Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15653 | 16 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan diare sudah 4 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu pasien datang dengan keluhan diare selama 4 hari, maka kami dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Diare
Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Defekasi feses yang encer dan lebih sering dari normal, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir.
- Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, peningkatan motilitas usus, dll.
- Gejala: Feses cair, peningkatan frekuensi defekasi, kram abdominal, dehidrasi, dll.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari diare, seperti frekuensi defekasi menurun, konsistensi feses normal, dan tanda-tanda vital stabil.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi keperawatan: Monitoring tanda-tanda vital, intake dan output cairan, pemberian cairan, edukasi tentang penyebab dan pencegahan diare, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Dalam konteks akademis dengan persona pakar dan perawat, kami menyarankan agar Anda dapat memahami dan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan Anda. Hal ini akan membantu Anda memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 15654 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien sesak, SpO2 67%, sianosis, pernapasan cuping hidung, Ada retraksi dada, pasien merintih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar, yang mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan oksigenasi. Kondisi ini ditandai dengan gejala seperti sesak napas, SpO2 rendah, sianosis, pernapasan cuping hidung, retraksi dada, dan pasien merintih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Proses inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Karakteristik Utama: Sesak napas, perubahan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, sianosis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pola napas efektif, ventilasi adekuat, oksigenasi jaringan meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Pernapasan
Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan patensi jalan napas, meningkatkan ventilasi, dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Secara akademis, sebagai seorang pakar perawat, saya menyarankan agar dilakukan penanganan segera terhadap kondisi pasien tersebut untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut. -
Article No. 15655 | 16 Apr 2025
Klinis : Post partum prematurus + rupture perineum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O72.1
- Deskripsi: Perdarahan post partum, akibat atonia uteri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.3
- Deskripsi: Penjahitan ruptur perineum
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O72.1 untuk "Perdarahan post partum, akibat atonia uteri" merupakan kode yang sesuai untuk kondisi post partum prematurus (perdarahan setelah melahirkan yang terjadi lebih awal dari yang diharapkan). Atonia uteri adalah kondisi dimana rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan, sehingga dapat menyebabkan perdarahan berlebih.
2. Kode ICD-9-CM 75.3 untuk "Penjahitan ruptur perineum" adalah kode prosedur yang sesuai untuk menangani ruptur perineum (robekan pada area antara vagina dan anus) yang terjadi pada kondisi ini. Penjahitan diperlukan untuk menutup dan memperbaiki robekan tersebut.
Pencatatan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat, serta untuk keperluan penagihan dan klaim asuransi kesehatan. -
Article No. 15656 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien 45 tahun dengan diagnosa medis CKD dan MODS, pasien nampak somnolen, tampak edema pada tangan dan ekstremitas, edama grade 3. TD 180/110mmHg., Nadi 130x/menit., RR 28x/menit, Kesadaran Soporokoma, GCS E2, M3 V 2, SpO2 90% dengan sungkup NRM 10 I/ menit. Anuria, Hasil lab menunjukkan Nilai Ureum 48 Cr 1.5 eGFR 48, GDS 250. • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda dengan menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal (SDKI)
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI)
3. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
- Definisi: Penurunan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi di ginjal.
- Penyebab: Penyakit ginjal kronis, gagal ginjal, dan komplikasi dari penyakit lain seperti hipertensi dan diabetes.
- Tanda dan gejala: Edema, oliguria atau anuria, kadar ureum dan kreatinin yang meningkat, hipertensi.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Penurunan kesadaran, kekuatan otot pernapasan yang menurun, dan akumulasi sekresi.
- Tanda dan gejala: Napas cuping hidung, dispnea, takipnea, hipoksemia.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan volume cairan yang melebihi volume cairan normal tubuh.
- Penyebab: Gagal ginjal, retensi cairan, ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan cairan.
- Tanda dan gejala: Edema, hipertensi, oliguria, distensi vena leher.
Pathway Kasus:
1. Diagnosa Medis: CKD dan MODS
2. Tanda dan Gejala: Somnolen, edema, hipertensi, takikardia, takipnea, hipoksemia, anuria
3. Pemeriksaan Penunjang: Ureum 48, Kreatinin 1.5, eGFR 48, GDS 250
4. Diagnosa Keperawatan:
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Kelebihan Volume Cairan
5. Intervensi Keperawatan:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Atur posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau intake dan output cairan
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi
- Berikan diuretik sesuai resep
- Lakukan tindakan dialisis sesuai indikasi
Intervensi Keperawatan:
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya merekomendasikan intervensi keperawatan berikut untuk mengatasi masalah kesehatan pasien:
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien.
2. Atur posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan dan mencegah aspirasi.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Pantau intake dan output cairan secara cermat untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5. Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi untuk mencegah overload cairan.
6. Berikan diuretik sesuai resep dokter untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi edema.
7. Lakukan tindakan dialisis sesuai indikasi untuk membantu mengeluarkan sisa metabolisme.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat berangsur membaik dan komplikasi dapat dicegah. Saya siap memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pemulihan pasien. -
Article No. 15657 | 16 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 58 tahun, dirawat di RS karena gagal jantung kongestif dan sepsis. Keluhan yang dialami: Sesak napas terasa sejak 10 hari yang lalu dan bertambah berat ketika jalan kekamar mandi. Kesadaran Sopor GCS: E,M3Vet Kedua kaki pasien terlihat bengkak dengan derajat edema 2. Hasil pengkajian didapatkan TD: 85/55 mmHg, frekuensi nafas 27 x/mnt, HR: 115x/ mnt, Sp02= 90%. Hasil foto thorax didapatkan cardiomegali dan edema Pulmo bilateral. Riwayat HT dan tb Paru • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan analisis diagnostik dan rencana keperawatan untuk pasien perempuan berusia 58 tahun dengan kondisi gagal jantung kongestif dan sepsis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrathorak dan penurunan kemampuan ventilasi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium dan peningkatan afterload.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan otot.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme kompensasi ginjal yang tidak efektif.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Penjelasan Singkat Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan luaran yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Pathway Kasus:
Gagal Jantung Kongestif + Sepsis
↓
Ketidakefektifan Pola Napas
↓
Penurunan Curah Jantung
↓
Intoleransi Aktivitas
↓
Kelebihan Volume Cairan
↓
Risiko Infeksi
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian oksigen sesuai indikasi
3. Pengaturan posisi semi fowler untuk meningkatkan ventilasi
4. Kolaborasi pemberian diuretik dan vasodilator
5. Pembatasan asupan cairan dan monitoring intake-output
6. Pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
7. Edukasi dan konseling terkait penyakit dan penatalaksanaannya
8. Monitoring dan manajemen gejala seperti sesak napas dan edema
Dengan penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan secara sistematis dan terukur, sehingga dapat membantu pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 15658 | 16 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 58 tahun, dirawat di RS karena gagal jantung kongestif dan sepsis. Keluhan yang dialami: Sesak napas terasa sejak 10 hari yang lalu dan bertambah berat ketika jalan kekamar mandi. Kesadaran Sopor GCS: E,M3Vet Kedua kaki pasien terlihat bengkak dengan derajat edema 2. Hasil pengkajian didapatkan TD: 85/55 mmHg, frekuensi nafas 27 x/mnt, HR: 115x/ mnt, Sp02= 90%. Hasil foto thorax didapatkan cardiomegali dan edema Pulmo bilateral. Riwayat HT dan tb Paru • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Pathway Kasus:
1. Gagal Jantung Kongestif
2. Sepsis
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan perfusi perifer yang tidak efektif, ditandai dengan sesak napas saat aktivitas.
2. Edema perifer berhubungan dengan retensi cairan dan penurunan fungsi pompa jantung, ditandai dengan edema pada kedua kaki dengan derajat 2.
