Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19520 | 11 Jul 2025
Klinis : kelopak mata bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi kelopak mata bengkak.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit (kode: 00047)
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kerusakan Integritas Kulit (kode: 00047)
Definisi: Kerentanan terhadap kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis, yang dapat mengganggu fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Integritas Kulit: Terpelihara (kode: 1101)
Definisi: Kondisi kulit yang sehat dan berfungsi secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Perawatan Luka (kode: 3320)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesehatan dan mencegah komplikasi pada kulit yang rusak.
Jadi, untuk kondisi kelopak mata bengkak, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kerusakan Integritas Kulit. Tujuan luarannya adalah Integritas Kulit: Terpelihara, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka. -
Article No. 19521 | 11 Jul 2025
Klinis : SLKI untuk nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan sensasi yang tidak nyaman, yang dirasakan dalam tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 05400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dirasakan pasien.
Pada kondisi nyeri akut, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, faktor pencetus)
2. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri (fisik, psikologis, sosial, spiritual)
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis dan non-farmakologis
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri
5. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri -
Article No. 19522 | 11 Jul 2025
Klinis : SIKI integritas kulit terpelihara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, yaitu "SIKI integritas kulit terpelihara", dengan tone yang akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terpelihara
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Kondisi di mana jaringan epitel dan dermis berfungsi secara normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00070
Definisi: Pemeliharaan struktur dan fungsi normal kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00130
Definisi: Tindakan perawatan untuk mempertahankan integritas dan fungsi kulit.
Penjelasan singkat:
Integritas kulit terpelihara merupakan suatu kondisi di mana jaringan epitel dan dermis pada kulit berfungsi secara normal. Pemeliharaan struktur dan fungsi normal kulit menjadi luaran yang diharapkan untuk mencapai kondisi ini. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah tindakan perawatan untuk mempertahankan integritas dan fungsi kulit, seperti perawatan kulit, penggunaan pelembab, dan pencegahan kerusakan kulit. -
Article No. 19523 | 11 Jul 2025
Klinis : - Klien mengatakan bab cair sudah 8 kali berwarna kuning, berbau
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu buang air cair sebanyak 8 kali dengan warna kuning dan berbau, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diduga infeksius
Penjelasan:
- Kode A09 dalam ICD-10 mengacu pada diare dan gastroenteritis yang disebabkan oleh agen infeksius yang tidak spesifik.
- Gejala buang air cair sebanyak 8 kali dengan warna kuning dan berbau merupakan indikasi adanya gangguan pada saluran pencernaan, yang sesuai dengan diagnosis diare.
- Diare yang disebabkan oleh infeksi dapat ditandai dengan frekuensi buang air cair yang meningkat, perubahan warna, dan bau yang tidak normal.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik
- Deskripsi: Pada kasus ini, tidak terdapat tindakan medis yang dilakukan secara khusus. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian rehidrasi cairan, antiemetik (obat antimual), dan antibiotik (jika diindikasikan adanya infeksi bakteri). -
Article No. 19524 | 11 Jul 2025
Klinis : - Klien mengatakan bab cair sudah 8 kali berwarna kuning, berbau
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan adalah "Diare". Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang lebih sering (lebih dari 3 kali per hari) dengan konsistensi yang lebih encer dari biasanya. Klien mengeluhkan bab cair sebanyak 8 kali dengan warna kuning dan berbau, yang merupakan karakteristik dari diare.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan pola eliminasi: Klien akan menunjukkan pemulihan pola eliminasi yang normal, dengan frekuensi bab 1-2 kali per hari dan konsistensi feses yang normal.
2. Keseimbangan cairan: Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan status hidrasi yang baik, urin berwarna kuning pucat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Kontrol gejala: Klien akan menunjukkan kontrol yang baik terhadap gejala diare, seperti frekuensi bab yang menurun, konsistensi feses yang membaik, dan hilangnya keluhan lain (misalnya nyeri perut, mual, atau muntah).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan: Memantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah) dan status cairan (intake, output, berat badan) secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi atau ketidakseimbangan cairan.
2. Pemberian cairan dan elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.
3. Pengaturan diet: Memberikan diet yang sesuai, seperti makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi, serta menghindari makanan yang dapat memperburuk diare.
4. Edukasi dan konseling: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen diare, termasuk penyebab, pencegahan, dan perawatan yang tepat.
5. Pemantauan dan pencatatan eliminasi: Memantau dan mencatat frekuensi, konsistensi, dan karakteristik feses untuk mengevaluasi perkembangan klien.
