Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13782 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 17: Seorang batita perempuan berumur 2,5 tahun dirawat dengan demam Typhoid. Anak mendapatkan terapi injeksi antibiotik dengan dosis 3 x 150 mg. Sediaan vial yang ada berisi 1 gram bubuk yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades. Pertanyaan: a. Berapa ml sediaan antibiotik yang diinjeksikan pada anak setiap kali pemberian? b. Jika pengenceran yang dilakukan adalah sebanyak 10 ml aquades, maka berapa ml sediaan antibiotik yang diambil? c. Tuliskan SOP tindakan mempersiapkan sediaan obat injeksi, dan praktikan saat bimbingan praktikum laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Anak batita dengan demam Typhoid dapat mengalami penurunan nafsu makan dan asupan makanan yang tidak mencukupi, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi antara asupan dan kebutuhan tubuh.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, penurunan massa otot, lemah, malnutrisi, anoreksia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Keseimbangan nutrisi terpenuhi.
Indikator: Berat badan sesuai usia, lingkar lengan atas normal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Nutrisi, Pemberian Makanan.
Jawaban untuk pertanyaan:
a. Untuk dosis antibiotik 3 x 150 mg dan sediaan vial 1 gram yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades, maka setiap kali pemberian injeksi akan diberikan 1 ml sediaan antibiotik.
b. Jika pengenceran dilakukan dengan 10 ml aquades, maka sediaan antibiotik yang diambil adalah 2 ml.
c. SOP Mempersiapkan Sediaan Obat Injeksi:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Siapkan obat, pelarut, dan alat sesuai kebutuhan.
3. Hitung dosis obat yang akan diberikan.
4. Masukkan pelarut ke dalam vial obat, lalu kocok hingga homogen.
5. Tarik volume larutan sesuai dosis yang dibutuhkan.
6. Periksa kembali dosis yang akan diberikan.
7. Berikan injeksi sesuai teknik yang benar.
8. Buang alat bekas pakai ke tempat sampah.
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Praktikkan tindakan ini saat bimbingan praktikum laboratorium. Pastikan Anda mengikuti langkah-langkah dengan teliti dan mengutamakan keselamatan pasien. -
Article No. 13783 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 17: Seorang batita perempuan berumur 2,5 tahun dirawat dengan demam Typhoid. Anak mendapatkan terapi injeksi antibiotik dengan dosis 3 x 150 mg. Sediaan vial yang ada berisi 1 gram bubuk yang akan diencerkan dengan 5 ml aquades. Pertanyaan: a. Berapa ml sediaan antibiotik yang diinjeksikan pada anak setiap kali pemberian? b. Jika pengenceran yang dilakukan adalah sebanyak 10 ml aquades, maka berapa ml sediaan antibiotik yang diambil? c. Tuliskan SOP tindakan mempersiapkan sediaan obat injeksi, dan praktikan saat bimbingan praktikum laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Pemberian Antibiotik Intravena
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi adalah keadaan rentan mengalami masuknya dan berkembangnya mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tidak terjadi infeksi selama pemberian antibiotik intravena.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Pemberian Obat Intravena, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Demam.
a. Perhitungan Dosis Antibiotik:
Diketahui:
- Dosis antibiotik: 3 x 150 mg
- Sediaan vial: 1 gram bubuk diencerkan dengan 5 ml aquades
Untuk menghitung volume sediaan antibiotik yang diinjeksikan:
Dosis tiap pemberian = 150 mg
Volume sediaan setelah diencerkan = 5 ml
Konsentrasi antibiotik = 1000 mg / 5 ml = 200 mg/ml
Volume sediaan antibiotik yang diinjeksikan = 150 mg / 200 mg/ml = 0,75 ml
b. Perhitungan Dosis Antibiotik dengan Pengenceran 10 ml:
Jika pengenceran dilakukan dengan 10 ml aquades, maka konsentrasi antibiotik = 1000 mg / 10 ml = 100 mg/ml
Volume sediaan antibiotik yang diambil = 150 mg / 100 mg/ml = 1,5 ml
c. SOP Mempersiapkan Sediaan Obat Injeksi:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. Periksa label obat, tanggal kadaluarsa, dan keutuhan kemasan.
3. Hitung dosis yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien.
4. Encerkan obat sesuai petunjuk dengan volume pengencer yang tepat.
5. Pastikan larutan homogen dan tidak ada partikel.
6. Tarik larutan ke dalam spuit sesuai volume yang dibutuhkan.
7. Periksa kembali label obat, dosis, dan volume yang akan diinjeksikan.
8. Jalankan tindakan pemberian obat intravena dengan teknik aseptik.
9. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan respon pasien selama dan setelah pemberian obat.
10. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan. -
Article No. 13784 | 11 Mar 2025
Klinis : sesek nafas batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi sesak nafas disertai batuk berdasarkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas disertai batuk adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret, benda asing, atau obstruksi lainnya, sehingga menyebabkan ketidakefektifan dalam bernapas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Individu dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam batas normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki, dll)
d. Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Pengendalian Batuk: Individu dapat mengendalikan batuk secara efektif, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi batuk berkurang
b. Intensitas batuk menurun
c. Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
d. Tidak menimbulkan rasa sakit atau kelelahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan pengisapan (suction) jalan napas jika diperlukan
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
d. Posisikan tubuh untuk memfasilitasi ventilasi
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diindikasikan
2. Manajemen Batuk
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang memperburuk batuk
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu batuk
c. Berikan suara gaduh (misalnya mengetuk-ngetuk dada) untuk membantu pengeluaran sekret
d. Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya antitusif, mukolitik)
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi sesak nafas disertai batuk yang disebabkan oleh adanya obstruksi atau akumulasi sekret di saluran napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi dan memfasilitasi pengeluaran sekret secara efektif, sehingga dapat memperbaiki pola napas dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Luaran yang diharapkan mencakup perbaikan pada frekuensi napas, irama napas, eliminasi suara napas tambahan, kemampuan mengeluarkan sekret, dan saturasi oksigen yang normal. Selain itu, juga diharapkan dapat mengendalikan batuk dengan menurunnya frekuensi, intensitas, dan kemampuan mengeluarkan sekret secara efektif tanpa menimbulkan rasa sakit atau kelelahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas dan manajemen batuk. Manajemen jalan napas bertujuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas agar tetap bebas dari obstruksi, sedangkan manajemen batuk bertujuan untuk mengendalikan batuk dan memfasilitasi pengeluaran sekret. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dilakukan jika diperlukan untuk mengatasi kondisi yang kompleks.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik diharapkan dapat membantu pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi bersihan jalan napas serta pengendalian batuk. -
Article No. 13595 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. R usia 52 tahun dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir, mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit, mudah lelah, nyeri perut kanan atas, dan pembengkakan tungkai. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu dan pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat, mual, dan anoreksia sekunder perubahan patologis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi, gejala kelelahan, dan malnutrisi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat sekunder asites.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, asites, dan edema.
5. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen sekunder asites.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tingkat asupan nutrisi, Status gizi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nutrisi, Manajemen mual dan muntah.
2. SDKI: Intoleransi aktivitas.
SLKI: Tingkat toleransi aktivitas, Tingkat energi.
SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan.
3. SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif.
SLKI: Permeabilitas jalan napas, Status pernapasan.
SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen asites.
4. SDKI: Gangguan integritas kulit.
SLKI: Integritas kulit, Tingkat edema.
SIKI: Perawatan luka, Manajemen edema.
5. SDKI: Nyeri akut.
SLKI: Tingkat nyeri, Kontrol nyeri.
SIKI: Manajemen nyeri, Manajemen asites. -
Article No. 13596 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran cairan yang ditandai dengan mual, muntah, dan asites.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami pengurangan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan tanda-tanda dan gejala kekurangan volume cairan yang membaik, seperti intake dan output cairan yang seimbang, mukosa mulut lembab, dan edema yang berkurang.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan cairan masuk dan keluar, pemberian cairan intravena, pengaturan asupan nutrisi dan cairan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan perubahan patologis pada hati dan limpa yang ditandai dengan nyeri perut kanan atas dan pembengkakan tungkai.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan penurunan intensitas nyeri, kemampuan mengelola nyeri yang meningkat, dan peningkatan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3. Risiko malnutrisi berhubungan dengan nafsu makan yang menurun dan penyerapan nutrisi yang terganggu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI: Risiko malnutrisi adalah kondisi yang menunjukkan adanya kemungkinan terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan status nutrisi yang membaik, dengan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan intake nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian nutrisi, pemberian makanan dan suplemen sesuai kebutuhan, dan kolaborasi dengan ahli gizi. -
Article No. 13597 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. R, dapat ditentukan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Hepatorenal
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Hepatorenal
- SDKI: Penurunan aliran darah ke organ hati dan ginjal yang menyebabkan penurunan fungsi organ.
- SLKI: Peningkatan kadar bilirubin total dan bilirubin direk, penurunan albumin, peningkatan INR.
- SIKI: Pemberian terapi antikoagulan, monitor aktivitas dan tanda-tanda perdarahan, pemantauan hasil laboratorium.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh anoreksia.
- SLKI: Penurunan berat badan, kadar albumin rendah.
- SIKI: Pengaturan diet, pemberian nutrisi oral/enteral, monitor asupan dan output cairan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang disebabkan oleh kelemahan umum.
- SLKI: Penurunan kekuatan otot, mudah lelah.
- SIKI: Pemberian terapi oksigen, evaluasi toleransi aktivitas, latihan fisik bertahap.
4. Risiko Perdarahan
- SDKI: Peningkatan kemungkinan terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh penyakit hati kronis.
- SLKI: Peningkatan INR, trombositopenia.
- SIKI: Pemberian terapi antikoagulan, monitor tanda-tanda perdarahan, kolaborasi dengan tim medis.
Secara singkat, kondisi Tn. R menunjukkan adanya penyakit hati kronis (kemungkinan sirosis hati) yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan hepatorenal, ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan risiko perdarahan. Perencanaan dan intervensi keperawatan harus ditujukan untuk menangani permasalahan-permasalahan tersebut. -
Article No. 13598 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tn R adalah:
1. Gangguan sirkulasi intrakardiak berhubungan dengan gagal hati ditandai dengan asites, edema tungkai, dan splenomegali.
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Sirkulasi Intrakardiak
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keefektifan Sirkulasi Perifer
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Cairan dan Elektrolit
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan keluhan mudah lelah.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
4. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar dan splenomegali.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat gagal hati.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
Penjelasan singkat:
1. Gangguan sirkulasi intrakardiak: Adanya asites, edema tungkai, dan splenomegali menunjukkan gangguan fungsi hati yang menyebabkan peningkatan tekanan vena, retensi cairan, dan gangguan sirkulasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Anoreksia, mual, dan muntah dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi sehingga terjadi malnutrisi.
3. Intoleransi aktivitas: Penurunan energi dan mudah lelah disebabkan oleh gangguan fungsi hati yang menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan.
4. Nyeri akut: Pembengkakan hepar dan splenomegali dapat menyebabkan nyeri akut di abdomen.
5. Risiko infeksi: Gangguan fungsi hati menyebabkan penurunan sistem imun sehingga meningkatkan risiko infeksi. -
Article No. 13599 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn R dengan usia 52 tahun memiliki gejala yang mengarah pada diagnosis keperawatan Sirosis Hati. Berikut adalah penjelasan singkat terkait Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Sirosis Hati
Penjelasan Singkat:
Sirosis hati adalah suatu kondisi kronis yang ditandai dengan kerusakan progresif pada jaringan hati yang mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan gangguan fungsi hati. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konsumsi alkohol yang berlebihan dan infeksi virus hepatitis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan fungsi hati
- Risiko perdarahan
- Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Intoleransi aktivitas
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Fungsi hati membaik
- Tidak terjadi perdarahan
- Status nutrisi membaik
- Toleransi aktivitas meningkat
- Bersihan jalan napas efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan fungsi hati
- Pencegahan perdarahan
- Manajemen nutrisi
- Peningkatan toleransi aktivitas
- Peningkatan bersihan jalan napas
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau tanda-tanda vital, status cairan, dan tanda-tanda perdarahan
- Mengatur asupan nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Memberikan edukasi terkait penyakit dan pentingnya menghindari konsumsi alkohol
- Memfasilitasi aktivitas sesuai toleransi pasien
- Memantau fungsi pernafasan dan mempertahankan bersihan jalan napas -
Article No. 13600 | 10 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: • Laboratorium: o Hb: 10 g/dL o Leukosit: 9.500/mm³ o Trombosit: 80.000/mm³ o SGOT: 95 U/L o SGPT: 72 U/L o Albumin: 2,8 g/dL o Bilirubin total: 4,2 mg/dL o Bilirubin direct: 2,5 mg/dL o INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 • USG Abdomen: o Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata o Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang o Splenomegali (+) • Endoskopi: o Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosis Keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tn R adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Terkait Gangguan Fungsi Hati Sekunder Sirosis Hati
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan
SLKI: Pemulihan Perfusi Jaringan
SIKI: Manajemen Gangguan Perfusi Jaringan
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan perfusi jaringan yang ditandai dengan adanya asites, edema tungkai, dan splenomegali. Hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi hati akibat sirosis hati yang dialami pasien.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Terkait Penurunan Nafsu Makan
SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
SLKI: Keseimbangan Nutrisi
SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan muntah, yang dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Gejala Neurosensorik Terkait Efek Samping Gangguan Fungsi Hati
SDKI: Gejala Neurosensorik
SLKI: Pemulihan Fungsi Neurosensorik
SIKI: Manajemen Gejala Neurosensorik
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala neurosensorik berupa gatal pada kulit, yang dapat disebabkan oleh efek samping gangguan fungsi hati akibat sirosis hati.
4. Intoleransi Aktivitas Terkait Kelelahan
SDKI: Intoleransi Aktivitas
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan mudah lelah, yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
5. Nyeri Akut Terkait Proses Penyakit
SDKI: Nyeri Akut
SLKI: Pemulihan Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri perut pada kuadran kanan atas, yang dapat disebabkan oleh proses penyakit sirosis hati.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13601 | 10 Mar 2025
Klinis : Duh tubuh pada urethra + dysuria
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dapatkah Saya Bantu Anda?
1. Kode ICD-10:
- Kode: N34.0
- Deskripsi: Uretritis, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Lainnya prosedur terapeutik pada uretra
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu "Duh tubuh pada urethra + dysuria", diagnosis yang sesuai adalah Uretritis (N34.0) dalam klasifikasi ICD-10. Uretritis adalah peradangan pada uretra, yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau iritasi lainnya.
Kode ICD-9-CM 59.8 "Lainnya prosedur terapeutik pada uretra" dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi ini, seperti pemberian obat, irigasi uretra, atau prosedur lainnya yang bertujuan untuk mengobati atau mengelola gejala uretritis.
Perlu diperhatikan bahwa penentuan diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang, seperti dokter atau perekam medis, setelah melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan yang komprehensif.