Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13475 | 07 Mar 2025
Klinis : gangguan menelan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan menelan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasirawat
Penjelasan:
Risiko Aspirasirawat adalah kondisi di mana individu memiliki risiko tinggi untuk aspirasi, yaitu masuknya benda asing (misalnya makanan, cairan, atau sekresi) ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia.
Penyebab yang mungkin untuk kondisi ini adalah gangguan menelan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan neurologis, penurunan refleks batuk, atau kelemahan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Aspirasi Tidak Terjadi
2. Tidak Ada Komplikasi Akibat Aspirasi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Menelan
3. Manajemen Nutrisi
4. Pemantauan Tanda Vital
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mencegah terjadinya aspirasi, mempertahankan jalan napas yang bersih, dan memastikan asupan nutrisi yang adekuat bagi pasien dengan gangguan menelan.
Sebagai perawat profesional, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi ini secara komprehensif dan memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. -
Article No. 13476 | 07 Mar 2025
Klinis : gangguan menelan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan menelan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Menelan
Definisi:
Gangguan dalam koordinasi neuromuskular pada fase oral, faringeal, atau esofageal dari proses menelan, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti aspirasi, malnutrisi, atau dehidrasi.
Penyebab:
- Disfungsi neuromuskular (mis. Stroke, penyakit Parkinson, demensia)
- Obstruksi mekanis (mis. Tumor, striktur esofagus)
- Kelemahan otot (mis. Miastenia gravis, distrofi otot)
- Gangguan sensorik (mis. Neuropati, anestesi)
Tanda dan Gejala:
- Kesulitan memulai menelan
- Tersedak saat menelan
- Regurgitasi makanan
- Rasa sakit saat menelan
- Berat badan menurun
- Dehidrasi
- Pneumonia aspirasi
Intervensi Keperawatan:
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko
- Evaluasi kemampuan menelan
- Modifikasi diet dan tekstur makanan
- Latihan menelan dan teknik kompensasi
- Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat
- Pencegahan komplikasi (misalnya aspirasi)
- Edukasi pasien dan keluarga
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi dan ruang lingkup diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
Dengan memahami dan menerapkan standar-standar ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan gangguan menelan. -
Article No. 13477 | 07 Mar 2025
Klinis : disfagia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi disfagia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Disfagia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko aspirasi berhubungan dengan disfagia adalah:
1. Tidak terjadi aspirasi
2. Mampu mengontrol dan mengelola disfagia
3. Tidak terjadi komplikasi akibat disfagia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen disfagia, meliputi:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan disfagia
- Mengatur posisi makan yang aman
- Mengatur konsistensi makanan dan cairan
- Mengajarkan teknik menelan yang benar
2. Pencegahan aspirasi, meliputi:
- Memantau tanda-tanda aspirasi
- Memberikan posisi yang aman saat makan dan minum
- Mengatur waktu pemberian makan dan minum
3. Perawatan saluran napas, meliputi:
- Memantau status pernapasan
- Melakukan suction jika diperlukan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya berharap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi disfagia berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 13478 | 07 Mar 2025
Klinis : disfagia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi disfagia, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Malnutrisi berhubungan dengan disfagia
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Malnutrisi adalah keadaan di mana individu berada dalam risiko mengalami kekurangan energi, protein, atau zat gizi lainnya yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh (penurunan atau peningkatan berat badan), gangguan fungsi, dan hasil yang buruk bagi kesehatan. Disfagia, sebagai kondisi kesulitan menelan, dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko malnutrisi terkait disfagia adalah tercapainya status nutrisi yang adekuat, ditandai dengan perbaikan dalam asupan nutrisi, berat badan yang stabil, dan tidak terjadi komplikasi terkait malnutrisi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani risiko malnutrisi terkait disfagia meliputi:
1. Identifikasi faktor risiko malnutrisi
2. Manajemen disfagia, seperti modifikasi diet dan tekstur makanan
3. Pemantauan status nutrisi dan asupan makanan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intervensi nutrisi yang tepat
5. Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen disfagia dan nutrisi
Sebagai pakar perawat, saya menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam menangani kondisi disfagia untuk mencegah terjadinya malnutrisi dan memastikan status nutrisi pasien yang optimal. -
Article No. 13479 | 07 Mar 2025
Klinis : disfagia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi disfagia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Disfagia
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, kehilangan jaringan lemak dan otot.
