Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13772 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk.
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk.
c. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Sekunder Akibat Tuberkulosis Paru
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten sebagai akibat dari infeksi tuberkulosis paru.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk akibat infeksi tuberkulosis paru.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk membersihkan jalan napas.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Status Pernapasan
- Pasien menunjukkan pola pernapasan yang normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
- Pasien tidak mengalami retraksi otot pernapasan.
- Pasien memiliki oksigenasi yang adekuat.
c. Kontrol Infeksi
- Pasien tidak memiliki tanda-tanda infeksi.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan.
- Pasien tidak mengalami demam.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan penyedotan jalan napas jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif.
- Berikan terapi inhalasi bronkodilator dan ekspektoran.
- Posisikan pasien untuk memudahkan drainase sekret.
b. Manajemen Pernapasan
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan kortikosteroid jika diindikasikan.
c. Manajemen Infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pengobatan dan pencegahan infeksi.
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
Keseluruhan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, mempertahankan status pernapasan yang adekuat, serta mencegah dan mengendalikan infeksi yang terjadi. -
Article No. 13773 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala yang khas untuk infark miokard akut, dengan nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hasil EKG menunjukkan adanya infark miokard akut. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Pemberian obat trombolitik
Penjelasan:
Dalam penanganan infark miokard akut, pemberian obat trombolitik (seperti streptokinase atau alteplase) dapat dilakukan untuk mengobstruksi trombus dan memulihkan aliran darah ke miokard yang terkena infark. Prosedur ini dapat disertakan dalam perawatan pasien.
Manajemen pasien ini juga akan mencakup pengobatan lainnya, seperti pemberian antiplatelet, antikoagulan, dan tindakan revaskularisasi (bila indikasi). Selain itu, pengontrolan faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes melitus juga merupakan hal penting dalam penatalaksanaan pasien. -
Article No. 13774 | 11 Mar 2025
Klinis : Hiperglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hiperglikemia.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan intoleransi tubuh terhadap glukosa
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan yang dapat diantisipasi dalam toleransi terhadap aktivitas fisik.
- Karakteristik Mayor: Kelelahan, napas pendek saat aktivitas, takikardia, dan pusing.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai kelelahan yang berlebihan, frekuensi nadi dan respirasi berada dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi
- Definisi: Tindakan membantu klien untuk mengatur penggunaan energi sehingga dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi klien, mengajarkan teknik pengaturan aktivitas, dan memantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
Dalam pengelolaan hiperglikemia, intervensi keperawatan yang ditujukan adalah untuk membantu klien dalam mengatasi intoleransi aktivitas yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar glukosa darah. Perawat berperan dalam mengidentifikasi, mengajarkan, dan memantau aktivitas klien agar dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mencegah kelelahan yang berlebihan. -
Article No. 13775 | 11 Mar 2025
Klinis : Diabetes Melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Diabetes Melitus, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan: Terkait dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah yang menyebabkan masalah dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan: Dapat terjadi karena komplikasi diabetes seperti luka, borok, atau infeksi yang sulit sembuh.
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan: Terkait dengan ketidakstabilan metabolisme karbohidrat yang dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula darah.
4. Risiko Komplikasi
Penjelasan: Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati, retinopati, dan lain-lain.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan pola respons manusia. Dalam kasus Diabetes Melitus, SDKI dapat digunakan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus Diabetes Melitus, SLKI dapat digunakan untuk menentukan luaran yang diharapkan, seperti stabilnya kadar glukosa darah, perbaikan integritas kulit, dan pencegahan komplikasi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Dalam kasus Diabetes Melitus, SIKI dapat digunakan untuk menentukan intervensi yang sesuai, seperti manajemen diet, pemantauan kadar glukosa, perawatan kulit, dan edukasi terkait pengelolaan diabetes.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus dapat membantu perawat dalam memberikan perawatan yang terstandar dan sistematis, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 13776 | 11 Mar 2025
Klinis : Keluhan lain: Nafsu makan menurun, sering bersendawa, feses tampak berwarna pucat, urin berwarna gelap seperti teh, tidak ada riwayat BAB berdarah atau muntah darah. Pasien juga mengalami sulit tidur kerena nyeri yang dirasakan.Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 5 tahun lalu. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat kolelitiasis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, terima kasih atas informasi yang Anda berikan. Berikut adalah analisis kasus dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal yang ditandai dengan keluhan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan penyerapan nutrisi yang tidak optimal.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang dialami pasien akibat proses penyakit.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skor nyeri ≤ 3 dari skala 0-10.