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipoperfusi, ditandai dengan TD: 85/55 mmHg, HR: 115x/mnt, dan Sp02: 90%.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pasien berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan perfusi perifer yang tidak efektif:
- Kaji status kardiovaskular dan respirasi pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur pola makan yang sesuai
2. Edema perifer berhubungan dengan retensi cairan dan penurunan fungsi pompa jantung:
- Kaji tanda-tanda vital dan status cairan pasien
- Atur posisi elevasi ekstremitas bawah
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai resep dokter
- Pantau intake dan output cairan pasien
3. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung dan hipoperfusi:
- Kaji tanda-tanda vital dan status perfusi jaringan pasien
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan vasopressor
- Lakukan pemantauan ketat status hemodinamik pasien
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lebih lanjut. -
Article No. 15659 | 16 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 58 tahun, dirawat di RS karena gagal jantung kongestif dan sepsis. Keluhan yang dialami: Sesak napas terasa sejak 10 hari yang lalu dan bertambah berat ketika jalan kekamar mandi. Kesadaran Sopor GCS: E,M3Vet Kedua kaki pasien terlihat bengkak dengan derajat edema 2. Hasil pengkajian didapatkan TD: 85/55 mmHg, frekuensi nafas 27 x/mnt, HR: 115x/ mnt, Sp02= 90%. Hasil foto thorax didapatkan cardiomegali dan edema Pulmo bilateral. Riwayat HT dan tb Paru • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung (NANDA-I)
Definisi: Tidak adekuatnya pemompaan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Faktor yang berhubungan: Gagal jantung, disritmia, penyakit katup jantung.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Faktor yang berhubungan: Penyakit paru kronis, edema paru.
3. Intoleransi Aktivitas (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena kelelahan.
Faktor yang berhubungan: Gangguan kardiovaskular, malnutrisi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Memberikan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia, seperti contoh yang disebutkan di atas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Memberikan standar luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Pathway Kasus:
Gagal Jantung Kongestif + Sepsis
|
↓
Penurunan Curah Jantung
|
↓
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
|
↓
Intoleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan:
Diagnosa 1: Penurunan Curah Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi pemberian diuretik dan vasodilator
- Atur posisi semi fowler untuk menurunkan beban jantung
- Anjurkan istirahat yang cukup
Diagnosa 2: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitoring status pernapasan dan oksigenasi
- Lakukan fisioterapi dada dan suction jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
Diagnosa 3: Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien
- Anjurkan aktivitas bertahap sesuai toleransi
- Ajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi
- Berikan dukungan emosional -
Article No. 15660 | 16 Apr 2025
Klinis : Pasien 45 tahun dengan diagnosa medis CKD dan MODS, pasien nampak somnolen, tampak edema pada tangan dan ekstremitas, edama grade 3. TD 180/110mmHg., Nadi 130x/menit., RR 28x/menit, Kesadaran Soporokoma, GCS E2, M3 V 2, SpO2 90% dengan sungkup NRM 10 I/ menit. Anuria, Hasil lab menunjukkan Nilai Ureum 48 Cr 1.5 eGFR 48, GDS 250. • Buat pathway kasus tersebut. • Tentukan masalah keperawatan • Tentukan intervensi keperawatan yang tepat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan:
Pathway Kasus:
Pasien 45 tahun dengan diagnosa medis CKD (Chronic Kidney Disease) dan MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) memiliki manifestasi klinis berupa somnolen, edema pada tangan dan ekstremitas (grade 3), tekanan darah tinggi (180/110 mmHg), nadi cepat (130x/menit), laju napas cepat (28x/menit), kesadaran soporokoma dengan skor GCS E2 M3 V2, dan SpO2 rendah (90%) serta membutuhkan oksigen melalui sungkup NRM 10 L/menit. Laboratorium menunjukkan nilai ureum tinggi (48 mg/dL), kreatinin tinggi (1,5 mg/dL), eGFR menurun (48 mL/menit/1,73m2), dan gula darah sewaktu tinggi (250 mg/dL). Kondisi anuria juga teridentifikasi.
