Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15461 | 13 Apr 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan berusia 5 tahun tersebut, kemungkinan besar pasien tersebut mengalami penyakit campak (measles). Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak (Measles)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian vaksin campak
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B05 adalah kode untuk penyakit campak (measles), yang sesuai dengan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, dan batuk kering.
- Jika diperlukan, pasien dapat diberikan tindakan berupa pemberian vaksin campak, yang memiliki kode ICD-9-CM 99.75. Pemberian vaksin ini dapat membantu mencegah komplikasi yang mungkin terjadi dan membantu mempercepat proses pemulihan.
Sebagai catatan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur/tindakan medis dalam rekam medis pasien, yang berguna untuk keperluan dokumentasi, tagihan, dan analisis data kesehatan. -
Article No. 15462 | 13 Apr 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosa campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, ruam merah di kulit, dan bintik Koplik di mukosa mulut, yang merupakan gejala khas campak. Hal ini menunjukkan adanya risiko infeksi virus campak.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Penjelasan: Pasien mengalami batuk kering, yang dapat mengganggu proses bersihan jalan napas.
3. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Pasien mungkin mengalami kelelahan dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat demam tinggi dan gejala campak lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Infeksi: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda infeksi yang terkendali.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien akan menunjukkan jalan napas yang bebas dari sekret.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi: Intervensi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat anti-virus, dan isolasi pasien.
2. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan napas, seperti pemberian bronkodilator, hidrasi, dan latihan batuk efektif.
3. Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, manajemen kelelahan, dan dukungan emosional.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengatasi risiko infeksi, mempertahankan bersihan jalan napas, dan meningkatkan toleransi aktivitas, sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan optimal. -
Article No. 15463 | 13 Apr 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah dengan kemungkinan diagnosis campak adalah:
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan berhubungan dengan penyakit campak
- Definisi: Keadaan rentan individu terhadap infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh agen biologis.
- Faktor Risiko: Paparan agen infeksius, sistem imun yang menurun, malnutrisi, usia ekstrem.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat demam dan gejala campak
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi aktivitas fisik secara konsisten.
- Faktor Risiko: Penyakit, malnutrisi, kelelahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan gejala klinis campak (demam, ruam, mata merah)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Risiko: Paparan agen infeksius, peradangan, cedera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan:
- Tujuan: Tidak terjadi komplikasi infeksi saluran pernapasan selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada gejala infeksi saluran pernapasan tambahan (contoh: kesulitan bernapas, suara napas tidak normal)
- Tidak ada komplikasi infeksi saluran pernapasan (contoh: pneumonia)
2. Intoleransi Aktivitas:
- Tujuan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan setelah aktivitas
3. Nyeri Akut:
- Tujuan: Pasien bebas dari nyeri atau nyeri terkontrol.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat melakukan aktivitas dengan nyaman
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan:
- Observasi tanda-tanda vital secara berkala
- Pemantauan tanda-tanda infeksi saluran pernapasan
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi sesuai indikasi
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pemberian asuhan keperawatan yang mendukung pemulihan
- Pengaturan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Pemberian edukasi tentang manajemen energi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
3. Nyeri Akut:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, kualitas, intensitas)
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Teknik manajemen nyeri non-farmakologis (kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang komprehensif
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Setiap diagnosa keperawatan yang dipilih memiliki definisi, faktor risiko, dan karakteristik definisi yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat akan memandu perawat dalam menentukan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan harus sesuai dengan kondisi pasien dan dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif. Luaran yang diharapkan mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang direncanakan harus sesuai dengan diagnosa keperawatan dan dapat membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Intervensi dapat mencakup tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif, kolaboratif, dan berpusat pada pasien akan membantu meningkatkan kualitas perawatan dan mendukung pemulihan pasien dengan diagnosis kemungkinan campak. -
Article No. 15464 | 13 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas.
3. Mual berhubungan dengan infark miokard akut.
4. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.
