Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15628 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal, usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. Pertanyaan: a. Berapakah derajat ikterus bayi tersebut menurut penilaian Kramer? pada area tubuh manakah terlihat ikterus yang paling jelas saat pemeriksaan fisik? b. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi untuk membantu menegakkan diagnosis? Berapakah nilai/hasil pemeriksaan yang dikatakan patologis? c. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut? d. Persiapkan bayi untuk fototerapi, tuliskan SOP tindakan pelaksanaan fototerapi, dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan analisa berdasarkan kasus yang Anda berikan.
a. Berdasarkan uraian kasus, bayi perempuan usia 4 hari tersebut memiliki ikterus yang terlihat pada area kepala sampai di atas lutut. Menurut penilaian Kramer, ikterus pada bayi tersebut berada pada derajat III, dimana ikterus terlihat jelas pada area kepala, wajah, leher, dada, perut, dan pinggang.
b. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi tersebut adalah pemeriksaan kadar bilirubin total. Nilai bilirubin total yang dikatakan patologis pada bayi prematur usia 4 hari adalah > 10 mg/dL.
c. Berdasarkan kasus, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Hiperbilirubinemia berhubungan dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
d. Persiapan bayi untuk fototerapi:
1. Siapkan inkubator atau tempat tidur khusus fototerapi.
2. Letakkan bayi dalam posisi terlentang dengan mata dan genital diproteksi.
3. Pajang bayi dengan cahaya biru (400-500 nm) selama 12-18 jam per hari, bergantian dengan interval istirahat.
4. Pantau suhu tubuh, tanda-tanda vital, dan intake/output cairan secara berkala.
5. Berikan nutrisi adekuat melalui ASI atau susu formula.
6. Lakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 4-6 jam.
SOP Tindakan Fototerapi:
1. Cuci tangan sesuai prosedur sebelum memulai tindakan.
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, seperti inkubator atau tempat tidur khusus fototerapi, kain pelindung mata, dan termometer.
3. Posisikan bayi terlentang dalam inkubator atau tempat tidur khusus fototerapi.
4. Pasang kain pelindung mata dan genital bayi.
5. Nyalakan sumber cahaya biru sesuai waktu yang telah ditentukan.
6. Pantau suhu tubuh bayi setiap 1 jam dan catat hasilnya.
7. Lakukan perawatan bayi sesuai kebutuhan, seperti pemberian ASI atau susu formula.
8. Lakukan evaluasi dan dokumentasi tindakan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 15629 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal,usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. Pertanyaan: a. Berapakah derajat ikterus bayi tersebut menurut penilaian Kramer? pada area tubuh manakah terlihat ikterus yang palingjelas saat pemeriksaan fisik? b. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi untuk membantu menegakkan diagnosis? Berapakah nilai/hasil pemeriksaan yang dikatakan patologis? c. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut? d. Persiapkan bayi untuk fototerapi, tuliskan SOP tindakan pelaksanaan fototerapi, dan praktikan saat bimbinganlaboratorium?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan. Berikut adalah jawaban saya berdasarkan kasus yang diberikan:
a. Derajat ikterus bayi menurut penilaian Kramer adalah derajat 3-4. Pada pemeriksaan fisik, ikterus paling jelas terlihat pada area kepala sampai di atas lutut.
b. Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin total dan bilirubin tidak terkonjugasi. Nilai bilirubin total yang dianggap patologis pada bayi prematur dengan usia gestasi 35 minggu adalah >10 mg/dL.
