Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13745 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan respons imun abnormal (butterfly rash) dan edema.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan respons imun abnormal (butterfly rash) dan edema:
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Perawatan Luka
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pertahanan Tubuh
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas: Pasien mengalami kelemahan, kelelahan, dan nyeri sendi yang berdampak pada toleransi aktivitas.
2. Kerusakan integritas kulit: Pasien memiliki lesi khas "butterfly rash" di wajah dan edema pada tungkai bawah akibat respons imun abnormal.
3. Risiko infeksi: Pasien berisiko mengalami infeksi karena penurunan sistem imun dan potensi gangguan fungsi ginjal.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 13746 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi dan kulit.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kelelahan.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan edema dan fotosensitivitas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia dan malabsorpsi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal seseorang.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Rentan terhadap luka, kerusakan, atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
4. Risiko Infeksi: Rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh penurunan pertahanan tubuh.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mencegah, mengurangi, atau mentolelir nyeri.
2. Pola Tidur: Pola istirahat dan tidur yang efektif.
3. Integritas Kulit: Kondisi sehat dari kulit dan jaringan di bawahnya.
4. Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
5. Status Nutrisi: Kondisi kesehatan yang ditentukan oleh asupan, penyerapan, dan penggunaan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien.
2. Peningkatan Kualitas Tidur: Tindakan untuk membantu pasien mempertahankan pola tidur yang efektif.
3. Perawatan Kulit: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah kerusakan.
4. Manajemen Infeksi: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
5. Peningkatan Status Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. -
Article No. 13747 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (proses penyakit).
Karakteristik Mayor: Laporan verbal atau ekspresi nonverbal nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kekurangan energi.
Faktor yang berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Mayor: Kelelahan, Kelemahan.
3. Gangguan Integritas Kulit (00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Faktor yang berhubungan: Proses penyakit.
Karakteristik Mayor: Perubahan warna kulit, Lesi.
4. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko: Imunokompromais.
Karakteristik Mayor: Leukopenia.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menetapkan diagnosis keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menetapkan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang disusun oleh PPNI untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran/hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. -
Article No. 13748 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi aktivitas (NANDA-I)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Faktor Risiko: Penyakit Sistemik (Systemic Lupus Erythematosus/SLE)
2. Nyeri Kronik (NANDA-I)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung atau menetap lebih dari 3 bulan.
- Faktor Risiko: Penyakit Sistemik (SLE), Inflamasi Sendi
3. Kerusakan Integritas Kulit (NANDA-I)
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Faktor Risiko: Penyakit Sistemik (SLE), Efek Sistemik dari Inflamasi
Penjelasan Singkat Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Memberikan definisi, faktor-faktor terkait, dan karakteristik klinik dari setiap diagnosis keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan diagnosa keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Memberikan indikator hasil yang dapat diukur dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas asuhan keperawatan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan mengevaluasi outcomes yang ingin dicapai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Memberikan pedoman komprehensif tentang intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosis keperawatan.
- Membantu perawat dalam memilih dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat dapat meningkatkan kualitas, keseragaman, dan pendokumentasian asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 13749 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk kasus tersebut adalah:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan inflamasi sendi dan jaringan lunak akibat Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan gangguan fungsi muskuloskeletal akibat SLE
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri, demam, dan perubahan psikologis akibat SLE
4. Risiko Cedera berhubungan dengan edema, gangguan fungsi sendi, dan trombositopenia akibat SLE
5. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan inflamasi, fotosensitivitas, dan vaskulopati akibat SLE
Penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi terstandar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Memuat deskripsi, definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan/faktor risiko untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi terstandar luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Memuat deskripsi, definisi, kriteria hasil untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan klasifikasi terstandar intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Memuat deskripsi, definisi, aktivitas untuk setiap intervensi keperawatan.
Standar-standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan keseragaman dan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13750 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana tindakan keperawatan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi (arthritis)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan fungsi fisik
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan (rash, alopesia)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah sedemikian rupa.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Gangguan citra tubuh: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh yang mempengaruhi harga diri, interaksi sosial, dan/atau peran.
4. Risiko infeksi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
2. Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa keluhan yang signifikan.
3. Citra tubuh: Persepsi positif tentang penampilan fisik dan fungsi tubuh.
4. Status imun: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri serta memfasilitasi strategi yang efektif untuk mengurangi nyeri.
2. Peningkatan toleransi aktivitas: Tindakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan psikologis dalam melakukan aktivitas rutin.
3. Peningkatan citra tubuh: Tindakan untuk memfasilitasi persepsi yang realistis dan positif tentang penampilan fisik dan fungsi tubuh.