5. Risiko hipertensi berhubungan dengan riwayat hipertensi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) memberikan definisi, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan batasan karakteristik untuk setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan luaran keperawatan yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan, serta indikator luaran yang dapat diukur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada setiap diagnosa keperawatan.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien ini. Hal ini akan membantu saya dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan tujuan, dan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 15465 | 13 Apr 2025
Klinis : diabetes melitu trimestri 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diabetes melitus pada trimester 2.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Gula Darah
Penjelasan: Pasien dengan diabetes melitus pada trimester kedua kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami fluktuasi gula darah akibat perubahan hormonal dan fisiologis selama kehamilan. Hal ini dapat memengaruhi kondisi ibu dan janin.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan: Pasien dengan diabetes melitus berisiko mengalami dehydrasi akibat diuresis osmotik yang dapat terjadi pada kondisi hiperglikemia. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien dengan diabetes melitus memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi, seperti infeksi saluran kemih, karena gangguan sistem imun dan perubahan pada respons radang.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Standar diagnosa keperawatan yang digunakan adalah SDKI, yang merupakan panduan diagnosa keperawatan yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SDKI memberikan definisi, faktor terkait, dan karakteristik diagnostik untuk setiap diagnosa keperawatan yang terstandarisasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah panduan standar luaran keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- SLKI membantu perawat dalam menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan yang diberikan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah panduan standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- SIKI memberikan deskripsi dan aktivitas spesifik untuk setiap intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat profesional membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstruktur, dan berpedoman pada praktik berbasis bukti. -
Article No. 15466 | 13 Apr 2025
Klinis : Perempuan, 65 tahun, dirawat diruang penyakit dalam dengan DM Tipe II. Pasien mengeluh merasa lapar, sering buang air kecil, haus, lemas, pandangan kabur, dan kebas pada ekstremitas bawah. Hasil pengukuran berat badan turun dari 55 kg menjadi 47 kg,tinggi badan 165cm, kadar gula darah sewaktu 285 mg/dl dan kulit tampak kering.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ibu perempuan berusia 65 tahun yang dirawat di ruang penyakit dalam dengan DM Tipe II.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan yang ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan nafsu makan, malabsorpsi, diabetes mellitus.
- Karakteristik mayor: Penurunan berat badan yang tidak diinginkan, sering lapar, kadar gula darah tinggi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Berat badan stabil, kadar gula darah terkontrol, rasa lapar berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Monitoring asupan nutrisi, mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi, konseling gizi, pemberian obat antidiabetes sesuai instruksi dokter.
2. Gangguan persepsi sensori (parestesia) berhubungan dengan neuropati diabetik yang ditandai dengan rasa kebas pada ekstremitas bawah.
SDKI:
- Definisi: Gangguan dalam interpretasi seseorang terhadap rangsangan sensorik.
- Faktor yang berhubungan: Neuropati diabetik, penurunan aliran darah perifer.
- Karakteristik mayor: Rasa kebas, kesemutan, nyeri pada ekstremitas.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Sensasi normal pada ekstremitas, tidak ada keluhan parestesia.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, perawatan kaki, edukasi pasien tentang neuropati diabetik.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Gangguan persepsi sensori, yang memerlukan intervensi keperawatan terkait dengan monitoring asupan nutrisi, konseling gizi, manajemen nyeri, dan edukasi pasien mengenai DM dan komplikasinya. -
Article No. 15467 | 13 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, berikut saya sampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi nyeri akut, dengan tone akademis dan persona pakar perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (Acute Pain)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Cedera, infeksi, proses penyakit, intervensi terapeutik.
- Tanda dan Gejala: Keluhan nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perilaku protektif, tekanan darah dan nadi meningkat.
- Faktor yang Mempengaruhi: Usia, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, koping, dukungan sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri, pasien dapat menjelaskan strategi pengelolaan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, terapi farmakologi, terapi non-farmakologi (misalnya relaksasi, distraksi, aplikasi panas/dingin).
- Rasional: Mengurangi persepsi dan pengalaman nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri.
