Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13725 | 11 Mar 2025
Klinis : An. A, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang merupakan terakhir dari tiga bersaudara. Pasien tinggal di lingkungan XVI Lorong Jaya, Mabar, Medan Deli. Pada tanggal 2 Maret 2021, pasien masuk rumah sakit karena dirinya merasa tidak berguna dan sering berpikir mengenai hal-hal negatif pada diri sendiri sejak 7 bulan yang lalu. Pasien sempat marah-marah kepada orang tuanya saat pertama kali masuk rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya yang tidak ada cacat, namun ketika pasien mengalami peristiwa hilangnya penglihatan, pasien sempat marah dan menangis terus menerus di kamar, pasien juga mengatakan "Aku tidak bisa apa-apa" dan menolak diajak berbicara maupun berinteraksi dengan orang lain karena malu dengan kondisi fisiknya. Pasien mengatakan hanya bisa merepotkan orang lain dan tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri. Keluarga mengatakan pasien tidak pernah sempat mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah karena tidak mudah akrab dengan orang yang tidak dikenal, pasien pun jarang beribadah ke gereja setempat. Keluarga mengatakan pasien sempat dibawa ke dukun namun tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke rumah sakit jiwa. Selama perawatan di rumah sakit, pasien masih suka termenung, namun tetap mau minum obatnya dan mengatakan ingin cepat sembuh. Pasien merasa ingin selalu sendirian karena merasa tidak aman di tempat umum, sehingga pasien sering merenung dan termenung. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD = 110/80 mmhg, n = 80x/m = 36,5°C, RR = 22x/i, BB 4 = 42 kg TB = 136 cm. Pasien tampak berjalan menunduk, lesu dan tidak bergairah selalu berbicara pelan dan lirih, selalu menunduk jika sedang berinteraksi dengan orang lain. Pasien tanpak kurang rapi dalam berpakaian. Pasien kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan perawat walaupun lambat dan tidak jelas namun masih dapat dipahami. Pasien mengatakan bisa beraktivitas sehari-hari dengan menggunakan alat bantu. Pasien merasa sedih jika ditinggal di rumah sendirian. Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham Pasien tidak mengalami fobia, obsesi, ataupun depersonalisasi, tidak mengalami gangguan orientasi. Pasien mampu menceritakan kejadian di masa lalu, berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana, dan mampu melakukan penilaian. Pasien mengatakan mengetahui bahwa dia sedang sakit, namun pasien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan obat penyembuhnya. isikan sesuai format di atas harus lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Harga Diri Rendah Situasional
2. Isolasi Sosial
3. Koping Individu Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Harga Diri Rendah Situasional
SDKI: Penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri atau kemampuannya yang bersifat sementara atau tergantung situasi
SLKI: Peningkatan Harga Diri
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya dan kemampuannya yang bersifat situasional.
2. Isolasi Sosial
SDKI: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik
SLKI: Peningkatan Sosialisasi
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan hubungan dan interaksi sosial yang efektif.
3. Koping Individu Tidak Efektif
SDKI: Ketidakmampuan seseorang untuk mengatur atau mengatasi stresor atau perubahan dalam hidupnya
SLKI: Peningkatan Koping
SIKI: Intervensi untuk membantu klien meningkatkan kemampuan dalam mengatur atau mengatasi stresor dan perubahan yang terjadi.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Harga Diri Rendah Situasional, Isolasi Sosial, dan Koping Individu Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya, meningkatkan interaksi dan hubungan sosial, serta meningkatkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. -
Article No. 13726 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta untuk kondisi "Nyeri Kepala":
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.209
- Deskripsi: Nyeri kepala tak tergolongkan lainnya, tidak spesifik
Penjelasan:
Kode ICD-10 G44.209 digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri kepala yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik. Ini merupakan kategori umum untuk nyeri kepala yang tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis yang lebih terperinci, seperti migrain, cluster headache, atau nyeri kepala tipe ketegangan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.17
- Deskripsi: Tomografi komputer kepala tanpa bahan kontras
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 89.17 dapat digunakan untuk tindakan pencitraan radiologi, yaitu Tomografi Komputer (CT) kepala tanpa penggunaan bahan kontras. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab nyeri kepala dan menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi patologis yang mendasarinya, seperti tumor, perdarahan intrakranial, atau kelainan struktural lainnya. -
Article No. 13727 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Nyeri Kepala
1. Kode ICD-10:
- Kode: G44.- (Migren dan sindrom sakit kepala lainnya)
- Deskripsi: Nyeri kepala merupakan salah satu gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis. Kode ICD-10 yang sesuai untuk nyeri kepala adalah G44.-, yang mencakup migren dan sindrom sakit kepala lainnya. Diagnosis yang lebih spesifik dapat ditentukan berdasarkan karakteristik nyeri kepala, penyebab, durasi, dan gejala menyertanya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak Ada
- Deskripsi: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk nyeri kepala, karena ini merupakan gejala dan diagnosis, bukan tindakan medis. Penanganan nyeri kepala dapat melibatkan berbagai jenis intervensi, seperti pemberian obat-obatan, terapi fisik, atau tindakan diagnostik untuk menentukan penyebabnya, tetapi tidak ada kode prosedur yang secara khusus terkait dengan nyeri kepala.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode ICD-10 yang sesuai untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan kondisi nyeri kepala pasien, serta menggunakan kode prosedur ICD-9-CM jika diperlukan tindakan medis spesifik untuk menangani atau menyelidiki penyebab nyeri kepala. -
Article No. 13728 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing (Dizziness)
Definisi:
Pusing adalah sensasi tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien, seperti rasa berputar, tidak seimbang, atau ketidakmampuan mempertahankan posisi tubuh.
SDKI:
Pusing dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti gangguan sistem saraf, masalah kardiovaskular, atau kondisi lainnya. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada pengkajian gejala pusing yang dialami oleh pasien, seperti durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan pusing adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mengendalikan gejala pusing. Indikator keberhasilan dapat berupa pasien dapat berjalan dengan stabil, tidak jatuh, dan melaporkan penurunan sensasi pusing.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pusing antara lain:
1. Manajemen lingkungan: menjaga lingkungan agar aman dan nyaman bagi pasien.
2. Manajemen aktivitas: mengatur aktivitas pasien agar tidak membebani.
3. Manajemen nutrisi: memastikan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.
4. Edukasi kesehatan: memberikan informasi terkait penyebab, gejala, dan penanganan pusing.
5. Terapi komplementer: seperti relaksasi, terapi posisi, atau stimulasi sensorik.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien mengatasi pusing dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 13729 | 11 Mar 2025
Klinis : Pusing, panas, mencre lendir dan darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala panas yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, serta diare berlendir dan berdarah yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran pencernaan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan suhu tubuh.
2. Diare berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Diare dengan lendir dan darah merupakan gejala yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan diare sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen infeksi.
3. Nyeri Kepala berhubungan dengan Infeksi Saluran Pencernaan
Penjelasan:
Pusing yang dirasakan pasien dapat merupakan gejala dari nyeri kepala yang terkait dengan infeksi saluran pencernaan. Infeksi dapat menyebabkan peradangan dan meningkatkan tekanan intrakranial, sehingga menimbulkan rasa pusing atau nyeri kepala.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia. Standar-standar ini dikembangkan berdasarkan bukti ilmiah dan konsensus para pakar keperawatan di Indonesia. -
Article No. 13730 | 11 Mar 2025
Klinis : Nyeri perut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi nyeri perut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak tergolongkan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode R10.4 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan nyeri perut yang tidak dapat diklasifikasikan ke kondisi spesifik lainnya.
- Nyeri perut merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastritis, divertikulitis, pankreatitis, batu empedu, hernia, dan lain-lain.
- Pengkodean dengan R10.4 dilakukan ketika penyebab nyeri perut belum dapat ditentukan atau tidak diklasifikasikan ke dalam kategori diagnosa lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang secara khas dilakukan untuk nyeri perut sebagai gejala. Penanganan akan bergantung pada penyebab yang mendasarinya, misalnya endoskopi, pencitraan, atau pemberian terapi simptomatik.
Penjelasan:
- Nyeri perut sebagai gejala tidak memiliki kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik.
- Penanganan nyeri perut akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, sehingga tidak ada kode prosedur yang dapat diberikan secara umum.
- Tindakan medis yang mungkin dilakukan, seperti endoskopi, pencitraan, atau pemberian terapi simptomatik, akan dikodekan sesuai dengan prosedur yang dilakukan. -
Article No. 13731 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 30 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluarnya cairan dari telinga kiri yang terjadi berulang selama lebih dari 3 bulan terakhir. Cairan yang keluar berwarna kuning keputihan, berbau tidak sedap, dan tidak disertai rasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan gangguan pendengaran progresif pada telinga kiri. Pasien memiliki riwayat infeksi telinga tengah berulang sejak kecil dan sebelumnya didiagnosis otitis media akut beberapa bulan lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan yang tuntas. Pasien bekerja di lingkungan yang berdebu dan sering menggunakan earphone dengan volume tinggi. Tidak ada riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh). Tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,8°C, Pemeriksaan Telinga (Otoskopi): Perforasi membran timpani di kuadran posterior-inferior, Cairan purulen dalam liang telinga (+), Granulasi jaringan di sekitar membran timpani, Tidak ada tanda pembengkakan mastoid. Pemeriksaan Neurologis: Tidak ditemukan defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Otoskopi & Mikrootoskopi: Perforasi membran timpani sentral dengan cairan purulen di liang telinga, Tidak ada cholesteatoma yang terlihat secara langsung. Tes Audiometri: Gangguan pendengaran konduktif pada telinga kiri (bone conduction normal, air conduction menurun), Speech discrimination score menurun. Timpanometri: Tipe B (menunjukkan adanya gangguan pergerakan membran timpani akibat perforasi). Kultur Cairan Telinga: Bakteri yang sering ditemukan: Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus. CT-Scan Temporal Bone (Jika Dicurigai Komplikasi): Tidak ada tanda-tanda destruksi tulang mastoid atau cholesteatoma. Diagnosis Medis: Otitis Media Kronis (OMK) tipe perforasi sentral dengan gangguan pendengaran konduktif. Pasien direncanakan untuk mendapatkan pembersihan telinga rutin (aural toilet), antibiotik topikal, serta evaluasi untuk kemungkinan tindakan timpanoplasti (rekonstruksi membran timpani).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi terkait paparan lingkungan kerja yang berdebu dan penggunaan earphone dengan volume tinggi.