- Pasien dapat mengenali dan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik meredakan nyeri secara mandiri.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Berat badan pasien stabil atau meningkat sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mempertahankan asupan makanan dan cairan yang adekuat.
- Pasien dapat mengidentifikasi makanan yang dapat ditoleransi dengan baik.
3. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik konservasi energi saat beraktivitas.
- Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
4. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur selama 6-8 jam dalam sehari tanpa terbangun karena nyeri.
- Pasien dapat mengenali dan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai anjuran medis.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dll).
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji kebiasaan makan dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Berikan makanan dan suplemen sesuai kebutuhan nutrisi pasien.
- Ajarkan pasien mengenai diet yang dapat ditoleransi dengan baik.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi asupan nutrisi pasien.
3. Toleransi Aktivitas:
- Kaji kemampuan dan keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas.
- Berikan perawatan yang mempromosikan aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi dan peningkatan toleransi aktivitas.
4. Pola Tidur:
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien.
- Berikan intervensi non-farmakologis untuk meningkatkan kualitas tidur (relaksasi, lingkungan yang nyaman, dll).
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, termasuk riwayat penyakit dan kondisi keluarga. Perawat juga harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan optimal bagi pasien. -
Article No. 13777 | 11 Mar 2025
Klinis : urin berwarna gelap seperti teh, tidak ada riwayat BAB berdarah atau muntah darah.Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 5 tahun lalu. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat kolelitiasis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu urin berwarna gelap seperti teh, tidak ada riwayat BAB berdarah atau muntah darah, riwayat Diabetes Mellitus tipe 2 selama 5 tahun, serta riwayat kolelitiasis pada keluarga, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Perubahan Eliminasi Urin (00016)
Definisi: Perubahan dalam jumlah, frekuensi, karakteristik, atau kemampuan untuk berkemih yang dianggap tidak normal.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan warna urin
- Perubahan frekuensi berkemih
- Rasa tidak nyaman atau nyeri saat berkemih
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Urin (0503)
- Indikator:
- Warna urin kembali normal
- Frekuensi berkemih kembali normal
- Tidak ada rasa tidak nyaman atau nyeri saat berkemih
- Target Hasil:
- Pasien dapat mengontrol eliminasi urin dengan baik.
- Pasien dapat melaporkan perubahan warna, frekuensi, dan sensasi saat berkemih.
- Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi (3550)
- Kaji karakteristik eliminasi urin, seperti warna, volume, frekuensi, dan sensasi saat berkemih.
- Monitor intake dan output cairan.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi eliminasi urin, seperti riwayat penyakit, efek obat, dan asupan cairan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi yang adekuat untuk mempertahankan eliminasi urin yang normal.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan intervensi yang tepat jika ditemukan perubahan eliminasi urin yang signifikan.
2. Edukasi Kesehatan (5510)
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan eliminasi urin, seperti komplikasi Diabetes Mellitus dan kolelitiasis.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan dan pelaporan segera jika terjadi perubahan eliminasi urin.
- Bantu pasien dan keluarga mengembangkan strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan Diabetes Mellitus.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Perubahan Eliminasi Urin" dipilih karena kondisi pasien menunjukkan adanya perubahan warna urin yang merupakan salah satu karakteristik definisi dari diagnosa tersebut. Selain itu, riwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan kolelitiasis pada keluarga dapat menjadi faktor yang memengaruhi eliminasi urin.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol eliminasi urin dengan baik, melaporkan perubahan terkait eliminasi urin, dan mempertahankan pola eliminasi urin yang normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen eliminasi untuk mengkaji, memantau, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urin, serta edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan eliminasi urin dan pentingnya pemantauan serta kepatuhan terhadap regimen pengobatan. -
Article No. 13778 | 11 Mar 2025
Klinis : ds: anak merasa ingin sendiri do: anak menarik diri dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial: Anak
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial: Anak adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini. Isolasi Sosial: Anak didefinisikan sebagai "Situasi di mana anak mengalami keterbatasan dalam interaksi sosial yang diinginkan atau disarankan dengan orang lain."