Sebagai pakar perawat, saya menekankan pentingnya penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI dalam asuhan keperawatan untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien dalam mengelola nyeri akut. Pendekatan ini akan membantu pasien mencapai hasil yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 15468 | 13 Apr 2025
Klinis : Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Juni 2021 jam 15.00 di ruang Tjan Khee Swan Barat RS dr. Oen Solobaru. Data pada kasus ini didapatkan dengan cara wawancara kepada Ibu pasein, pengamatan langsung dan data catatan medis dan keperawatan pasien. Identitas An.A laki-laki berusia 6 tahun 1 bulan beragama Islam masuk opname tgl 25/06/201, alamat Tawang 01/01 Tawang weru Sukoharjo, diagnosa medis Sindrom nefrotik. Keluhan utama anak rewel (menangis) minta pulang, menolak petugas yang mendekat, dan berontak saat diperiksa, diberi obat maupun saat pengambilan sample pemeriksaan laboratorium. Riwayat penyakit sekarang Ibu pasien mengatakan mulai 2 minggu yang lalu bengkak wajah dan seluruh tubuh, BAK sedikit, anak susah makan, muka sembab oedema palpebra oedema seluruh tubuh. Pasien datang ke poli spesilis anak Rumah Sakit dr. Oen Solobaru, Tekanan Darah 110/50mmHg, Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit, terapi infus KaEn3A 12 tpm, Lasik 2x15 mg drip infus, Plasbumin 25% 100cc, Lameson injeksi 3x12mg, An.A di rawat di ruang Tjan Khee Swan Barat. Ibu menyatakan khawatir dengan kondisi anaknya yang lebih berat dari sebelumnya. Riwayat penyakit dahulu bulan September 2021 anak opname dengan kasus sindrom nefrotik, dan tidak melanjutkan pengobatankarena anak takut dan tidak mau dibawa/datang ke rumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu ayah dan kakek pasien, tidak ada yang menderita penyakit ginjal maupun penyakit menular lainnya Pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4V5M6 Tekanan Darah110/50mmHg. Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit BB:21 kg. TB: 110cm. Protein total:6.59g/dl, Albumin: 1.72 g/dl, Globulin 4.87 g/dl IMT BB/TB-21/(1.1)²=17.4 (nilai normal-2 SD sd +1 SD 13.1 s/d 18.7) TB An.A dalam rentang Normal. Wajah bulat simetris sembab (moonface), edema palpebra, bibir kering, suara ronchi pada pada paru atas kanan kiri, asites, lingkar perut 60cm, pusar datar, edema skrotum, urine warna cola sedikit, edema ekstremitas derajat 2. Kulit mengkilat mudah lecet, capilari refill 2 detik Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan sejak setelah opname bulan September 2021 anak tidak mau dibawa periksa ke rumah sakit karena takut disuntik. Pola nutrisi metabolik biocemical An.A mengalami hipoalbunemia (Kadar albmin 1.72), tampak lemes, oedem pada palpebra, sembab pada wajah, acites, oedema scrotalis dan ekstremitas. Tampak lemah, An, A susah makan mengatakan perut terasa kenyang, makan hanya 30% dari porsi yang disediakan Aktifitas-pola latihan Ibu An. A mengatakan biasanya aktif bermain bersama teman-temannya, sejak sakit An.A kelelahan saat berjalan ke kamar mandi terengah-engah, lebih banyak tiduran sambil melihat TV atau main HP Pola kognitif-persepsi An.A mengatakan badan terasa tidak nyaman, nyeri sendi skala nyeri 2. badan terasa berat tidak mampu beraktivitas lama dan cepat lelah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus An.A:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2. Intoleransi aktivitas
3. Kecemasan
4. Kurang pengetahuan
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Keadaan di mana asupan zat gizi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan, peningkatan kadar albumin.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau asupan dan output cairan, memantau tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta memberikan edukasi tentang diet yang sesuai.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan kemampuan beraktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan, memfasilitasi aktivitas sesuai kemampuan, serta memberikan edukasi tentang manajemen energi.
3. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
- SLKI: Penurunan kecemasan, peningkatan kemampuan koping.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang nyaman, memfasilitasi komunikasi terapeutik, serta memberikan terapi relaksasi.
4. Kurang pengetahuan
- SDKI: Kurangnya informasi kognitif terkait kondisi kesehatan, perawatan kesehatan, dan pengobatan.