6. Pemberian obat anti-diare: Jika diperlukan, memberikan obat anti-diare sesuai dengan resep untuk membantu mengendalikan gejala diare.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan pola eliminasi, keseimbangan cairan yang adekuat, dan kontrol yang baik terhadap gejala diare. -
Article No. 19525 | 11 Jul 2025
Klinis : pasien sedang operasi orif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk pasien yang sedang menjalani operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation), dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode: 0016**
**Nyeri Akut**
*Definisi:* Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi selama atau setelah prosedur operasi ORIF.
**Kode: 0018**
**Risiko Infeksi**
*Definisi:* Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen pasca-operasi ORIF, terkait dengan luka insisi, prosedur invasif, atau pemasangan implan logam.
**Kode: 0020**
**Gangguan Mobilitas Fisik**
*Definisi:* Pembatasan pergerakan akibat nyeri, pembengkakan, atau immobilisasi pasca-operasi ORIF.
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Untuk Nyeri Akut (Kode: 0016)**
- **Kode L.14001**: Tingkat nyeri berkurang (skala nyeri menurun dari 7 ke ≤3 dalam 24 jam).
- **Kode L.14003**: Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
**Untuk Risiko Infeksi (Kode: 0018)**
- **Kode L.15001**: Tidak ada tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, functio laesa) dalam 72 jam pasca-operasi.
- **Kode L.15003**: Luka operasi menunjukkan penyembuhan primer (kering, tanpa discharge).
**Untuk Gangguan Mobilitas Fisik (Kode: 0020)**
- **Kode L.08003**: Pasien dapat melakukan ROM (Range of Motion) terbatas dengan bantuan dalam 48 jam.
- **Kode L.08005**: Kekuatan otot ekstremitas yang dioperasi meningkat dari 2 ke 3 dalam 72 jam.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Untuk Nyeri Akut (Kode: 0016)**
- **Kode I.11001**: Administrasi analgesik sesuai protokol (contoh: paracetamol IV/PO atau opioid sesuai indikasi).
- **Kode I.11003**: Terapi non-farmakologis (kompres dingin, reposisi nyaman, distraksi).
**Untuk Risiko Infeksi (Kode: 0018)**
- **Kode I.15001**: Perawatan luka steril dengan teknik aseptik.
- **Kode I.15003**: Edukasi pasien tentang tanda-tanda infeksi dan pencegahan.
**Untuk Gangguan Mobilitas Fisik (Kode: 0020)**
- **Kode I.08001**: Bantu latihan ROM pasif/aktif sesuai toleransi.
- **Kode I.08003**: Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi dini.
---
### **Catatan Akademis**
1. **SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada *Panduan PPNI (2017-2021)* dan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien.
2. **ORIF** memerlukan pemantauan ketat terhadap komplikasi (infeksi, DVT, atau malunion).
3. **Tone Akademis**: Diagnosa dan intervensi harus didukung oleh evidence-based practice (EBP), misalnya penggunaan *WHO Surgical Safety Checklist* untuk mengurangi risiko infeksi.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan klinis dan akademis Anda. Jika diperlukan referensi lebih mendalam, saya sarankan untuk merujuk langsung ke dokumen PPNI atau literatur terkait manajemen perioperatif. -
Article No. 19466 | 10 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi nyeri akut dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain, 2012). Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan penyebab yang dapat diidentifikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), beberapa luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut adalah:
1. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan bahwa nyeri dapat dikontrol atau diminimalkan.
2. Tidak Ada Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi terkait nyeri, seperti keterbatasan mobilitas, gangguan tidur, atau penurunan fungsi.
3. Peningkatan Kemampuan Mengatasi Nyeri: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi nyeri, seperti menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien menunjukkan peningkatan kualitas hidup terkait dengan pengurangan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola nyeri akut dan mencapai luaran yang diharapkan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap nyeri.
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan memantau efektivitasnya.
- Mengajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
2. Kolaborasi:
- Berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan penyebab nyeri dan rencana perawatan yang tepat.
- Berkoordinasi dengan tim multidisiplin, seperti fisioterapis atau ahli nutrisi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
3. Edukasi dan Dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan strategi pengelolaan nyeri.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan mengatasi nyeri.
4. Pemantauan dan Evaluasi:
- Memantau respons pasien terhadap intervensi dan efektivitas manajemen nyeri.