c. Diagnosis keperawatan yang sesuai pada kasus ini adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperbilirubinemia
2. Hipotermi berhubungan dengan hiperbilirubinemia
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
d. Persiapan bayi untuk fototerapi:
- Letakkan bayi dalam inkubator atau di bawah sinar ultraviolet, tanpa pakaian, hanya memakai popok
- Tutup mata bayi dengan penutup mata khusus untuk mencegah efek samping pada mata
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan bilirubin setiap 4-6 jam
SOP Tindakan Pelaksanaan Fototerapi:
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan (lampu fototerapi, inkubator, penutup mata, termometer, dll)
2. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Letakkan bayi dalam inkubator atau di bawah sinar lampu fototerapi, tanpa pakaian, hanya popok
4. Tutup mata bayi dengan penutup mata khusus
5. Nyalakan lampu fototerapi dan atur jarak sesuai petunjuk
6. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan kadar bilirubin setiap 4-6 jam
7. Lakukan perawatan kulit bayi (menjaga kehangatan, mencegah iritasi kulit)
8. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif
2. Suhu tubuh dalam rentang normal
3. Keseimbangan nutrisi: sesuai kebutuhan tubuh
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau dan atur frekuensi napas
2. Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
3. Fasilitasi pemberian ASI
4. Pantau asupan dan output cairan
5. Lakukan fototerapi sesuai prosedur
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
a. Penilaian ikterus berdasarkan Kramer dilakukan dengan melihat area tubuh yang tampak ikterik, di mana ikterus paling jelas terlihat pada area kepala sampai di atas lutut.
b. Pemeriksaan kadar bilirubin total dan bilirubin tidak terkonjugasi penting untuk menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia. Nilai bilirubin total yang patologis pada bayi prematur usia 35 minggu adalah >10 mg/dL.
c. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan masalah utama yang ditemukan, yaitu gangguan pola napas, hipotermi, dan gangguan nutrisi.
d. Persiapan dan pelaksanaan fototerapi dilakukan sesuai dengan prosedur untuk membantu menurunkan kadar bilirubin dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan. -
Article No. 15630 | 15 Apr 2025
Klinis : Kasus 20: Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal,usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. Pertanyaan: a. Berapakah derajat ikterus bayi tersebut menurut penilaian Kramer? pada area tubuh manakah terlihat ikterus yang palingjelas saat pemeriksaan fisik? b. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada bayi untuk membantu menegakkan diagnosis? Berapakah nilai/hasil pemeriksaan yang dikatakan patologis? c. Tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut? d. Persiapkan bayi untuk fototerapi, tuliskan SOP tindakan pelaksanaan fototerapi, dan praktikan saat bimbinganlaboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
a. Derajat ikterus bayi menurut penilaian Kramer adalah derajat 3. Pada pemeriksaan fisik, ikterus paling jelas terlihat pada area kepala sampai di atas lutut.
b. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin. Nilai bilirubin total yang dikatakan patologis pada bayi prematur usia 4 hari adalah > 10 mg/dL.
c. Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas sistem saraf pusat.
2. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas pengaturan suhu tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan kemampuan menelan dan menghisap.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imun.
d. Persiapan bayi untuk fototerapi:
1. Letakkan bayi dalam inkubator atau tempat tidur radiant dengan menggunakan popok minimal.
2. Pastikan pencahayaan cukup dengan lampu fototerapi dengan intensitas 30-40 µW/cm2/nm.
3. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, asupan nutrisi, dan output urine secara berkala.
4. Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus fototerapi.
5. Pertahankan suhu ruangan 28-32°C dan kelembaban 40-60%.
SOP Tindakan Pelaksanaan Fototerapi:
1. Cuci tangan sesuai prosedur.
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Identifikasi bayi dan jelaskan tindakan kepada orangtua.
4. Letakkan bayi dalam inkubator atau tempat tidur radiant dengan posisi terlentang.
5. Pasang penutup mata pada bayi.
6. Aktifkan lampu fototerapi dan atur intensitas cahaya.
7. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, asupan nutrisi, dan output urine secara berkala.
8. Catat semua tindakan dan respon bayi.
9. Evaluasi efektivitas fototerapi.
10. Cuci tangan setelah selesai.
Praktikkan tindakan fototerapi saat bimbingan laboratorium sesuai dengan SOP yang telah disampaikan. -
Article No. 15631 | 15 Apr 2025
Klinis : Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal,usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. diagnosa yang tepat yaitu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Peningkatan Bilirubin".