4. Pencegahan infeksi: Tindakan untuk melindungi individu dari infeksi.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, identifikasi dan kurangi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Berikan terapi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien, lakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
4. Berikan edukasi dan dukungan untuk meningkatkan citra tubuh pasien.
5. Lakukan pencegahan infeksi melalui tindakan kebersihan, pemberian imunisasi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
6. Berikan edukasi tentang penyakit SLE, manajemen gejala, dan modifikasi gaya hidup. -
Article No. 13751 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup. 5 diagnosis utama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah 5 diagnosa keperawatan utama dengan penjelasan singkat menggunakan format SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Nyeri Kronis (SDKI) / Nyeri Muskuloskeletal (SLKI) / Nyeri Muskuloskeletal (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri sendi pada tangan dan lutut yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir, berkaitan dengan penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI) / Malnutrisi (SLKI) / Malnutrisi (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami anemia (Hb 10,2 g/dL) yang dapat disebabkan oleh penyakit SLE dan gangguan ginjal yang diderita.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI) / Intoleransi Aktivitas (SLKI) / Intoleransi Aktivitas (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami kelelahan yang dapat disebabkan oleh penyakit SLE dan anemia yang diderita.
4. Risiko Perdarahan (SDKI) / Risiko Perdarahan (SLKI) / Risiko Perdarahan (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami trombositopenia (120.000/µL) yang meningkatkan risiko perdarahan.
5. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI) / Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SLKI) / Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SIKI)
Penjelasan: Pasien mengalami lesi khas "butterfly rash" di wajah, sariawan berulang, dan edema pada tungkai bawah yang berkaitan dengan penyakit SLE. -
Article No. 13752 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, nyeri sendi, dan anemia, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan kelelahan, serta adanya penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, yang ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, serta adanya nyeri tekan dan kekakuan sendi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, yang ditandai dengan pasien memiliki riwayat sariawan berulang dan adanya peningkatan LED serta CRP.
4. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi kulit khas "butterfly rash" di wajah dan edema pada tungkai bawah, yang dapat mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri pasien.
5. Gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan nefritis lupus, yang ditandai dengan adanya peningkatan ureum, kreatinin, dan proteinuria.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai dengan tingkat energi dan toleransi.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan.
2. Nyeri akut:
- Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri sendi hingga level yang dapat ditoleransi.
- Pasien dapat menggunakan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Risiko infeksi:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi secara mandiri.
4. Perubahan citra tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan penampilan dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuhnya.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal dalam batas normal.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian tingkat energi dan aktivitas pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai.
- Bantu pasien merencanakan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi masalah anemia.
2. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang sesuai.
- Pantau efektivitas manajemen nyeri yang dilakukan.
3. Risiko infeksi:
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi pada pasien.
- Ajarkan pasien teknik pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan sanitasi lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi imunosupresan atau antimikroba yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
4. Perubahan citra tubuh:
- Lakukan pengkajian persepsi pasien tentang citra tubuhnya.
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk meningkatkan penerimaan diri.
- Libatkan keluarga dalam mendukung penerimaan diri pasien.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang positif.
5. Gangguan fungsi ginjal:
- Lakukan pengkajian fungsi ginjal secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai, seperti pengaturan diet, pemberian obat-obatan, dan terapi dialisis jika diperlukan.
- Ajarkan pasien tentang manajemen gaya hidup yang dapat mempertahankan fungsi ginjal.
- Pantau tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan segera laporkan kepada tim kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 13753 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kasus integumen ini:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh kelemahan, keletihan, atau ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kelelahan minimal.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Individu dapat melaporkan nyeri terkontrol.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Analgesik.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Sensori Perubahan Kulit
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau beradaptasi terhadap perubahan sensori pada kulit, seperti rasa gatal, kebas, atau nyeri.
- SLKI: Individu dapat mengenali dan mengelola perubahan sensorik pada kulit.
- SIKI: Manajemen Kulit, Edukasi Kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Individu bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Demam.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk Systemic Lupus Erythematosus (SLE), seperti nyeri sendi, kelelahan, rambut rontok, lesi kulit, sariawan, dan edema. Dengan hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis SLE, pasien berisiko mengalami intoleransi aktivitas, nyeri akut, perubahan sensori kulit, serta risiko infeksi, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan harus ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 13754 | 11 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki gejala dan temuan pemeriksaan yang sesuai dengan diagnosis Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Proses penyakit (SLE, nefritis lupus)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan nyeri sendi pada tangan dan lutut, mukosa mulut terlihat sariawan multipel.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan kelelahan.
- Penyebab: Penyakit kronis (SLE), anemia
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan kelelahan yang semakin memburuk.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Gangguan dalam persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi tubuh.
- Penyebab: Perubahan penampilan fisik (bercak kemerahan di wajah, rambut rontok)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari, serta rambut rontok.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenali, mencegah, dan mengelola nyeri.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Citra Tubuh: Persepsi pasien terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Identifikasi penyebab nyeri, pemberian analgetik, teknik relaksasi, dan edukasi pengelolaan nyeri.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pengaturan aktivitas, terapi latihan, dan edukasi manajemen kelelahan.
3. Promosi Citra Tubuh: Diskusi tentang perubahan penampilan, terapi topical untuk lesi kulit, dan dukungan psikologis.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan SLE, mencakup manajemen nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan promosi citra tubuh. Pengobatan farmakologis (kortikosteroid, imunosupresan) serta modifikasi gaya hidup juga diperlukan untuk menekan aktivitas penyakit dan mencegah komplikasi.