- Faktor Risiko: Disfagia (kesulitan menelan), penurunan fungsi gastrointestinal, penurunan nafsu makan, depresi, dan keterbatasan dalam mempersiapkan makanan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
- Indikator: Berat badan stabil, asupan nutrisi adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor risiko malnutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi untuk penilaian dan perencanaan diet, pemantauan asupan dan status nutrisi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen disfagia.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya identifikasi dini dan penanganan yang komprehensif pada pasien dengan disfagia untuk mencegah risiko malnutrisi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti ahli gizi, sangat penting untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat dan status nutrisi yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13480 | 07 Mar 2025
Klinis : disfagia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi disfagia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Aspirasi
- Definisi: Rentan terhadap masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- Faktor Risiko: Disfagia
Penjelasan:
Disfagia, atau kesulitan menelan, meningkatkan risiko aspirasi karena individu tidak dapat secara efektif menghantarkan makanan atau cairan dari mulut ke lambung. Hal ini dapat menyebabkan masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan, yang dapat menimbulkan komplikasi seperti pneumonia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak Terjadi Aspirasi
- Kriteria Hasil: Individu bebas dari masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Disfagia
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk memfasilitasi proses menelan yang efektif pada individu dengan disfagia.
- Tindakan Keperawatan:
- Identifikasi pola menelan individu
- Modifikasi tekstur dan konsistensi makanan dan cairan
- Latihan menelan
- Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kemampuan menelan pasien, mengidentifikasi faktor risiko aspirasi, dan mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi dan memastikan nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang dilakukan akan berfokus pada manajemen disfagia, seperti modifikasi diet, latihan menelan, dan pemberian dukungan nutrisi yang sesuai. -
Article No. 13481 | 07 Mar 2025
Klinis : perdarahan frakturfemur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perdarahan fraktur femur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktual
- Definisi: Risiko terjadinya kehilangan cairan/darah yang melebihi volume normal akibat cedera pada pembuluh darah.
- Penyebab: Fraktur femur yang dapat menyebabkan perdarahan.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Fraktur femur yang menyebabkan nyeri.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lain.
- Penyebab: Fraktur femur yang menghambat pergerakan dan mobilitas pasien.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian dan analisis data pasien.
- Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan masalah kesehatan yang dialami pasien, penyebab, dan faktor yang mempengaruhinya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan dan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesional yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar asuhan keperawatan di Indonesia, termasuk SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 13482 | 07 Mar 2025
Klinis : pasien mengatakan demam 5 hari naik turun, sakit tenggorokan, batuk, pilek, tidak nafsu makan, badan terasa lemas, pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemeriksaan fisik rutin
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu demam 5 hari naik turun, sakit tenggorokan, batuk, pilek, tidak nafsu makan, badan terasa lemas, dan pusing, pasien ini memenuhi kriteria untuk diagnosis Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik (J06.9).
Gejala-gejala yang dialami oleh pasien, seperti demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, dan rasa lemah, merupakan ciri-ciri umum dari infeksi saluran pernapasan atas. Karena tidak ada informasi spesifik mengenai penyebab infeksi, maka diagnosis yang paling sesuai adalah Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik.
Pada kasus ini, tidak ada informasi mengenai tindakan medis yang dilakukan. Oleh karena itu, kode ICD-9-CM yang paling sesuai adalah 93.94, yaitu Pemeriksaan fisik rutin, yang merupakan prosedur umum yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi pasien. -
Article No. 13483 | 07 Mar 2025
Klinis : Kuku kaki kanan jari tengah lepas karena main bola
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu kuku kaki kanan jari tengah lepas karena main bola, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S90.31
- Deskripsi: Avulsi (lepasnya) kuku jari kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen (pembersihan) dan perawatan luka kuku jari kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S90.31 (Avulsi (lepasnya) kuku jari kaki) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami lepasnya kuku kaki kanan jari tengah akibat cedera saat bermain bola.