Penjelasan:
Kondisi bayi perempuan usia 4 hari dengan manifestasi jaundice/ikterik menunjukkan adanya peningkatan bilirubin dalam darah, yang dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Hal ini terlihat dari gejala klinis, seperti sklera tampak ikterik, kulit bayi berwarna kuning, suhu tubuh rendah, dan bayi tampak lemah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer: Tanda-tanda dan gejala ikterik/jaundice menurun.
2. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Suhu tubuh, frekuensi napas, dan nadi berada dalam batas normal.
3. Perilaku Menyusu: Bayi dapat menyusu dengan efektif.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur dan memantau suhu tubuh, frekuensi napas, dan nadi secara berkala.
2. Pengaturan Lingkungan: Menjaga suhu lingkungan yang nyaman untuk bayi, mencegah hipotermia.
3. Manajemen Nutrisi: Memfasilitasi dan mendukung pemberian ASI atau susu formula secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
4. Manajemen Hiperbilirubenemia: Memantau perkembangan ikterik/jaundice, memberikan tindakan fototerapi jika diperlukan, dan memfasilitasi pemeriksaan bilirubin sesuai indikasi.
5. Edukasi kepada Orang Tua: Memberikan edukasi tentang tanda dan gejala hiperbilirubinemia, pentingnya pemberian ASI, dan pemantauan tanda-tanda vital bayi.
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, dan mendukung perilaku menyusu yang efektif pada bayi. Pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan lingkungan, dan manajemen nutrisi bertujuan untuk mencegah komplikasi akibat hiperbilirubinemia. Manajemen hiperbilirubinemia dengan tindakan fototerapi jika diperlukan, serta edukasi kepada orang tua, bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin dan memastikan pemantauan yang berkelanjutan. -
Article No. 15632 | 15 Apr 2025
Klinis : Bayi perempuan, umur 4 hari dirawat di ruang perinatologi dengan manifestasi jaundice/ikterik. Bayi lahir secara normal,usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir 2500 gram. Hasil pengkajian didapatkan sklera tampak ikterik, bayi terlihat kuning pada area kepala sampai dengan di atas lutut, kulit teraba dingin, suhu tubuh 36,70C, frekuensi napas 38 x/menit, nadi 116 x/menit. Menurut ibu, bayi malas menetek dan tampak lemah. diagnosa yang tepat yaitu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Hiperbilirubinemia Neonatal
Definisi: Peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada bayi baru lahir.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Kadar Bilirubin
- Kriteria hasil: Kadar bilirubin turun hingga dalam batas normal untuk usia bayi.
- Indikator: Pemeriksaan kadar bilirubin menurun secara bertahap.
2. Integritas Kulit Membaik
- Kriteria hasil: Warna kulit membaik, tidak ikterik lagi.
- Indikator: Pemeriksaan fisik menunjukkan kulit tidak ikterik.
3. Peningkatan Aktivitas Minum
- Kriteria hasil: Bayi menyusu dengan baik.
- Indikator: Bayi minum dengan kuat dan aktif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Kadar Bilirubin
- Pemeriksaan kadar bilirubin serum secara berkala.
- Observasi tanda-tanda klinik hiperbilirubinemia (ikterik).
2. Manajemen Hiperbilirubinemia
- Pemberian terapi fototerapi (bila indikasi).
- Pemantauan tanda-tanda komplikasi hiperbilirubinemia.
- Edukasi kepada orang tua tentang penatalaksanaan hiperbilirubinemia.
3. Optimalisasi Nutrisi
- Fasilitasi pemberian ASI secara dini dan sering.
- Pantau intake dan output cairan.
- Berikan suplemen/cairan intravena bila diperlukan.
4. Manajemen Suhu Tubuh
- Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Lakukan tindakan penghangatan bila diperlukan.
5. Pemantauan Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Identifikasi adanya perubahan tanda vital yang tidak normal.
