Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13765 | 11 Mar 2025
Klinis : Pola napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut penjelasan rinci terkait kondisi pola napas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Kelelahan otot-otot pernapasan, kurangnya surfaktan, obstruksi jalan napas, kecemasan, nyeri.
Tanda dan Gejala: Irama napas tidak teratur, napas dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, dispnea.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
Definisi: Pola pernapasan yang memenuhi kebutuhan oksigen dan eliminasi karbon dioksida.
Indikator:
- Kedalaman napas memadai
- Irama napas teratur
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas agar ventilasi dan oksigenasi adekuat.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan obstruksi jalan napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika perlu
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Ventilasi (3320)
Tujuan: Mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Aktivitas:
- Monitor pola, kedalaman, dan frekuensi napas
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam/diafragmatik
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri (1400)
Tujuan: Mengurangi atau menghilangkan nyeri yang mengganggu pola napas.
Aktivitas:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Gunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, terapi dingin/panas)
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, karena pasien mengalami ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan. Penyebabnya dapat berupa kelelahan otot-otot pernapasan, obstruksi jalan napas, kecemasan, atau nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Pola Napas Efektif, di mana pasien memiliki kedalaman napas yang memadai, irama napas teratur, frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran meliputi Manajemen Jalan Napas untuk mempertahankan patensi jalan napas, Manajemen Ventilasi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, dan Manajemen Nyeri untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang mengganggu pola napas. -
Article No. 13766 | 11 Mar 2025
Klinis : Pola napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pola napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pola napas adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam kedalaman, irama, atau kemudahan bernapas yang dapat mengganggu ventilasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya hambatan pada jalan napas, kelelahan otot-otot pernapasan, atau gangguan pada sistem saraf pusat yang mengatur pernapasan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pola Napas: Terjadi peningkatan dalam kedalaman, irama, dan kemudahan bernapas.
2. Status Pernapasan: Tercapainya ventilasi yang adekuat dengan nilai parameter pernapasan yang berada dalam batas normal.
3. Pertukaran Gas: Terjadi peningkatan dalam oksigenasi darah dan eliminasi karbon dioksida.
4. Kenyamanan Napas: Pasien merasa lebih nyaman dan tidak mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Pernapasan
- Mengukur frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Memantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Memantau tanda-tanda distres pernapasan
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi pernapasan
- Membersihkan jalan napas dari sekret atau obstruksi
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan pernapasan diafragmatik
3. Manajemen Oksigenasi
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Memantau status oksigenasi (SpO2, ABG)
- Mengatur alat bantu pernapasan, jika diperlukan
4. Manajemen Kenyamanan
- Mengelola nyeri atau ketidaknyamanan yang mempengaruhi pernapasan
- Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena kondisi ini mencerminkan perubahan dalam pola napas pasien yang dapat mengganggu ventilasi dan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang diberikan berfokus pada pemantauan pernapasan, manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen kenyamanan. Tujuannya adalah untuk memastikan ventilasi yang adekuat, meningkatkan pertukaran gas, dan memberikan kenyamanan bagi pasien. Luaran/output yang diharapkan mencakup perbaikan dalam pola napas, status pernapasan, pertukaran gas, dan kenyamanan napas. -
Article No. 13767 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium: Hb: 10 g/dL Leukosit: 9.500/mm³ Trombosit: 80.000/mm³ SGOT: 95 U/L SGPT: 72 U/L Albumin: 2,8 g/dL Bilirubin total: 4,2 mg/dL Bilirubin direct: 2,5 mg/dL INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 USG Abdomen: Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang Splenomegali (+) Endoskopi: Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. R mengalami kondisi sirosis hati. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang sesuai dengan kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hati
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
5. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan gangguan fungsi hati
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Kontrol nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hati
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen energi
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
- SDKI: Risiko perdarahan
- SLKI: Kontrol perdarahan
- SIKI: Manajemen hemoragik
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Peningkatan status nutrisi
- SIKI: Manajemen nutrisi
5. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan gangguan fungsi hati
- SDKI: Kelelahan
- SLKI: Peningkatan energi
- SIKI: Manajemen energi
Standar PPNI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Ini adalah standar yang digunakan di Indonesia untuk memandu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 13768 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn R usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, penurunan nafsu makan, gatal pada kulit serta mudah lelah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas dan mengalami pembengkakan pada kedua tungkai sejak satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 20 tahun lalu, dengan rata-rata konsumsi 2-3 botol bir per hari. Selain itu, pasien pernah didiagnosis hepatitis B 10 tahun yang lalu tetapi tidak menjalani pengobatan secara teratur. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran: Compos mentis, TD: 100/70 mmHg, N: 92x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5°C, Terdapat spider angioma di dada dan tangan, Sklera ikterik, asites, Tungkai edema (+2), Hati dan limpa teraba membesar dengan konsistensi keras. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium: Hb: 10 g/dL Leukosit: 9.500/mm³ Trombosit: 80.000/mm³ SGOT: 95 U/L SGPT: 72 U/L Albumin: 2,8 g/dL Bilirubin total: 4,2 mg/dL Bilirubin direct: 2,5 mg/dL INR ((International Normalized Ratio)) : 1,8 USG Abdomen: Hati tampak mengecil dengan permukaan tidak rata Terdapat cairan asites dalam jumlah sedang Splenomegali (+) Endoskopi: Varises esofagus derajat II
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik akibat penyakit hati kronis.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hati dan limpa.
4. Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan fungsi hati.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
- Pasien dapat mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien dapat mengelola kelelahan saat melakukan aktivitas.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kondisinya.
- Pasien dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri perut.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Pasien dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.
4. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami episode perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan perdarahan.
5. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk Program Latihan Aktivitas.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
- Pantau asupan dan output cairan pasien.
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab nyeri.
4. Risiko Perdarahan:
- Kaji tanda-tanda perdarahan.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (INR, trombosit).
- Berikan edukasi tentang pencegahan perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan.
5. Risiko Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (leukosit).
- Berikan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, teknik aseptik).
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13769 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien mengeluh sulit tidur dan serin terjaga karena sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Sesak Napas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan durasi dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- Karakteristik Utama: Sulit memulai tidur, terbangun berulang kali, merasa tidak beristirahat saat bangun.
- Faktor yang Berhubungan: Sesak napas, nyeri, kecemasan, lingkungan yang tidak kondusif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien tidur selama 7-9 jam per malam, merasa segar saat bangun, tidak merasa lelah saat beraktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
b. Manajemen Nyeri/Sesak Napas: Mengelola gejala sesak napas untuk meningkatkan kualitas tidur.
c. Edukasi: Memberikan edukasi tentang strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
d. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk membantu pasien tidur.
Dalam konteks kasus ini, perawat perlu fokus pada manajemen sesak napas pasien serta intervensi lain yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, sehingga pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat. -
Article No. 13770 | 11 Mar 2025
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai "Ketidakpuasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur, yang mengganggu fungsi sehari-hari".
Penjelasan Singkat:
SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan sebab akibat untuk Gangguan Pola Tidur.
- Ini membantu perawat dalam mengidentifikasi dan menegakkan diagnosis keperawatan yang akurat.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI menyediakan luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan untuk Gangguan Pola Tidur, seperti Kualitas Tidur Membaik, Konsentrasi Meningkat, dan Rasa Terpuaskan dengan Pola Tidur.
- Ini membantu perawat dalam merencanakan dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang efektif.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur, seperti Manajemen Tidur, Relaksasi, dan Edukasi Kesehatan.
- Ini memandu perawat dalam memilih dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandarisasi, dan berpusat pada pasien untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur. -
Article No. 13771 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.26
- Deskripsi: Biopsioperkutan atau jarum pada paru, atau aspirasi perkutan jarum paru
Dalam kasus ini, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah biopsi atau aspirasi jarum pada paru untuk memastikan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang sesuai. Pemeriksaan mikrobiologis atau histologis direkomendasikan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 13772 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk.
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk.
c. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Sekunder Akibat Tuberkulosis Paru
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten sebagai akibat dari infeksi tuberkulosis paru.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, tenaga inspirasi dan ekspirasi yang tidak efektif, serta kelemahan batuk akibat infeksi tuberkulosis paru.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk efektif untuk membersihkan jalan napas.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Status Pernapasan
- Pasien menunjukkan pola pernapasan yang normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
- Pasien tidak mengalami retraksi otot pernapasan.
- Pasien memiliki oksigenasi yang adekuat.
c. Kontrol Infeksi
- Pasien tidak memiliki tanda-tanda infeksi.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan.
- Pasien tidak mengalami demam.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan penyedotan jalan napas jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif.
- Berikan terapi inhalasi bronkodilator dan ekspektoran.
- Posisikan pasien untuk memudahkan drainase sekret.
b. Manajemen Pernapasan
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan kortikosteroid jika diindikasikan.
c. Manajemen Infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pengobatan dan pencegahan infeksi.
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
Keseluruhan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, mempertahankan status pernapasan yang adekuat, serta mencegah dan mengendalikan infeksi yang terjadi. -
Article No. 13773 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut transmural dinding anterior
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala yang khas untuk infark miokard akut, dengan nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Hasil EKG menunjukkan adanya infark miokard akut. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Pemberian obat trombolitik
Penjelasan:
Dalam penanganan infark miokard akut, pemberian obat trombolitik (seperti streptokinase atau alteplase) dapat dilakukan untuk mengobstruksi trombus dan memulihkan aliran darah ke miokard yang terkena infark. Prosedur ini dapat disertakan dalam perawatan pasien.
Manajemen pasien ini juga akan mencakup pengobatan lainnya, seperti pemberian antiplatelet, antikoagulan, dan tindakan revaskularisasi (bila indikasi). Selain itu, pengontrolan faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes melitus juga merupakan hal penting dalam penatalaksanaan pasien. -
Article No. 13774 | 11 Mar 2025
Klinis : Hiperglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hiperglikemia.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan intoleransi tubuh terhadap glukosa
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan yang dapat diantisipasi dalam toleransi terhadap aktivitas fisik.
- Karakteristik Mayor: Kelelahan, napas pendek saat aktivitas, takikardia, dan pusing.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai kelelahan yang berlebihan, frekuensi nadi dan respirasi berada dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi
- Definisi: Tindakan membantu klien untuk mengatur penggunaan energi sehingga dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi klien, mengajarkan teknik pengaturan aktivitas, dan memantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
Dalam pengelolaan hiperglikemia, intervensi keperawatan yang ditujukan adalah untuk membantu klien dalam mengatasi intoleransi aktivitas yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar glukosa darah. Perawat berperan dalam mengidentifikasi, mengajarkan, dan memantau aktivitas klien agar dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mencegah kelelahan yang berlebihan.