2. Kode ICD-9-CM 86.22 (Debridemen (pembersihan) dan perawatan luka kuku jari kaki) mengindikasikan bahwa pasien mungkin memerlukan tindakan pembersihan dan perawatan luka pada area dimana kuku jari kaki lepas, untuk mencegah infeksi dan memfasilitasi penyembuhan.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode tersebut untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur yang dilakukan dalam catatan kesehatan pasien. -
Article No. 13484 | 07 Mar 2025
Klinis : Pasien Ny. N usia 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah, bagian kiri bawah, nyeri memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri hilang timbul dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan juga BAB bercampur darah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya. Namun ada keluarga yang pernah menderita tumor. Hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, Td: 111/86 mmHg, N: 106 x/menit, RR: 24x/ menit, S: 36,5oC. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, sklera ikterik, di leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, membrane mukosa pucat. Hasil pemeriksaan paru simetris kiri dan kanan, suara napas vesikuler. Pemeriksaan jantung, ictus cordis teraba 2 jari di RIC 5 LMCS, auskultasi terdengar bunyi jantung I dan II, bising (-). Hasil pemeriksaan abdomen, tampak distensi, tidak ada bekas luka, terdapat benjolan di bagian kiri bawah ukuran sekitar 4-5 cm, bising usus (+), nyeri tekan (+). Ekstremitas tidak ada kelainan, CRT >3 detik. Pasien mengalami penurunan berat badan, IMT 17,3, tidak nafsu makan sejak 8 bulan belakangan. Pasien juga mengalami BAB tidak teratur, kadang sekali 4 hari akdang sekali seminggu, BAB yang keluar kecil-kecil, seperti kotoran kambing disertai darah dan nyeri saat BAB. Nyeri abdomen terasa menusuk, skala nyeri 8, nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan ia memiliki riwayat suka mengkonsumsi daging dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah, pasien juga suka mengkomsumsi makanan olahan (fast food). Hasil pemeriksaan penunjang Hb: 7,2 g/dl, leukosit 22.120/mm3, trombosit 284.000/mm3, Ht 30%, eritrosit 3,8 jt/mm3, MCV 78, MCH 26. Hasil ronxent abdomen terdapat massa pada bagian kiri bawah area sigmoid. Pasien direncanakan untuk tindakan operasi. Pasien mengatakan takut dan cemas untuk dioperasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Ny. N:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (tumor).
2. Kecemasan berhubungan dengan rencana tindakan operasi.
3. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan dan berkurangnya nafsu makan.
4. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kondisi patologis (tumor).
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (perasaan subyektif). Penyebab: Proses penyakit.
- SLKI: Mengidentifikasi karakteristik nyeri, mengatasi nyeri melalui intervensi farmakologis dan non-farmakologis, dan memantau efektivitas penanganan nyeri.
- SIKI: Tindakan pemberian analgesik, terapi relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyeri.
2. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan non-spesifik.
- SLKI: Mengidentifikasi penyebab kecemasan, membantu mengatasi kecemasan melalui teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
- SIKI: Terapi relaksasi, teknik visualisasi, konseling, dan pemberian obat anti-cemas untuk mengurangi kecemasan.
3. Risiko Malnutrisi
- SDKI: Kerentanan individu mengalami asupan nutrisi tidak adekuat yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
- SLKI: Mengidentifikasi faktor risiko malnutrisi, memantau status gizi, dan merencanakan intervensi nutrisi yang tepat.
- SIKI: Pemberian konseling gizi, edukasi tentang kebutuhan nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatasi risiko malnutrisi.
4. Perubahan Pola Eliminasi
- SDKI: Perubahan pola buang air besar yang tidak sesuai dengan pola normal individu.
- SLKI: Mengidentifikasi penyebab perubahan pola eliminasi, memantau pola eliminasi, dan mengintervensi untuk mengembalikan pola eliminasi yang normal.
- SIKI: Intervensi seperti pemberian laksatif, diet tinggi serat, dan edukasi tentang pola eliminasi yang tepat untuk mengatasi perubahan pola eliminasi.