Penjelasan rinci:
Hiperbilirubinemia neonatal merupakan kondisi dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti prematuritas, kelahiran normal, dan sebagainya. Tujuan asuhan keperawatan adalah menurunkan kadar bilirubin, memperbaiki integritas kulit, dan meningkatkan aktivitas minum bayi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan kadar bilirubin, manajemen hiperbilirubinemia, optimalisasi nutrisi, manajemen suhu tubuh, dan pemantauan tanda vital. Semua tindakan ini dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi bayi. -
Article No. 15633 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki jari tangan sulit menekuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan otot pada jari tangan dan kaki.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, keterbatasan lingkup gerak sendi, rasa sakit, atau penurunan toleransi aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah peningkatan mobilitas fisik, yang ditandai dengan peningkatan rentang gerak sendi, penurunan kekakuan otot, dan peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Terapi latihan, seperti ROM (Range of Motion) dan latihan fleksibilitas
- Penggunaan alat bantu, seperti splint atau brace
- Teknik relaksasi otot
- Manajemen nyeri
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya mobilisasi dan perawatan anggota gerak.
Peran perawat dalam menangani kondisi ini adalah melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan keperawatan, melaksanakan intervensi sesuai kebutuhan pasien, dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 15634 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki jari tangan sulit menekuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki, serta kesulitan menekuk jari tangan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI, 2017). Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, fleksibilitas, atau koordinasi otot." Pasien mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki, serta kesulitan menekuk jari tangan, yang menunjukkan adanya keterbatasan dalam gerakan fisik.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Peningkatan Pergerakan Sendi (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak dan fleksibilitas sendi jari tangan dan kaki.
2. Peningkatan Kekuatan Otot (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot jari tangan dan kaki.
3. Peningkatan Aktivitas Fisik (SLKI, 2019): Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Terapi Latihan (SIKI, 2018): Memberikan latihan fisik untuk meningkatkan rentang gerak, fleksibilitas, dan kekuatan otot jari tangan dan kaki. Contoh latihan dapat berupa gerakan peregangan, gerakan sendi pasif, dan latihan kekuatan otot.
2. Manajemen Nyeri (SIKI, 2018): Mengelola nyeri atau kekakuan yang dirasakan pasien selama melakukan latihan. Dapat menggunakan teknik farmakologis dan non-farmakologis, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan distraksi.
3. Perawatan Anggota Gerak (SIKI, 2018): Melakukan perawatan dan perawatan pada jari tangan dan kaki pasien, seperti memijat dan memobilisasi sendi untuk meningkatkan rentang gerak.
4. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018): Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan fisik, teknik perawatan anggota gerak, dan strategi untuk mengelola gejala yang dialami.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik ditegakkan karena pasien mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh kekakuan dan kesulitan menekuk jari tangan dan kaki. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan pergerakan sendi, kekuatan otot, dan aktivitas fisik sehari-hari. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah terapi latihan untuk meningkatkan rentang gerak dan kekuatan otot, manajemen nyeri untuk mengelola gejala yang dirasakan, perawatan anggota gerak untuk memobilisasi sendi, dan edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga. -
Article No. 15635 | 15 Apr 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 1 hari dirawat di NICU dengan riwayat persalinan normal dengan usia gestasi 32 minggu. Hasil pengkajian: bay tampak lemah, reflek hisap dan menelan lemah, frekuensi napas 60 x/menit. Ibu mengatakan ASI sudah keluar. diagnosa nya adalah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus bayi perempuan usia 1 hari dengan riwayat persalinan normal usia gestasi 32 minggu yang dirawat di NICU.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas (SDKI 2017)
- Definisi: Ketidakmampuan dalam mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
- Penyebab: Prematuritas, kelemahan otot-otot pernapasan.
- Tanda dan gejala: Frekuensi napas meningkat (60 x/menit), bayi tampak lemah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif (SLKI 2016)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen.
- Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal untuk usia (40-60 x/menit)
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi dinding dada
d. Saturasi oksigen dalam rentang normal (>95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas (SIKI 2018)
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Posisikan bayi pada posisi terlentang dengan kepala agak menengadah untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
b. Lakukan suction oral dan hidung secara hati-hati untuk membebaskan jalan napas.
c. Pantau frekuensi napas, irama, dan retraksi dinding dada.