Masalah Keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan dan edema paru, ditandai dengan SpO2 rendah, peningkatan laju napas, dan kesadaran soporokoma.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan hipervolemia, ditandai dengan edema, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan denyut nadi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan status fisiologis dan keterbatasan fungsi organ, ditandai dengan somnolen.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan anuria, peningkatan ureum, dan kreatinin.
5. Risiko komplikasi (MODS) berhubungan dengan penurunan fungsi organ multipel.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran gas: Saturasi oksigen membaik, laju napas normal, dan kesadaran membaik.
2. Perfusi jaringan: Tekanan darah dan denyut nadi terkendali, edema berkurang.
3. Toleransi aktivitas: Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.
4. Keseimbangan cairan: Output urin meningkat, nilai ureum dan kreatinin membaik.
5. Tidak terjadi komplikasi MODS.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pertukaran gas:
- Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan tindakan suportif pernapasan (misalnya postural drainage)
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan
2. Perfusi jaringan:
- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, edema)
- Berikan terapi diuretik sesuai instruksi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan antihipertensi
3. Toleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas pasien dan batasi sesuai toleransi
- Berikan perawatan mandiri secara bertahap
- Berikan dukungan psikologis dan pendidikan kesehatan
4. Keseimbangan cairan:
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Lakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pengobatan terkait gangguan ginjal
5. Pencegahan komplikasi:
- Monitor tanda-tanda awal MODS
- Berikan perawatan suportif komprehensif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk pencegahan dan penanganan komplikasi
Penjelasan:
Pathway kasus menggambarkan kondisi pasien dengan CKD dan MODS yang memiliki gejala-gejala khas seperti somnolen, edema, gangguan hemodinamik, dan gangguan fungsi ginjal. Berdasarkan kondisi tersebut, diidentifikasi beberapa masalah keperawatan utama yang harus ditangani, yaitu gangguan pertukaran gas, penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta risiko komplikasi MODS.
Luaran/output yang diharapkan dari asuhan keperawatan adalah memulihkan fungsi pernapasan, menstabilkan hemodinamik, meningkatkan toleransi aktivitas, memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mencegah komplikasi MODS. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, seperti pemantauan status klinis, pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, aktivitas yang bertahap, serta kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dalam pemulihan dan mencegah komplikasi yang lebih buruk. -
Article No. 15661 | 16 Apr 2025
Klinis : batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk berdahak.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sekret, dan dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pengisapan jalan napas
2. Pemberian bronkodilator
3. Peningkatan batuk efektif
4. Pemberian mukolitik
5. Pengaturan posisi
6. Pemberian oksigen
7. Edukasi mengenai teknik batuk efektif
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar-standar yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan pelayanan yang diberikan. -
Article No. 15662 | 16 Apr 2025
Klinis : Ijin bertanya bapak/ibu terkait kode pneumonia Pasien dengan du pneumonia Klebsiella, ds tb paru Apakah kode pneumonia dikode juga atau include tb paru? Karena mnrt dpjp tdk semua pneumonia disebabkan karena tb paru?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, terima kasih atas pertanyaan Anda mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis pneumonia dengan disertai tuberkulosis paru. Berikut adalah penjelasan yang saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia karena Klebsiella
Dalam kasus ini, pneumonia Klebsiella dan tuberkulosis paru (TB paru) merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah. Meskipun pneumonia dapat terjadi sebagai komplikasi dari TB paru, tidak semua pneumonia disebabkan oleh TB paru. Oleh karena itu, kode J15.0 digunakan untuk mengkodekan pneumonia Klebsiella, sementara kode untuk TB paru akan dikodekan secara terpisah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang terkait
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis atau prosedur yang perlu dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM. Fokus utama adalah pada diagnosis pneumonia Klebsiella dan TB paru, yang dikodekan menggunakan kode ICD-10.
Penting untuk mencatat bahwa pneumonia dan TB paru merupakan dua kondisi yang berbeda dan harus dikodekan secara terpisah, meskipun mereka dapat terkait dalam beberapa kasus. Hal ini membantu memastikan akurasi dalam pencatatan dan penagihan medis.