- Mengevaluasi pencapaian luaran yang diharapkan dan melakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
Dalam mengelola nyeri akut, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi yang tepat, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan pasien dapat mengendalikan nyeri, mencegah komplikasi, meningkatkan kemampuan mengatasi nyeri, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 19467 | 10 Jul 2025
Klinis : neonatal pneomonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Neonatal Pneumonia berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 00032
b. Judul: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
c. Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Kode: 00186
b. Judul: Gangguan Pertukaran Gas
c. Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Kode: 00051
b. Judul: Risiko Infeksi
c. Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh organisme patogen.
Penjelasan singkat:
Neonatal pneumonia adalah kondisi infeksi pada paru-paru yang terjadi pada bayi baru lahir. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Gangguan Pertukaran Gas, dan Risiko Infeksi. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif menggambarkan ketidakmampuan bayi untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas. Risiko Infeksi menunjukkan peningkatan risiko bayi terkena penyakit akibat organisme patogen yang menyebabkan pneumonia. -
Article No. 19468 | 10 Jul 2025
Klinis : neonatal pneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi neonatal pneumonia, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Kode SDKI: 00032
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau usaha bernapas yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi.
3. Intoleransi Aktivitas
Kode SDKI: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Sistem Klasifikasi Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kode SLKI: 0101
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret atau obstruksi.
2. Pola Napas
Kode SLKI: 0102
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Toleransi Aktivitas
Kode SLKI: 0303
Definisi: Kemampuan untuk beradaptasi terhadap aktivitas fisik.
Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Kode SIKI: I0101
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif.
2. Manajemen Ventilasi
Kode SIKI: I0102
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Manajemen Energi
Kode SIKI: I0303
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat energi yang dibutuhkan untuk aktivitas.
Dalam kondisi neonatal pneumonia, diagnosis keperawatan yang relevan adalah bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakefektifan pola napas, dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen energi untuk membantu mengatasi permasalahan neonatal pneumonia. -
Article No. 19469 | 10 Jul 2025
Klinis : Resiko gangguan citra tubuh b.d sering membandingkan diri dimedia sosial dan kurangnya penerimaan diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang komprehensif terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Gangguan Citra Tubuh". Kondisi ini ditandai dengan adanya perbandingan diri yang sering dilakukan di media sosial serta kurangnya penerimaan diri. Pasien dengan risiko gangguan citra tubuh ini cenderung merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya dan memiliki persepsi negatif terhadap tubuhnya, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Citra Tubuh: Pasien dapat menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap kondisi fisiknya, serta mampu mengidentifikasi dan memfokuskan pada aspek positif dirinya.
2. Peningkatan Harga Diri: Pasien dapat menunjukkan perasaan berharga dan percaya diri yang meningkat, serta mampu mengatasi kritik atau perbandingan negatif terhadap dirinya.
3. Pengurangan Stres: Pasien dapat menunjukkan penurunan tingkat stres dan kecemasan yang terkait dengan citra tubuh dan penampilan fisiknya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Kognitif-Perilaku:
- Membantu pasien mengidentifikasi dan menantang pemikiran negatif serta distorsi kognitif terkait citra tubuh.
- Mengembangkan strategi untuk mengatasi perbandingan diri di media sosial dan mempromosikan penerimaan diri.
- Melatih pasien untuk mengganti pemikiran negatif dengan perspektif yang lebih positif dan realistis.
2. Konseling Supportif:
- Memberikan dukungan emosional dan validasi perasaan pasien terkait citra tubuh.
- Membantu pasien mengeksplorasi dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi citra tubuhnya.
- Mendorong pasien untuk mengembangkan strategi koping yang sehat dalam menghadapi kritik atau perbandingan negatif.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi mengenai citra tubuh yang sehat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Menjelaskan tentang dampak penggunaan media sosial dan perbandingan diri terhadap citra tubuh.
- Mengajarkan teknik manajemen stres dan promosi kesejahteraan psikologis.
4. Terapi Kelompok:
- Memfasilitasi diskusi dan berbagi pengalaman antara pasien dengan permasalahan citra tubuh yang serupa.
- Mendorong pasien untuk saling memberikan dukungan dan umpan balik positif.
- Membantu pasien mengembangkan strategi koping dan meningkatkan harga diri secara kolektif.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada aspek kognitif, emosional, dan sosial, diharapkan pasien dapat mencapai peningkatan citra tubuh, harga diri, dan pengurangan stres yang terkait dengan kondisi tersebut.