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Manajemen nutrisi: Menyusu (SIKI 2018)
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pemberian nutrisi melalui menyusu.
- Aktivitas:
a. Bantu ibu untuk menyusui bayi secara aktif, memastikan posisi dan pelekatan yang benar.
b. Pantau kemampuan bayi untuk menyusu, refleks hisap, dan menelan.
c. Berikan ASI perah melalui sonde jika bayi tidak mampu menyusu secara langsung.
d. Dokumentasikan jumlah, frekuensi, dan durasi pemberian ASI.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola napas sangat sesuai dengan kondisi bayi yang memiliki riwayat prematuritas dan tampak lemah, serta mengalami peningkatan frekuensi napas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelemahan otot-otot pernapasan akibat prematuritas.
Luaran yang diharapkan adalah Pola napas efektif, di mana bayi dapat mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi. Kriteria hasil yang perlu dicapai adalah frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, dan saturasi oksigen yang baik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen jalan napas untuk memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, serta Manajemen nutrisi: Menyusu untuk memastikan bayi dapat menyusu secara efektif dan mendapatkan nutrisi yang cukup. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini ditujukan untuk mempertahankan jalan napas terbuka, memantau status pernapasan, serta memfasilitasi pemberian ASI secara langsung atau melalui sonde.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada kondisi bayi, diharapkan bayi dapat mencapai luaran Pola napas efektif sehingga dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat dan mendapatkan nutrisi yang cukup melalui pemberian ASI. -
Article No. 15636 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki jari tangan sulit menekuk pasien mengatakan pernah jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam merespons kondisi pasien yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi, ditandai dengan kekakuan di jari tangan dan kaki, serta jari tangan yang sulit menekuk.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini tepat karena pasien mengalami kekakuan di jari tangan dan kaki, serta kesulitan dalam menekuk jari tangan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kekuatan otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi, yang merupakan karakteristik dari Gangguan Mobilitas Fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Mobilitas Fisik
2. Peningkatan Lingkup Gerak Sendi
3. Peningkatan Kekuatan Otot
Penjelasan:
Luaran ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, yaitu Gangguan Mobilitas Fisik. Peningkatan Mobilitas Fisik, Lingkup Gerak Sendi, dan Kekuatan Otot merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Latihan Gerak Aktif
a. Latihan rentang gerak sendi jari tangan dan kaki
b. Latihan kekuatan otot jari tangan dan kaki
2. Perawatan Ekstremitas
a. Pemijatan ekstremitas
b. Aplikasi panas/dingin pada ekstremitas
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Informasi mengenai pentingnya latihan gerak aktif dan perawatan ekstremitas
b. Demonstrasi dan latihan bersama pasien dan keluarga
Penjelasan:
Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup Terapi Latihan Gerak Aktif untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot, Perawatan Ekstremitas untuk meningkatkan mobilitas fisik, serta Edukasi Pasien dan Keluarga untuk memastikan kepatuhan dan keterlibatan mereka dalam proses pemulihan. Kombinasi dari intervensi-intervensi ini diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu peningkatan mobilitas fisik, lingkup gerak sendi, dan kekuatan otot pasien. -
Article No. 15637 | 15 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan pernah mengalami jatuh pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri pasien mengatakan mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Jatuh adalah kerentanan individu terhadap terjatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien tidak jatuh selama dirawat.
2. Pasien dapat melakukan perilaku untuk mencegah jatuh.
3. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko jatuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Asesmen faktor risiko jatuh
2. Pencegahan jatuh
3. Edukasi pencegahan jatuh
Dengan pasien yang menyatakan pernah mengalami jatuh, dapat melakukan aktivitas secara mandiri, namun mengalami kekakuan di jari tangan dan jari kaki, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Risiko Jatuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah asesmen faktor risiko jatuh, pencegahan jatuh, dan edukasi pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarga.