Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13752 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, nyeri sendi, dan anemia, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan kelelahan, serta adanya penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, serta adanya nyeri tekan dan kekakuan sendi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, yang ditandai dengan pasien memiliki riwayat sariawan berulang dan adanya peningkatan LED serta CRP.
4. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi kulit khas "butterfly rash" di wajah dan edema pada tungkai bawah, yang dapat mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri pasien.
5. Gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan nefritis lupus, yang ditandai dengan adanya peningkatan ureum, kreatinin, dan proteinuria.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai dengan tingkat energi dan toleransi.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan.
2. Nyeri akut:
- Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri sendi hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien dapat menggunakan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Risiko infeksi:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi secara mandiri.
4. Perubahan citra tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan penampilan dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuhnya.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal dalam batas normal.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian tingkat energi dan aktivitas pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai.
- Bantu pasien merencanakan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi masalah anemia.
2. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai.
- Pantau efektivitas manajemen nyeri yang dilakukan.
3. Risiko infeksi:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi pada pasien.
- Ajarkan pasien teknik pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan sanitasi lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi imunosupresan atau antimikroba yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
4. Perubahan citra tubuh:
- Lakukan pengkajian persepsi pasien tentang citra tubuhnya.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk meningkatkan penerimaan diri.
- Libatkan keluarga dalam mendukung penerimaan diri pasien.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang positif.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Lakukan pengkajian fungsi ginjal secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai, seperti pengaturan diet, pemberian obat-obatan, dan terapi dialisis jika diperlukan.
- Ajarkan pasien tentang manajemen gaya hidup yang dapat mempertahankan fungsi ginjal.
- Pantau tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 13753 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kasus integumen ini:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh kelemahan, keletihan, atau ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kelelahan minimal.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Individu dapat melaporkan nyeri terkontrol.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Analgesik.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Sensori Perubahan Kulit
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau beradaptasi terhadap perubahan sensori pada kulit, seperti rasa gatal, kebas, atau nyeri.
- SLKI: Individu dapat mengenali dan mengelola perubahan sensorik pada kulit.
- SIKI: Manajemen Kulit, Edukasi Kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Individu bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Demam.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk Systemic Lupus Erythematosus (SLE), seperti nyeri sendi, kelelahan, rambut rontok, lesi kulit, sariawan, dan edema. Dengan hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis SLE, pasien berisiko mengalami intoleransi aktivitas, nyeri akut, perubahan sensori kulit, serta risiko infeksi, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan harus ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 13754 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki gejala dan temuan pemeriksaan yang sesuai dengan diagnosis Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Proses penyakit (SLE, nefritis lupus)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, mukosa mulut terlihat sariawan multipel.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan kelelahan.
- Penyebab: Penyakit kronis (SLE), anemia
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan kelelahan yang semakin memburuk.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Gangguan dalam persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi tubuh.
- Penyebab: Perubahan penampilan fisik (bercak kemerahan di wajah, rambut rontok)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari, serta rambut rontok.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenali, mencegah, dan mengelola nyeri.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Citra Tubuh: Persepsi pasien terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Identifikasi penyebab nyeri, pemberian analgetik, teknik relaksasi, dan edukasi pengelolaan nyeri.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pengaturan aktivitas, terapi latihan, dan edukasi manajemen kelelahan.
3. Promosi Citra Tubuh: Diskusi tentang perubahan penampilan, terapi topical untuk lesi kulit, dan dukungan psikologis.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan SLE, mencakup manajemen nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan promosi citra tubuh. Pengobatan farmakologis (kortikosteroid, imunosupresan) serta modifikasi gaya hidup juga diperlukan untuk menekan aktivitas penyakit dan mencegah komplikasi. -
Article No. 13755 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi sendi dan jaringan terkait
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam dan lesi kulit
4. Intoleransi Makanan berhubungan dengan mukositis oral (sariawan)
5. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal berhubungan dengan nefritis lupus
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
3. Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
4. Intoleransi Makanan: Tidak dapat mentoleransi atau mencerna makanan atau zat gizi tertentu.
5. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal: Keadaan yang berpotensi mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Tingkat kenyamanan individu yang dapat dikontrol terhadap rasa sakit.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
3. Integritas Kulit: Struktur dan fungsi kulit yang utuh.
4. Toleransi Makan: Kemampuan untuk menerima dan mencerna makanan.
5. Fungsi Ginjal: Kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Mencakup intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
2. Manajemen Energi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi.
3. Perawatan Luka: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki integritas kulit.
4. Edukasi Gizi: Intervensi untuk meningkatkan pemahaman tentang nutrisi yang adekuat.
5. Pemantauan Fungsi Ginjal: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mencegah gangguan fungsi ginjal. -
Article No. 13756 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat profesional akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, dan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan otot, dan kelelahan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, malaise, dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan bersihan jalan napas.
- SLKI: Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari obstruksi dan sekret.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan bersihan jalan napas, seperti pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan pengisapan lendir.
2. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan toleransi aktivitas.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pembatasan aktivitas, peningkatan asupan nutrisi, dan latihan aktivitas bertahap.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Identifikasi penyebab dan faktor risiko penurunan asupan nutrisi.
- SLKI: Pasien mencapai berat badan ideal dan menunjukkan peningkatan status gizi.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan asupan nutrisi, seperti konseling gizi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan pemantauan status gizi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 13757 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum dan selamat siang. Berikut adalah penjelasan rinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan penumpukan sekret, infeksi paru, dan kelemahan otot pernapasan.
- Ditandai dengan adanya batuk produktif, suara napas bronkial, dan hasil rontgen menunjukkan lesi di paru.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Berhubungan dengan anoreksia, demam, dan penyakit kronis (tuberkulosis paru).
- Ditandai dengan penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan kelemahan umum, sesak napas, dan penyakit kronis.
- Ditandai dengan pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi paru.
- Suara napas normal.
2. Status Nutrisi Membaik
- Pasien mencapai berat badan ideal.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
- Pasien memiliki nafsu makan yang baik.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
- Pasien mampu berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
- Pasien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan setelah beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Observasi karakteristik batuk, sputum, dan suara napas.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi oksigen, bronkodilator, dan ekspektoran.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Fasilitasi drainase postural dan suction sputum jika perlu.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein.
- Monitor intake dan output cairan serta berat badan pasien secara rutin.
- Berikan pendidikan kesehatan terkait pentingnya nutrisi bagi kesembuhan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik dan psikologis pasien dalam beraktivitas.
- Berikan latihan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Ajarkan teknik manajemen kelelahan dan konservasi energi.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 13758 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ischemia miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan dan peningkatan beban kerja jantung, ditandai dengan sesak napas.
3. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke miokard, ditandai dengan mual dan keringat dingin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang dalam skala 0-10.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal.
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi).
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri yang efektif.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
2. Manajemen Jalan Napas:
a. Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
b. Beri oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen optimal.
c. Ajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi latihan pernapasan.
3. Manajemen Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
b. Berikan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
d. Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk program rehabilitasi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan kondisi pasien adalah nyeri akut, ketidakefektifan pola napas, dan risiko intoleransi aktivitas. Luaran yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen jalan napas, dan manajemen aktivitas, dengan kolaborasi dari tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 13759 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami infark miokard akut dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan lebih lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan kardiovaskular, tidak dinyatakan lebih lanjut
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak dinyatakan lebih lanjut) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami infark miokard akut tanpa spesifikasi lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
- Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan kardiovaskular, tidak dinyatakan lebih lanjut) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan pada pasien, seperti pemantauan tekanan darah, denyut nadi, dan fungsi kardiovaskular selama perawatan.
Dalam menangani pasien ini, diperlukan pemeriksaan dan intervensi medis yang sesuai, seperti pemantauan vital signs, pemberian terapi obat-obatan, dan tindakan revaskularisasi jika diperlukan, untuk mengelola kondisi infark miokard akut serta mengendalikan faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. -
Article No. 13760 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan paparan virus campak yang ditandai dengan demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi virus campak, yang ditandai dengan:
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C).
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit baik, produksi urin cukup, dan mukosa lembab.
c. Tidak terjadi komplikasi pernapasan, seperti pneumonia.
d. Tidak terjadi komplikasi pada sistem saraf, seperti ensefalitis.
e. Tidak terjadi komplikasi pada mata, seperti keratitis.
2. Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda dan gejala komplikasi campak serta dapat melakukan perawatan di rumah dengan benar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
a. Identifikasi faktor risiko dan tanda-tanda infeksi pada pasien.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antivirus atau antibiotik sesuai indikasi.
c. Pantau tanda-tanda vital dan status cairan secara berkala.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan penyebaran virus campak, seperti isolasi, etika batuk, dan mencuci tangan.
2. Manajemen Demam
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan obat penurun demam sesuai resep.
c. Terapkan metode penurunan demam non-farmakologis, seperti kompres hangat.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam di rumah.
3. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan tentang penyakit campak, termasuk tanda dan gejala, mode penularan, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengenali tanda-tanda komplikasi yang memerlukan segera pemeriksaan medis.
c. Berikan edukasi tentang perawatan di rumah, seperti istirahat yang cukup, nutrisi yang seimbang, dan hidrasi yang adekuat.
d. Dorong kepatuhan terhadap rencana pengobatan dan kontrol kesehatan sesuai jadwal.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat melewati masa penyakit campak tanpa mengalami komplikasi yang serius. Peran perawat sangat penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan terapi suportif, serta memperkuat pemahaman pasien dan keluarga dalam perawatan di rumah. -
Article No. 13761 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, pada kondisi pasien yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Adanya lesi di paru yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Adanya sesak napas dan penurunan kemampuan fungsional akibat penyakit.
3. Kekurangan Volume Cairan (00027)
Definisi: Kehilangan cairan berlebihan yang melebihi intake.
Penyebab: Penurunan nafsu makan dan demam yang menyebabkan dehidrasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (0410)
Kriteria Hasil:
- Pola napas efektif
- Tidak ada sekret yang tertahan
- Tidak ada suara napas abnormal
2. Toleransi Aktivitas (0005)
Kriteria Hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada sesak napas saat aktivitas
- Tidak ada perubahan tanda-tanda vital saat aktivitas
3. Volume Cairan Adekuat (0601)
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada kelelahan atau pusing
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk terapi obat bronkodilator dan mukolitik
2. Manajemen Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik pengaturan napas dan istirahat saat aktivitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan aktivitas
3. Manajemen Cairan
- Kaji status hidrasi pasien secara berkala
- Pantau intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi
- Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk kebutuhan asupan cairan dan nutrisi
Penjelasan rinci di atas menggambarkan pendekatan komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Evaluasi dan penyesuaian intervensi perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan kondisi pasien. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum.