Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13658 | 10 Mar 2025
Klinis : Case study Untuk Praktikum topik 6 s/d 12 TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari , makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB : 80, TB : 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir “saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja”. Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn ) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien Tn. A.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
- Kode: E78.5
- Deskripsi: Hiperkolesterolemia, tidak dispesifikasi
- Kode: I73.9
- Deskripsi: Penyakit arteri perifer, tidak dispesifikasi
- Kode: L97.9
- Deskripsi: Ulkus tidak spesifik pada ekstremitas bawah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.2
- Deskripsi: Perawatan luka dan perawatan luka ulkus
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- E11.9: Pasien Tn. A didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi.
- I10: Pasien Tn. A juga menderita hipertensi esensial (primer).
- E78.5: Pasien Tn. A memiliki masalah hiperkolesterolemia.
- I73.9: Pasien Tn. A mengalami penyakit arteri perifer yang tidak dispesifikasi.
- L97.9: Pasien Tn. A memiliki ulkus pada ekstremitas bawah yang tidak dispesifikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- 99.2: Prosedur perawatan luka dan perawatan luka ulkus yang dilakukan pada Tn. A.
Secara keseluruhan, Tn. A memiliki kondisi medis yang kompleks dengan diagnosis diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, hiperkolesterolemia, penyakit arteri perifer, dan ulkus pada ekstremitas bawah. Penanganan yang tepat, termasuk manajemen penyakit, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan luka, sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 13659 | 10 Mar 2025
Klinis : Case study Untuk Praktikum topik 6 s/d 12 TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari , makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB : 80, TB : 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir “saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja”. Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn ) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan [00051]
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mendapatkan bantuan untuk memelihara kesehatan.
Penjelasan: Tn. A memiliki masalah dalam mengelola penyakitnya, seperti tidak rutin memeriksakan diri ke puskesmas, tidak mengikuti diet yang dianjurkan, dan tidak teratur mengonsumsi obat-obatan untuk hipertensi dan kolesterol.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit [00047]
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan: Tn. A memiliki luka pada telapak kaki yang tidak diketahui sebelumnya, menunjukkan adanya risiko gangguan integritas kulit.
3. Kelelahan [00093]
Definisi: Sensasi fisik dan/atau mental yang berkurang secara substansial dari kemampuan normal untuk melakukan aktivitas.
Penjelasan: Tn. A menghabiskan banyak waktu duduk dan tidur, menunjukkan adanya kelelahan yang dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Berat Badan [00232]
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Penjelasan: Tn. A memiliki berat badan yang bertambah beberapa bulan terakhir, menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi akibat kelebihan berat badan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan: Definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan
- Risiko Gangguan Integritas Kulit: Definisi, karakteristik, faktor yang meningkatkan risiko
- Kelelahan: Definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Berat Badan: Definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Kesehatan
- Integritas Kulit
- Aktivitas Sehari-hari
- Status Gizi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Kesehatan: Edukasi, Konseling, Kolaborasi
- Perawatan Luka: Perawatan Luka, Debridemen
- Manajemen Kelelahan: Manajemen Energi, Aktivitas Fisik
- Manajemen Nutrisi: Edukasi Diet, Monitoring Intake Nutrisi -
Article No. 13660 | 10 Mar 2025
Klinis : intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intoleransi aktivitas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas dicirikan oleh gejala-gejala seperti cepat lelah, kelelahan yang tidak sebanding dengan aktivitas, keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan tanda-tanda vital selama aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan intoleransi aktivitas adalah peningkatan toleransi terhadap aktivitas, penurunan tanda-tanda vital selama aktivitas, dan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen energi, pemberian nutrisi yang adekuat, serta edukasi dan konseling tentang aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas membutuhkan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan rencana intervensi yang tepat guna membantu pasien meningkatkan toleransi dan kemampuan beraktivitas. -
Article No. 13661 | 10 Mar 2025
Klinis : Berdasarkan kasus Tn. M, seorang laki-laki berusia 31 tahun dengan pendidikan terakhir SD, dirawat sejak 24 April 2013 di Blora karena mengalami kebingungan selama kurang lebih dua bulan. Ia sering berjalan-jalan di sekitar kampung sambil berbicara sendiri dan kadang-kadang mengucapkan kata-kata kotor. Dalam satu minggu terakhir, klien mengalami gangguan tidur dan tidak mau makan serta minum selama tiga hari, lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Mekanisme kopingnya tergolong maladaptif, di mana ia cenderung menghindari masalah dan kadang-kadang melampiaskan emosi dengan membanting gelas plastik ke lantai. Berdasarkan data subjektif, klien mengakui hanya mandi sekali sehari, malas untuk mandi, jarang keramas (kadang hanya sekali seminggu), jarang menggosok gigi, dan hanya mengganti pakaian satu kali sehari. Data objektif menunjukkan bahwa rambutnya tidak rapi, tubuhnya berbau, pakaiannya kotor, napasnya bau, dan ia menolak mandi. Dari temuan ini, ditegakkan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri dalam berpakaian dan mandi yang berhubungan dengan menurunnya motivasi klien dalam melakukan perawatan diri. Analisis data lebih lanjut menunjukkan bahwa klien hanya mau mandi jika diperintah oleh perawat dan tetap merasa malas untuk melakukannya. Secara objektif, klien tampak kotor, tidak rapi, berbau badan, tampak lemas dan lesu, berjalan tidak tegap, serta sering menyendiri. Kondisi ini menyebabkan klien semakin enggan melakukan perawatan diri, kurang mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sering mondar-mandir di dalam ruangan. Berdasarkan kondisi tersebut, diagnosa keperawatan lain yang ditegakkan adalah menurunnya motivasi dalam merawat diri yang berhubungan dengan isolasi sosial dan perilaku menarik diri. Tentukan terkait Tujuan, Kriteria hasil, Tindakan, Rasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tn. M.
Diagnosa Keperawatan 1:
Defisit Perawatan Diri dalam Berpakaian dan Mandi
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri dalam berpakaian dan mandi secara mandiri.
Tujuan:
Setelah diberikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan perawatan diri dalam berpakaian dan mandi secara mandiri.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Klien dapat menjelaskan pentingnya melakukan perawatan diri dalam berpakaian dan mandi.
2. Klien dapat melakukan perawatan diri dalam berpakaian dan mandi dengan bantuan minimal.
3. Klien menunjukkan peningkatan kerapian, kebersihan, dan bau badan yang lebih baik.
Tindakan Keperawatan (SIKI):
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri.
2. Motivasi dan libatkan klien untuk melakukan perawatan diri.
3. Sediakan alat bantu dan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan diri.
4. Berikan bimbingan dan latihan secara bertahap dalam melakukan perawatan diri.
5. Evaluasi progress klien dan berikan umpan balik yang positif.
Diagnosa Keperawatan 2:
Penurunan Motivasi Merawat Diri
Definisi: Penurunan dorongan internal untuk melakukan perawatan diri yang dibutuhkan.
Tujuan:
Setelah diberikan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat meningkatkan motivasi dalam melakukan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Klien dapat menjelaskan manfaat dan pentingnya melakukan perawatan diri.
2. Klien menunjukkan peningkatan frekuensi dan kualitas dalam melakukan perawatan diri.
3. Klien menunjukkan peningkatan interaksi sosial dan penurunan perilaku menarik diri.
Tindakan Keperawatan (SIKI):
1. Kaji faktor-faktor yang memengaruhi motivasi klien dalam merawat diri.
2. Identifikasi dan mobilisasi sumber daya internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan motivasi klien.
3. Libatkan keluarga/significant others dalam mendukung dan memotivasi klien.
4. Berikan penguatan positif dan umpan balik yang konstruktif saat klien melakukan perawatan diri.
5. Pantau secara berkala peningkatan motivasi dan perawatan diri klien.
Rasional:
Diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang dirumuskan berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan dan motivasi Tn. M dalam melakukan perawatan diri, sehingga dapat mencapai kebersihan dan kerapian diri yang lebih baik, serta dapat berinteraksi dengan orang lain secara lebih optimal. -
Article No. 13662 | 10 Mar 2025
Klinis : nyonya d umur 21 tahun datang ke ugd dengan keluhan setiap malam kesulitan bernapas dan mengalami batuk(ronkhi), pusing . pemeriksaan lainnya TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36 derajat, Rr: 21x/menit sebutkan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Nyonya D adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab yang mungkin: Produksi sekret yang berlebihan, Kekuatan batuk yang tidak efektif, Obstruksi jalan napas.
b. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
Penyebab yang mungkin: Kelelahan otot pernapasan, Penyakit pernapasan, Kecemasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak lagi mengalami ronki/suara napas tambahan.
b. Status Pernapasan
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Pasien tidak lagi mengalami sesak napas atau distres pernapasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas
- Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif
- Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi nebulizer, bronkodilator, atau kortikosteroid
b. Manajemen Pernapasan
- Pantau tanda-tanda vital (frekuensi napas, saturasi oksigen, nadi)
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi oksigen jika diperlukan
c. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang tepat
- Latih teknik manajemen kecemasan (misalnya napas dalam, relaksasi)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada masalah pasien, diharapkan dapat tercapai luaran/output yang diharapkan dan membantu pasien untuk memulihkan kondisi pernapasannya secara optimal. -
Article No. 13665 | 10 Mar 2025
Klinis : TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari, makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB: 80, TB: 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir "saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja". Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijabarkan, berikut adalah beberapa Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri
- SDKI: Individu yang tidak mampu melakukan atau tidak mau melakukan tindakan untuk mengatur atau mengintegrasikan aspek-aspek perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan atau memelihara kesehatan.
- SLKI: Individu mampu melakukan perawatan diri yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk membantu individu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi dalam melakukan perawatan diri yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan
- SDKI: Individu tidak mengikuti regimen pengobatan atau perawatan yang telah disepakati.
- SLKI: Individu patuh terhadap regimen pengobatan atau perawatan yang telah disepakati.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk membantu individu mematuhi regimen pengobatan atau perawatan yang telah disepakati.
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- SDKI: Individu mengalami keletihan fisik dan/atau mental yang berkepanjangan dan tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan.
- SLKI: Individu mempertahankan tingkat energi yang adekuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk membantu individu meningkatkan dan mempertahankan tingkat energi yang adekuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Komplikasi Diabetes Melitus
- SDKI: Individu berisiko mengalami komplikasi akut atau kronis yang disebabkan oleh diabetes melitus.
- SLKI: Individu bebas dari komplikasi akut atau kronis yang disebabkan oleh diabetes melitus.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk membantu individu mencegah atau mengendalikan komplikasi akut atau kronis yang disebabkan oleh diabetes melitus.
Dalam kondisi Tn. A, focus utama intervensi keperawatan adalah membantu meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan keterampilan Tn. A dan keluarganya dalam mengelola penyakit diabetes melitus, mencegah komplikasi, serta memfasilitasi kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Selain itu, intervensi juga perlu diarahkan untuk membantu Tn. A mengatasi kelelahan dan meningkatkan aktivitas fisik yang aman. -
Article No. 13666 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rawat di ruang penyakit bedah, post op laparatomy hari kedua. Hasil pemeriksaan pasien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Skala nyeri 6 (0-10), pasien tampak lemas dan tidak nafsu makan. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu 37,2°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri yang dapat diidentifikasi dengan cepat dan berat, disebabkan oleh penyakit atau cedera yang sedang berlangsung.
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Pengendalian Nyeri
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan yang melebihi jumlah yang dapat diganti.
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Pemantauan Cairan
3. Kelelahan
- SDKI: Keadaan yang ditandai dengan kapasitas menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan sumber daya.
- SLKI: Manajemen Kelelahan
- SIKI: Pemulihan Energi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
- Pasien mengeluh nyeri setelah pembedahan laparatori pada hari kedua, dengan skala nyeri 6 (0-10).
- Tujuan intervensi adalah untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Intervensi dapat mencakup pemberian analgesik, teknik non-farmakologis, dan manajemen lingkungan.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Pasien tampak lemas dan tidak nafsu makan setelah pembedahan, yang dapat meningkatkan risiko kekurangan volume cairan.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Intervensi dapat mencakup pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta pemberian cairan intravena jika diperlukan.
3. Kelelahan:
- Pasien tampak lemas setelah pembedahan, yang dapat menyebabkan kelelahan.
- Tujuan intervensi adalah untuk membantu pasien memulihkan tenaga dan energi.
- Intervensi dapat mencakup pengaturan istirahat dan aktivitas, serta pemberian nutrisi yang adekuat.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk bertanya jika ada pertanyaan lebih lanjut. -
Article No. 13667 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rawat di ruang penyakit bedah, post op laparatomy hari kedua. Hasil pemeriksaan pasien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Skala nyeri 6 (0-10), pasien tampak lemas dan tidak nafsu makan. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu 37,2°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
Gejala dan tanda mayor: Pasien mengeluh nyeri, ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, skala nyeri ≥4.
Gejala dan tanda minor: Pasien tampak gelisah, aktivitas/pergerakan terbatas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Nyeri
Definisi: Hasil akhir yang ditandai dengan pengurangan sensasi tidak nyaman dan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu akibat adanya kerusakan aktual atau potensial pada jaringan.
Kriteria hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien tampak lebih rileks
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenali, mencegah, dan mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Aktivitas:
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri)
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, terapi dingin/hangat)
- Monitor efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap pengurangan nyeri
Penjelasan:
Pasien tersebut mengalami nyeri akut pasca operasi laparatomi hari kedua. Hal ini ditandai dengan keluhan pasien yang tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan, skala nyeri 6 (0-10), dan pasien tampak lemas serta tidak nafsu makan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Penurunan Nyeri, dengan kriteria hasil seperti pasien melaporkan nyeri berkurang, tampak lebih rileks, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Manajemen Nyeri, yang meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik sesuai indikasi, pengajaran teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, serta pemantauan efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap pengurangan nyeri. -
Article No. 13668 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rawat di ruang penyakit bedah, post op laparatomy hari kedua. Hasil pemeriksaan pasien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Skala nyeri 6 (0-10), pasien tampak lemas dan tidak nafsu makan. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu 37,2°C.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan informasi yang diberikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Pasien mengalami keluhan nyeri setelah menjalani laparatomi, dengan skala nyeri 6 dari 10. Kode ICD-10 R52 digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, yang merupakan nyeri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.11
- Deskripsi: Laparotomi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Pasien menjalani prosedur laparatomi pada hari kedua perawatan. Kode ICD-9-CM 54.11 digunakan untuk mengkodekan tindakan laparotomi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Kesimpulan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang penyakit bedah, post-op laparatomi hari kedua, dengan keluhan utama tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan dengan skala nyeri 6 (0-10), tampak lemas dan tidak nafsu makan. Tanda-tanda vital menunjukkan TD 120/80 mmHg, nadi 85x/menit, napas 23x/menit, dan suhu 37,2°C. Kode ICD-10 yang sesuai adalah R52 (Nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain), dan kode ICD-9-CM untuk prosedur yang dilakukan adalah 54.11 (Laparotomi, tidak diklasifikasikan di tempat lain). -
Article No. 13669 | 10 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rawat di ruang penyakit bedah, post op laparatomy hari kedua. Hasil pemeriksaan pasien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Skala nyeri 6 (0-10), pasien tampak lemas dan tidak nafsu makan. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu 37,2°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan:
- Agen cedera biologis (luka pascaoperasi)
Gejala dan Tanda Mayor:
- Pasien melaporkan nyeri dengan skala 6 (0-10)
- Pasien tampak lemas
Gejala dan Tanda Minor:
- Pasien tidak nafsu makan
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan berat nyeri yang dirasakan pasien.
2. Berikan manajemen nyeri yang sesuai (farmakologis dan non-farmakologis).
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang adekuat.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
5. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
6. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi diagnosis keperawatan mengacu pada NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association International).
- Klasifikasi diagnosis keperawatan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar luaran keperawatan yang digunakan adalah Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
- Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus ini adalah penurunan skala nyeri, peningkatan asupan nutrisi, dan peningkatan kualitas tidur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar intervensi keperawatan yang digunakan adalah Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dan manajemen tidur.