Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15661 | 16 Apr 2025
Klinis : batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk berdahak.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sekret, dan dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pengisapan jalan napas
2. Pemberian bronkodilator
3. Peningkatan batuk efektif
4. Pemberian mukolitik
5. Pengaturan posisi
6. Pemberian oksigen
7. Edukasi mengenai teknik batuk efektif
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar-standar yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan pelayanan yang diberikan. -
Article No. 15662 | 16 Apr 2025
Klinis : Ijin bertanya bapak/ibu terkait kode pneumonia Pasien dengan du pneumonia Klebsiella, ds tb paru Apakah kode pneumonia dikode juga atau include tb paru? Karena mnrt dpjp tdk semua pneumonia disebabkan karena tb paru?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, terima kasih atas pertanyaan Anda mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis pneumonia dengan disertai tuberkulosis paru. Berikut adalah penjelasan yang saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia karena Klebsiella
Dalam kasus ini, pneumonia Klebsiella dan tuberkulosis paru (TB paru) merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah. Meskipun pneumonia dapat terjadi sebagai komplikasi dari TB paru, tidak semua pneumonia disebabkan oleh TB paru. Oleh karena itu, kode J15.0 digunakan untuk mengkodekan pneumonia Klebsiella, sementara kode untuk TB paru akan dikodekan secara terpisah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang terkait
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis atau prosedur yang perlu dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM. Fokus utama adalah pada diagnosis pneumonia Klebsiella dan TB paru, yang dikodekan menggunakan kode ICD-10.
Penting untuk mencatat bahwa pneumonia dan TB paru merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah, meskipun mereka dapat terkait dalam beberapa kasus. Hal ini membantu memastikan akurasi dalam pencatatan dan penagihan medis. -
Article No. 15663 | 16 Apr 2025
Klinis : Keluarga Tn. Solihin (33 tahun) yang tinggal di Jl. Yossudarso, Gempal, Sumbersari, Jember merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami (Tn. S), istri (Ny. R, 29 tahun), dan dua orang anak perempuan berusia 9 tahun (An. R) dan 3 bulan (An. K). Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir SD, sedangkan Ny. R adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA. Dalam pengkajian tahap perkembangan keluarga terungkap bahwa Ny. R lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada anak kedua (An. K) yang masih berusia 3 bulan, sehingga waktu untuk anak pertama (An. R) yang berusia 9 tahun menjadi berkurang. An. R yang sudah berusia 9 tahun (usia sekolah) masih belum bisa mandiri dalam melakukan pekerjaan rumah sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat bajunya sendiri. Keluarga Tn. S belum memiliki rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga. Meskipun komunikasi dalam keluarga terjalin dengan baik dan setiap permasalahan diselesaikan dengan musyawarah, namun masih terdapat keterbatasan dalam pengaturan peran dan tanggung jawab terkait pengasuhan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (NANDA-I)
Berhubungan dengan keterbatasan kemampuan anak (An. R) dalam melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan (NANDA-I)
Berhubungan dengan fokus perhatian Ny. R yang lebih banyak tercurah pada anak kedua (An. K) yang masih bayi, sehingga mengakibatkan pengabaian terhadap anak pertama (An. R).
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga (NANDA-I)
Berhubungan dengan belum adanya rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Karakteristik: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan kemampuan anak, kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Karakteristik: Fokus perhatian orang tua, terutama ibu, yang lebih banyak tercurah pada anak kedua sehingga mengabaikan anak pertama.
- Faktor Berhubungan: Peran dan tanggung jawab dalam pengasuhan anak yang belum optimal.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Karakteristik: Belum adanya rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
- Faktor Berhubungan: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam manajemen pengasuhan dan kesehatan keluarga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Luaran: Anak dapat melakukan aktivitas sederhana seperti merapikan tempat tidur dan melipat pakaian secara mandiri.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Luaran: Orang tua, terutama ibu, dapat memberikan perhatian yang seimbang kepada anak-anak.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Luaran: Keluarga memiliki rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Defisit Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- Intervensi: Bimbingan dan latihan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sederhana, serta pengawasan dan umpan balik dari orang tua.
2. Ketidakefektifan Pengasuhan
- Intervensi: Konseling dan edukasi bagi orang tua, terutama ibu, untuk mengoptimalkan pemberian perhatian dan pengasuhan yang seimbang kepada anak-anak.
3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Keluarga
- Intervensi: Pemberian edukasi dan fasilitasi penyusunan rencana jangka panjang terkait pengasuhan anak dan pengelolaan kesehatan keluarga. -
Article No. 15664 | 16 Apr 2025
Klinis : tahap rencana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tahap rencana dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan terkait Kondisi Kesehatan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan adalah keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Pengetahuan, di mana pasien/klien dapat menunjukkan pemahaman yang meningkat mengenai kondisi kesehatannya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan adalah Edukasi Kesehatan, yang meliputi pemberian informasi dan pengajaran terkait kondisi kesehatan, prosedur, pengobatan, dan manajemen diri.
Dalam tahap rencana, perawat berperan untuk mengidentifikasi kebutuhan edukasi pasien/klien, menetapkan tujuan pembelajaran, merancang materi edukasi yang sesuai, dan melaksanakan sesi edukasi yang efektif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman pasien/klien terhadap kondisi kesehatannya, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan perawatan diri yang optimal. -
Article No. 15665 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang sudah meninggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kematian
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua fungsi vital tubuh secara permanen. Tanda-tanda kematian meliputi pupil tidak bereaksi, tidak ada denyut nadi, tidak ada pernafasan, kulit pucat dan dingin.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pasien dengan kematian adalah:
1. Kondisi tubuh pasien terpelihara dengan baik.
2. Keluarga menerima kematian pasien dengan tenang.
3. Proses pemakaman dapat dilakukan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan kematian meliputi:
1. Mempertahankan integritas tubuh pasien.
2. Memberikan dukungan emosional kepada keluarga.
3. Memfasilitasi proses pemakaman sesuai dengan adat dan keyakinan keluarga.
Dalam konteks pasien yang sudah meninggal dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, fokus intervensi keperawatan adalah mempertahankan integritas tubuh pasien, memberikan dukungan emosional kepada keluarga, dan memfasilitasi proses pemakaman yang sesuai dengan adat dan keyakinan keluarga. Perawat berperan sebagai advokat dan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan keluarga terkait perawatan jenazah dan proses pemakaman. -
Article No. 15666 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari SMRS. Keluhan diawali dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam dan keras sejak 2 hari SMRS. Hari ini pasien mengalami muntah darah sebanyak 2 kali dan BAB hitam sebanyak 1 kali. Makan dan minum dbn. Mual (+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan adanya lesi pada mukosa lambung atau usus.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Risiko perdarahan gastrointestinal: Kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran cerna.
- Faktor risiko: Adanya lesi pada mukosa lambung atau usus, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat penyakit gastrointestinal, dan trauma.
- Tanda dan gejala: Muntah darah segar, feses berwarna hitam, nyeri ulu hati, mual, dan penurunan tekanan darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien tidak mengalami komplikasi perdarahan gastrointestinal.
- Kriteria hasil: Tidak ada muntah darah, feses berwarna normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi penurunan kadar hemoglobin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda perdarahan, pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, pemberian cairan/darah sesuai indikasi, dan edukasi terkait gaya hidup yang sehat.
Sebagai perawat, saya akan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini untuk mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 15667 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari SMRS. Keluhan diawali dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam dan keras sejak 2 hari SMRS. Hari ini pasien mengalami muntah darah sebanyak 2 kali dan BAB hitam sebanyak 1 kali. Makan dan minum dbn. Mual (+).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (Muntah darah)
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), disertai dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS dan BAB hitam serta keras sejak 2 hari SMRS. Gejala ini mengarah pada diagnosis hematemesis (muntah darah), yang tercakup dalam kode ICD-10 K92.0.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.43
- Deskripsi: Esofagogastroduodenoskopi (EGD)
Penjelasan:
Dalam penanganan pasien dengan keluhan muntah darah, prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan adalah esofagogastroduodenoskopi (EGD) untuk mengevaluasi sumber perdarahan. Kode ICD-9-CM 44.43 mencakup tindakan ini.
Dokter mungkin akan melakukan EGD untuk menentukan penyebab dan lokasi perdarahan, serta mempertimbangkan tindakan lanjutan yang diperlukan, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya. -
Article No. 15668 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar sejak 1 hari SMRS. Keluhan diawali dengan nyeri ulu hati sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam dan keras sejak 2 hari SMRS. Hari ini pasien mengalami muntah darah sebanyak 2 kali dan BAB hitam sebanyak 1 kali. Makan dan minum dbn. Mual (+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda gambarkan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan Saluran Cerna Aktif (00229)
Definisi: Proses patologis yang ditandai dengan keluarnya darah segar atau gumpalan darah dari saluran cerna.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Ulkus peptikum, varises esofagus, malignancy, trauma, koagulopati
- Gejala dan tanda: Muntah darah, melena, nyeri ulu hati, hipotensi, takikardia
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Perdarahan
- Integritas Mukosa Gastrointestinal
- Perfusi Jaringan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perdarahan
- Manajemen Nyeri
- Monitoring Tanda Vital
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan muntah darah segar, nyeri ulu hati, dan BAB hitam, yang menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna aktif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti ulkus peptikum, varises esofagus, atau malignancy. Intervensi keperawatan utama adalah mengendalikan perdarahan, mengelola nyeri, dan memantau tanda vital pasien secara ketat untuk memastikan perfusi jaringan yang adekuat. Luaran yang diharapkan adalah kontrol perdarahan, integritas mukosa gastrointestinal yang baik, dan perfusi jaringan yang stabil. -
Article No. 15669 | 16 Apr 2025
Klinis : infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi infeksi.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi infeksi:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi infeksi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko infeksi". Diagnosis ini menggambarkan bahwa pasien berisiko mengalami infeksi akibat berbagai faktor, seperti penurunan daya tahan tubuh, paparan agen infeksius, atau prosedur medis yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah melakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk kondisi infeksi berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Kontrol Infeksi: Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi dan mampu mencegah terjadinya infeksi.
2. Pemulihan: Pasien menunjukkan perbaikan kondisi klinis dan fungsi tubuh yang terganggu akibat infeksi.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang infeksi, faktor risiko, dan tindakan pencegahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada kondisi infeksi, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi: Melakukan pemantauan tanda-tanda infeksi, seperti perubahan tanda vital, output urin, dan pemeriksaan laboratorium.
2. Manajemen risiko infeksi: Menerapkan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan APD, dan menjaga kebersihan lingkungan.
3. Edukasi tentang infeksi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan tindakan pencegahan infeksi.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lain dalam mengelola infeksi.
5. Evaluasi dan pemantauan kemajuan: Melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien dalam mencegah, mengelola, dan memulihkan kondisi infeksi secara efektif. -
Article No. 15670 | 16 Apr 2025
Klinis : Tentukan Intervensi SDKI ( Tujuan, Kriteria hasil, tindakan, rasional) pada kasus Seorang laki-laki berusia 72 tahun ditemukan oleh petugas puskesmas keliling di sebuah kolong jembatan, tempat ia tinggal selama lebih dari lima tahun terakhir. Ia tampak kurus, berambut kusut, dan mengenakan pakaian lusuh. Lansia tersebut mengaku bernama Pak Rahman dan mengatakan bahwa ia tidak memiliki keluarga atau tempat tinggal tetap sejak diusir dari rumah anaknya. Ia sering merasa cemas saat malam tiba karena takut mengalami kekerasan dari orang-orang sekitar, dan mengaku sering merasa sedih, kesepian, dan tidak berharga. Pak Rahman juga menunjukkan tanda-tanda penurunan fungsi kognitif, seperti sulit mengingat waktu dan bingung ketika ditanya arah. Selain itu, ia tampak kurang terawat secara fisik dan menunjukkan gejala insomnia serta penurunan nafsu makan. Kondisi ini menunjukkan perlunya asuhan keperawatan jiwa untuk membantu meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup Pak Rahman.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Kognitif
3. Kecemasan
4. Gangguan Makan
5. Gangguan Tidur
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian dan analisis data pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi SDKI untuk Kasus Pak Rahman:
1. Isolasi Sosial
- Tujuan: Meningkatkan interaksi sosial Pak Rahman.
- Kriteria Hasil: Pak Rahman dapat berinteraksi dengan orang lain minimal 2 kali per hari.
- Tindakan:
- Identifikasi kemampuan Pak Rahman dalam berinteraksi sosial.
- Bantu Pak Rahman untuk terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
- Fasilitasi Pak Rahman untuk membangun hubungan dengan orang lain.
- Rasional: Meningkatkan interaksi sosial dapat membantu Pak Rahman mengurangi perasaan kesepian dan terisolasi.
2. Gangguan Kognitif
- Tujuan: Meningkatkan fungsi kognitif Pak Rahman.
- Kriteria Hasil: Pak Rahman dapat mengingat waktu dan tempat dengan baik.
- Tindakan:
- Evaluasi kemampuan kognitif Pak Rahman.
- Berikan stimulasi kognitif melalui aktivitas sederhana, seperti permainan memori.
- Libatkan Pak Rahman dalam kegiatan yang meningkatkan orientasi waktu dan tempat.
- Rasional: Stimulasi kognitif dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif Pak Rahman.
3. Kecemasan
- Tujuan: Mengurangi tingkat kecemasan Pak Rahman.
- Kriteria Hasil: Pak Rahman dapat mengelola kecemasan dengan baik.
- Tindakan:
- Identifikasi penyebab kecemasan Pak Rahman.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengatasi kecemasan.
- Bantu Pak Rahman mengembangkan strategi koping yang efektif.
- Rasional: Mengelola kecemasan dapat meningkatkan kesejahteraan Pak Rahman.
Dengan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial, diharapkan intervensi keperawatan dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup Pak Rahman.