidak terpenuhi, pasien juga melihat bayangan yang orang lain tidak bisa lihat dan pasien merasa bahwa dirinya seperti ada yang mengendalikan, tidak bisa tidur. Pasien mengatakan kesal jika ada keinginannya yang tidak terpenehi dan ingin memukul sesuatu untuk melampiaskannya. Penampilan pasien rapi, kooperatif saat diajak komunikasi. Pasie mengatakan ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa seperti dirinya yaitu ayahnya yang juga dirawat di RSJD Surakarta, pasien merupakan rujukan dari puskesmas geman harjo, pasien sudah 3x masuk ke RSJD Surakarta. Obat yang dikonsumsi Risperidone 2x2 mg, Trihexiphenidil 2x2 mg, Clozapine 1x50 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi Tn. J.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengendalikan perilaku agresif secara verbal atau fisik.
- Karakteristik Definisi: Ekspresi kemarahan yang tidak terkendali, ancaman verbal atau fisik, perilaku merusak properti.
2. Halusinasi
- Definisi: Persepsi sensori palsu yang tampak nyata bagi individu, tetapi tidak dialami oleh orang lain.
- Karakteristik Definisi: Mendengar suara, melihat bayangan, mencium bau yang tidak ada, merasakan sentuhan yang tidak ada.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- Definisi: Evaluasi negatif individu terhadap dirinya sendiri.
- Karakteristik Definisi: Menyatakan diri negatif, merasa rendah diri, menolak pujian, tidak dapat menerima kelemahan diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Kontrol Perilaku Kekerasan: Pasien mampu mengendalikan perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.
- Keamanan Diri: Pasien terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh perilaku kekerasan.
2. Halusinasi
- Kontrol Halusinasi: Pasien mampu mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
- Pemulihan Gejala: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi, durasi, dan/atau intensitas halusinasi.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- Harga Diri: Pasien menunjukkan penerimaan diri yang positif.
- Integritas Diri: Pasien menunjukkan penerimaan terhadap kelebihan dan kekurangan diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Manajemen Perilaku Kekerasan
- Terapi Perilaku
- Terapi Kognitif
2. Halusinasi
- Manajemen Halusinasi
- Terapi Realitas
- Terapi Aktivitas Terapeutik
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- Peningkatan Harga Diri
- Terapi Kelompok
- Terapi Reminissensi
Penjelasan lebih rinci:
1. Risiko Perilaku Kekerasan:
- Manajemen Perilaku Kekerasan: Mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memfasilitasi pemecahan masalah.
- Terapi Perilaku: Membantu pasien untuk mengenali dan mengganti perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif.
- Terapi Kognitif: Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang maladaptif.
2. Halusinasi:
- Manajemen Halusinasi: Mengajarkan pasien teknik pengalihan perhatian, realitas orientasi, dan memonitor efektivitas obat.
- Terapi Realitas: Membantu pasien untuk membedakan antara realitas dan halusinasi serta mengembangkan keterampilan dalam menghadapi halusinasi.
- Terapi Aktivitas Terapeutik: Melibatkan pasien dalam kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari halusinasi.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah:
- Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan potensi diri, serta memfasilitasi penerimaan diri.
- Terapi Kelompok: Memfasilitasi interaksi dengan orang lain untuk meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri.
- Terapi Reminissensi: Membantu pasien untuk mengingat dan menghargai pengalaman positif di masa lalu.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk Tn. J. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu klarifikasi. -
Article No. 13401 | 06 Mar 2025
Klinis : Proses pengkajian dilakukan pada klien 1 yaitu Tn. J dengan menggunakan metode wawancara, observasi serta studi dokumentasi dengan hasil Tn. J (27 tahun) dibawa ke RSJD Surakarta dikarenakan pasien mengamuk, marahmarah kurang lebih 3 hari, dan memukul kaca jendela. Klien marah jika keinginannya tidak terpenuhi, pasien juga melihat bayangan yang orang lain tidak bisa lihat dan pasien merasa bahwa dirinya seperti ada yang mengendalikan, tidak bisa tidur. Pasien mengatakan kesal jika ada keinginannya yang tidak terpenehi dan ingin memukul sesuatu untuk melampiaskannya. Penampilan pasien rapi, kooperatif saat diajak komunikasi. Pasie mengatakan ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa seperti dirinya yaitu ayahnya yang juga dirawat di RSJD Surakarta, pasien merupakan rujukan dari puskesmas geman harjo, pasien sudah 3x masuk ke RSJD Surakarta. Obat yang dikonsumsi Risperidone 2x2 mg, Trihexiphenidil 2x2 mg, Clozapine 1x50 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. J:
Diagnosa Keperawatan:
1. Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
2. Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
1. Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
- SDKI: Halusinasi adalah persepsi sensori yang terjadi tanpa ada rangsangan eksternal yang sesuai.
- SLKI: Tujuan intervensi keperawatan adalah klien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi yang dialami.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain; Terapi Realitas, Terapi Reminiscence, Terapi Kognitif, Terapi Penghentian Halusinasi, Terapi Aktivitas Kelompok.