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam SLKI, beberapa luaran yang dapat diterapkan untuk kondisi ini antara lain:
- Interaksi Sosial: Anak
- Harga Diri: Anak
- Fungsi Keluarga
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial: Anak mencakup:
- Terapi Bermain
- Bimbingan Orangtua
- Sosialisasi: Anak
Secara ringkas, anak yang menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan mengindikasikan adanya masalah Isolasi Sosial: Anak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi interaksi sosial anak melalui terapi bermain, memberikan bimbingan kepada orang tua, serta membantu anak beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan. -
Article No. 13779 | 11 Mar 2025
Klinis : ds: anak merasa ingin sendiri do: anak menarik diri dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu anak merasa ingin sendiri, menarik diri, dan tidak mau bermain atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Isolasi Sosial. Isolasi Sosial didefinisikan sebagai pengalaman subjektif dan objektif individu yang merasa terpisah dari orang lain, kekurangan hubungan sosial yang memuaskan, dan/atau tidak memiliki jaringan sosial yang mendukung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Partisipasi Sosial: Anak dapat terlibat dalam aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
2. Interaksi Sosial: Anak dapat memulai, mempertahankan, dan mengakhiri interaksi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Keterlibatan dalam Aktivitas: Anak dapat terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4. Kepuasan Hubungan Sosial: Anak dapat mengungkapkan perasaan puas dengan hubungan sosialnya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Fasilitasi Interaksi Sosial: Memfasilitasi anak untuk terlibat dalam aktivitas sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, seperti bermain bersama teman sebaya, melakukan kegiatan kelompok, atau berpartisipasi dalam acara keluarga.
2. Terapi Bermain: Menggunakan terapi bermain untuk membantu anak mengekspresikan perasaan, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan membangun kepercayaan diri.
3. Peningkatan Keterampilan Komunikasi: Mengajarkan anak keterampilan komunikasi yang efektif, seperti membuka percakapan, menanggapi dengan tepat, dan mengakhiri interaksi dengan baik.
4. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional yang positif dan hangat kepada anak, serta membantu anak mengidentifikasi dan mengelola perasaannya.
5. Koordinasi dengan Keluarga dan Lingkungan: Melibatkan keluarga dan lingkungan sekitar anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan membantu anak beradaptasi secara bertahap.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak dapat meningkatkan partisipasi sosial, interaksi sosial, keterlibatan dalam aktivitas, dan kepuasan hubungan sosialnya, sehingga dapat mengatasi kondisi isolasi sosial yang dialaminya. -
Article No. 13780 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn A usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan lemas, mual, sakit saat menelan makanan, dan tidak nafsu makan. Tn A mengatakan satu bulan terakhir mengalami penurunan BB sebanyak 5 kg. BB saat ini 40 kg. Saat dilakukan pengukuran TB, TB Tn A 165 cm. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: bising usus 40x/m, membran mukosa pucat. Diagnosa medis menunjukkan TB paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn A sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
3. Gangguan Pola Makan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan, Pemantauan Asupan Nutrisi, Dukungan Nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Edukasi Nutrisi, Pemantauan Berat Badan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Energi, Aktivitas Terapi.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Edukasi Aktivitas, Terapi Aktivitas.
3. Gangguan Pola Makan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami perubahan pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
- SLKI: Peningkatan Nafsu Makan, Manajemen Mual, Edukasi Nutrisi.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Terapi Nutrisi, Edukasi Nutrisi.
Berdasarkan data yang diberikan, Tn A mengalami penurunan berat badan, lemas, mual, dan tidak nafsu makan, serta memiliki diagnosa medis TB paru. Hal ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola makan yang perlu ditangani oleh perawat melalui intervensi keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 13781 | 11 Mar 2025
Klinis : NYERI PERUT KANAN BAWAH
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang Anda minta tentang Asuhan Keperawatan untuk kondisi Nyeri Perut Kanan Bawah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi Nyeri Perut Kanan Bawah, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti inflamasi, infeksi, atau kelainan organ atau sistem pada area perut kanan bawah.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk meminimalkan atau mengurangi sensasi nyeri yang tidak menyenangkan.
2. Tingkat Nyeri: Tingkat sensasi nyeri yang dialami individu.
3. Pemulihan Fisiologis: Pemulihan fungsi fisiologis tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, atau distraksi.
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri dan lakukan evaluasi.
2. Peningkatan Kenyamanan:
- Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
- Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk menurunkan stres.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab nyeri, seperti pemberian terapi antibiotik atau anti-inflamasi.
3. Pemantauan Tanda Vital:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.
- Pantau adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan komplikasi atau perkembangan kondisi.
4. Edukasi Kesehatan:
- Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab nyeri, manajemen nyeri, dan tindakan yang perlu dilakukan.
- Motivasi pasien untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri dan pemulihannya.
Dengan melakukan Intervensi Keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang baik, tingkat nyeri yang minimal, dan pemulihan fisiologis yang optimal.