- SLKI: Peningkatan pengetahuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi terkait penyakit, manajemen penyakit, dan proses pengobatan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini memberikan gambaran komprehensif tentang permasalahan kesehatan An.A yang meliputi masalah nutrisi, aktivitas, kecemasan, dan pengetahuan. Intervensi keperawatan yang diberikan harus berfokus pada penanganan masalah-masalah tersebut sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 15469 | 13 Apr 2025
Klinis : Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Juni 2021 jam 15.00 di ruang Tjan Khee Swan Barat RS dr. Oen Solobaru. Data pada kasus ini didapatkan dengan cara wawancara kepada Ibu pasein, pengamatan langsung dan data catatan medis dan keperawatan pasien. Identitas An.A laki-laki berusia 6 tahun 1 bulan beragama Islam masuk opname tgl 25/06/201, alamat Tawang 01/01 Tawang weru Sukoharjo, diagnosa medis Sindrom nefrotik. Keluhan utama anak rewel (menangis) minta pulang, menolak petugas yang mendekat, dan berontak saat diperiksa, diberi obat maupun saat pengambilan sample pemeriksaan laboratorium. Riwayat penyakit sekarang Ibu pasien mengatakan mulai 2 minggu yang lalu bengkak wajah dan seluruh tubuh, BAK sedikit, anak susah makan, muka sembab oedema palpebra oedema seluruh tubuh. Pasien datang ke poli spesilis anak Rumah Sakit dr. Oen Solobaru, Tekanan Darah 110/50mmHg, Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit, terapi infus KaEn3A 12 tpm, Lasik 2x15 mg drip infus, Plasbumin 25% 100cc, Lameson injeksi 3x12mg, An.A di rawat di ruang Tjan Khee Swan Barat. Ibu menyatakan khawatir dengan kondisi anaknya yang lebih berat dari sebelumnya. Riwayat penyakit dahulu bulan September 2021 anak opname dengan kasus sindrom nefrotik, dan tidak melanjutkan pengobatankarena anak takut dan tidak mau dibawa/datang ke rumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu ayah dan kakek pasien, tidak ada yang menderita penyakit ginjal maupun penyakit menular lainnya Pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4V5M6 Tekanan Darah110/50mmHg. Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit BB:21 kg. TB: 110cm. Protein total:6.59g/dl, Albumin: 1.72 g/dl, Globulin 4.87 g/dl IMT BB/TB-21/(1.1)²=17.4 (nilai normal-2 SD sd +1 SD 13.1 s/d 18.7) TB An.A dalam rentang Normal. Wajah bulat simetris sembab (moonface), edema palpebra, bibir kering, suara ronchi pada pada paru atas kanan kiri, asites, lingkar perut 60cm, pusar datar, edema skrotum, urine warna cola sedikit, edema ekstremitas derajat 2. Kulit mengkilat mudah lecet, capilari refill 2 detik Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan sejak setelah opname bulan September 2021 anak tidak mau dibawa periksa ke rumah sakit karena takut disuntik. Pola nutrisi metabolik biocemical An.A mengalami hipoalbunemia (Kadar albmin 1.72), tampak lemes, oedem pada palpebra, sembab pada wajah, acites, oedema scrotalis dan ekstremitas. Tampak lemah, An, A susah makan mengatakan perut terasa kenyang, makan hanya 30% dari porsi yang disediakan Aktifitas-pola latihan Ibu An. A mengatakan biasanya aktif bermain bersama teman-temannya, sejak sakit An.A kelelahan saat berjalan ke kamar mandi terengah-engah, lebih banyak tiduran sambil melihat TV atau main HP Pola kognitif-persepsi An.A mengatakan badan terasa tidak nyaman, nyeri sendi skala nyeri 2. badan terasa berat tidak mampu beraktivitas lama dan cepat lelah. Diagnosa ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami edema, bengkak pada wajah dan seluruh tubuh, serta asites yang mengindikasikan adanya masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Pasien juga mengalami hipoalbuminemia, tampak lemah, susah makan, dan hanya mengonsumsi 30% dari porsi yang disediakan.
- Kondisi ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
SLKI: Peningkatan status nutrisi
SIKI: Manajemen nutrisi
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami kelelahan saat berjalan ke kamar mandi, terengah-engah, dan lebih banyak beristirahat.
- Pasien juga tampak lemah dan mudah lelah saat beraktivitas.
- Kondisi ini menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
SDKI: Intoleransi aktivitas
SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
SIKI: Manajemen aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Penjelasan Singkat:
- Pasien menunjukkan perilaku rewel (menangis), menolak petugas yang mendekat, dan berontak saat diperiksa, diberi obat, atau saat pengambilan sample pemeriksaan laboratorium.
- Ibu pasien juga menyatakan khawatir dengan kondisi anaknya yang lebih berat dari sebelumnya.
- Kondisi ini menunjukkan adanya ansietas pada pasien.
SDKI: Ansietas
SLKI: Penurunan ansietas
SIKI: Manajemen ansietas
Kesimpulan:
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, terdapat tiga diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas, dan Ansietas. Masing-masing diagnosa keperawatan memiliki penjelasan singkat dan kaitannya dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 15470 | 13 Apr 2025
Klinis : Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Juni 2021 jam 15.00 di ruang Tjan Khee Swan Barat RS dr. Oen Solobaru. Data pada kasus ini didapatkan dengan cara wawancara kepada Ibu pasein, pengamatan langsung dan data catatan medis dan keperawatan pasien. Identitas An.A laki-laki berusia 6 tahun 1 bulan beragama Islam masuk opname tgl 25/06/201, alamat Tawang 01/01 Tawang weru Sukoharjo, diagnosa medis Sindrom nefrotik. Keluhan utama anak rewel (menangis) minta pulang, menolak petugas yang mendekat, dan berontak saat diperiksa, diberi obat maupun saat pengambilan sample pemeriksaan laboratorium. Riwayat penyakit sekarang Ibu pasien mengatakan mulai 2 minggu yang lalu bengkak wajah dan seluruh tubuh, BAK sedikit, anak susah makan, muka sembab oedema palpebra oedema seluruh tubuh. Pasien datang ke poli spesilis anak Rumah Sakit dr. Oen Solobaru, Tekanan Darah 110/50mmHg, Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit, terapi infus KaEn3A 12 tpm, Lasik 2x15 mg drip infus, Plasbumin 25% 100cc, Lameson injeksi 3x12mg, An.A di rawat di ruang Tjan Khee Swan Barat. Ibu menyatakan khawatir dengan kondisi anaknya yang lebih berat dari sebelumnya. Riwayat penyakit dahulu bulan September 2021 anak opname dengan kasus sindrom nefrotik, dan tidak melanjutkan pengobatankarena anak takut dan tidak mau dibawa/datang ke rumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu ayah dan kakek pasien, tidak ada yang menderita penyakit ginjal maupun penyakit menular lainnya Pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4V5M6 Tekanan Darah110/50mmHg. Suhu 37°C. Pernapasan Frekuensi 26x/menit BB:21 kg. TB: 110cm. Protein total:6.59g/dl, Albumin: 1.72 g/dl, Globulin 4.87 g/dl IMT BB/TB-21/(1.1)²=17.4 (nilai normal-2 SD sd +1 SD 13.1 s/d 18.7) TB An.A dalam rentang Normal. Wajah bulat simetris sembab (moonface), edema palpebra, bibir kering, suara ronchi pada pada paru atas kanan kiri, asites, lingkar perut 60cm, pusar datar, edema skrotum, urine warna cola sedikit, edema ekstremitas derajat 2. Kulit mengkilat mudah lecet, capilari refill 2 detik Persepsi kesehatan dan pola managemen kesehatan sejak setelah opname bulan September 2021 anak tidak mau dibawa periksa ke rumah sakit karena takut disuntik. Pola nutrisi metabolik biocemical An.A mengalami hipoalbunemia (Kadar albmin 1.72), tampak lemes, oedem pada palpebra, sembab pada wajah, acites, oedema scrotalis dan ekstremitas. Tampak lemah, An, A susah makan mengatakan perut terasa kenyang, makan hanya 30% dari porsi yang disediakan Aktifitas-pola latihan Ibu An. A mengatakan biasanya aktif bermain bersama teman-temannya, sejak sakit An.A kelelahan saat berjalan ke kamar mandi terengah-engah, lebih banyak tiduran sambil melihat TV atau main HP Pola kognitif-persepsi An.A mengatakan badan terasa tidak nyaman, nyeri sendi skala nyeri 2. badan terasa berat tidak mampu beraktivitas lama dan cepat lelah. Diagnosa ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
1. Resiko Gangguan Proses Tumbuh Kembang
- Definisi: Rentan mengalami hambatan dalam proses tumbuh kembang yang normal akibat kondisi medis, psikologis, atau sosial.
- Karakteristik Definisi: Anak usia 6 tahun dengan sindrom nefrotik mengalami pembengkakan di seluruh tubuh, susah makan, dan menjadi lebih lemah secara fisik. Hal ini dapat menghambat tumbuh kembangnya.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Definisi: Anak mengeluhkan nyeri sendi dengan skala 2, serta merasakan tubuh terasa berat dan tidak nyaman.
3. Ansietas
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- Karakteristik Definisi: Anak menolak petugas yang mendekat, berontak saat diperiksa, diberi obat, atau saat pengambilan sampel laboratorium. Ibu pasien juga merasa khawatir dengan kondisi anak yang lebih berat dari sebelumnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Resiko Gangguan Proses Tumbuh Kembang:
- Tumbuh kembang sesuai usia
- Tidak ada hambatan dalam tumbuh kembang
- Peningkatan berat badan dan tinggi badan sesuai usia
2. Nyeri Akut:
- Nyeri terkontrol
- Ekspresi nyeri menurun
- Dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri
3. Ansietas:
- Kecemasan menurun
- Mampu mengendalikan kecemasan
- Kooperatif dalam menerima perawatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Resiko Gangguan Proses Tumbuh Kembang:
- Identifikasi faktor risiko tumbuh kembang
- Pantau status tumbuh kembang
- Kolaborasi dalam menangani kondisi medis yang menghambat tumbuh kembang
- Dukung pola makan dan nutrisi yang adekuat
2. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam penanganan nyeri
3. Ansietas:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi yang jelas dan rinci tentang perawatan
- Libatkan keluarga dalam perawatan anak
- Kembangkan hubungan saling percaya dengan anak
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan
Setiap intervensi perlu dilakukan secara komprehensif dan berpusat pada kebutuhan anak dan keluarga untuk mencapai luaran yang diharapkan.