2. Perilaku Kekerasan
- SDKI: Perilaku Kekerasan adalah perilaku mencederai atau membahayakan orang lain secara fisik.
- SLKI: Tujuan intervensi keperawatan adalah klien dapat mengontrol perilaku kekerasan yang ditampilkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain; Manajemen Marah, Teknik Relaksasi, Terapi Aktivitas Kelompok, Pencegahan Bunuh Diri, dan Strategi Adaptif.
Dalam kasus Tn. J, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah halusinasi dan perilaku kekerasan meliputi Terapi Realitas, Terapi Reminiscence, Terapi Kognitif, Terapi Penghentian Halusinasi, Manajemen Marah, Teknik Relaksasi, dan Terapi Aktivitas Kelompok. Selain itu, pemberian obat-obatan sesuai resep dokter juga merupakan bagian penting dari penanganan kasus ini. -
Article No. 13404 | 06 Mar 2025
Klinis : HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS Tatalaksana hipertensi pada ibu hamil membutuhkan penanganan khusus ya, Dok. Terutama jika pasien sudah memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Di FKTP, beberapa terapi yang bisa dipertimbangkan yaitu Nifedipin atau metildopa sebagai pilihan antihipertensi. Kalsium juga dapat diberikan untuk mencegah preeklamsia (PE) Tantangannya, tentu ada dalam pemantauan ketat kondisi pasien di fasilitas primer. Dokter ada pengalaman saat terapi hipertensi ibu hamil? Ada tips menjaga ketersediaan obat di Puskesmas? .
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O13
- Deskripsi: Hipertensi gestasional (hipertensi induksi kehamilan) tanpa proteinuria signifikan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.28
- Deskripsi: Pemberian obat antihipertensi
Penanganan hipertensi pada ibu hamil memang membutuhkan perhatian khusus, terutama jika pasien sudah memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas, beberapa terapi yang dapat dipertimbangkan yaitu pemberian nifedipin atau metildopa sebagai pilihan obat antihipertensi, serta pemberian kalsium untuk mencegah terjadinya preeklamsia.
Tantangan utama dalam penanganan hipertensi pada ibu hamil di FKTP adalah pemantauan yang ketat terhadap kondisi pasien. Dokter di Puskesmas perlu melakukan pemantauan yang saksama, serta berkoordinasi dengan fasilitas rujukan yang lebih lengkap apabila diperlukan.
Dalam menjaga ketersediaan obat di Puskesmas, beberapa tips yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan perencanaan dan pengadaan obat yang cermat berdasarkan pola penyakit dan kebutuhan pasien.
- Menjalin kerja sama yang baik dengan Dinas Kesehatan setempat untuk memastikan pasokan obat yang memadai.
- Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap ketersediaan dan penggunaan obat di Puskesmas.
- Mengoptimalkan peran Instalasi Farmasi dalam pengelolaan obat di Puskesmas. -
Article No. 13405 | 06 Mar 2025
Klinis : TERAPI ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB) Kalau ada keluhan abnormal uterine bleeding 1. cek PPtest. 2. klo negatif skrining PALM 3. Klo PALM ga ada, ke COEIN Polip Adenomiosis Leimioma Malignancy VT, USG, Palpasi, Inspekulo buat liat PALM kalau bagus semua COEIN disorder Coagulation - anamnesis pembekuan darah Ovulatory - gangguan ovulasi. paling sering. Endometrial Iatrogenic - misal KB Non specified
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi TERAPI ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB):
1. Kode ICD-10:
- Kode: N92.0
- Deskripsi: Menorrhagia (perdarahan uterus yang berlebihan)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 68.16
- Deskripsi: Ablasi endometrium, tanpa histerektomi
Dalam tata laksana abnormal uterine bleeding (AUB), langkah-langkah yang disarankan adalah:
1. Melakukan pemeriksaan PPtest untuk mengevaluasi kemungkinan kehamilan.
2. Jika PPtest negatif, lakukan skrining PALM (Polip, Adenomiosis, Leimioma, Malignancy) melalui pemeriksaan VT, USG, palpasi, dan inspekulo.
3. Jika tidak ditemukan kelainan PALM, maka dapat didiagnosis sebagai COEIN disorder (Coagulation, Ovulatory, Endometrial, Iatrogenic, Non-specified).
4. Penatalaksanaan selanjutnya akan disesuaikan dengan penyebab AUB yang ditemukan, misalnya:
- Coagulation: Anamnesis riwayat pembekuan darah
- Ovulatory: Gangguan ovulasi, yang merupakan penyebab terbanyak
- Endometrial: Pemeriksaan histologis endometrium
- Iatrogenic: Terkait penggunaan kontrasepsi atau obat-obatan
- Non-specified: Diagnosis per eliminasi setelah pemeriksaan lainnya
Pemberian terapi untuk AUB akan disesuaikan dengan diagnosis spesifik yang ditemukan pada pasien.