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan pertumbuhan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Paparan lingkungan yang tidak sehat, penggunaan alat kesehatan yang tidak steril.
- Gejala dan Tanda: Tanda gejala infeksi seperti demam, nyeri, kemerahan, pembengkakan.
Penjelasan SLKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Lingkungan, Pemberian Edukasi Kesehatan, Perawatan Luka.
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda infeksi, pengetahuan pasien tentang pencegahan infeksi meningkat.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa Medis terkait: Otitis Media Kronis
- Intervensi Utama: Manajemen Infeksi, Manajemen Lingkungan, Edukasi Kesehatan.
- Evaluasi: Tidak ada tanda infeksi, tidak ada peningkatan infeksi.
2. Gangguan Pendengaran terkait perforasi membran timpani dan efusi di telinga kiri.
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Penurunan kemampuan mendengar yang terjadi karena gangguan pada telinga.
- Faktor Risiko: Perforasi membran timpani, efusi di telinga.
- Gejala dan Tanda: Penurunan kemampuan mendengar, pembicaraan tidak jelas.
Penjelasan SLKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Sensori, Perawatan Telinga, Edukasi Kesehatan.
- Kriteria Hasil: Kemampuan mendengar membaik, pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
Penjelasan SIKI:
- Diagnosa Medis terkait: Otitis Media Kronis
- Intervensi Utama: Manajemen Sensori, Perawatan Telinga, Edukasi Kesehatan.
- Evaluasi: Kemampuan mendengar membaik, tidak ada keluhan gangguan pendengaran.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan utama adalah Risiko Infeksi dan Gangguan Pendengaran yang terkait dengan kondisi Otitis Media Kronis yang dialami pasien. Perawatan keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen lingkungan, perawatan telinga, edukasi kesehatan, dan pemantauan perkembangan pasien. -
Article No. 13732 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sesuai dengan gejala yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas pasien.
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yakni badan lemas, mual, dan muntah yang berlangsung selama 1 minggu, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik pasien yang menurun, sehingga aktivitas sehari-hari terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau tanda-tanda vital
- Mengatur aktivitas dan istirahat pasien
- Memberikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan kondisi medis.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan kembali beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. -
Article No. 13733 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan, yaitu mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang, maka terdapat beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan, antara lain:
1. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Kelelahan (Fatigue)
- Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan kapasitas yang menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa dilakukan.
- Karakteristik Definisi: Melaporkan perasaan lelah, kurang energi, mudah lelah saat aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pemulihan Energi
- Definisi: Kemampuan untuk memulihkan dan mempertahankan energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari.
- Kriteria Hasil: Klien melaporkan peningkatan energi, klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Energi
- Definisi: Bantuan untuk mengatur penggunaan energi secara efisien dan efektif.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi faktor yang mempengaruhi energi, ajarkan teknik konservasi energi, monitoring tanda-tanda vital, dll.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kondisi kelelahan (fatigue) yang ditandai dengan badan masih agak lemas. Tujuan keperawatan adalah memulihkan energi pasien (Pemulihan Energi) melalui intervensi Manajemen Energi, seperti mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi energi, mengajarkan teknik konservasi energi, dan memonitor tanda-tanda vital.
Diharapkan dengan intervensi tersebut, pasien dapat meningkatkan energinya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan ini berpedoman pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 13734 | 11 Mar 2025
Klinis : Pasien mengeluh badan masih agak lemes, sesak agak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluh badan masih agak lemas, sesak agak berkurang, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif.
2. Kelelahan
- SDKI: Sensasi yang menetap dari kekurangan energi fisik dan/atau mental.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mengelola kelelahan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pemulihan energi.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pasien mengeluh sesak napas yang berkurang, menandakan adanya ketidakefektifan pola napas.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi ventilasi paru-paru yang efektif, misalnya dengan latihan pernapasan, pengaturan posisi, dan pemberian oksigen jika diperlukan.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Kelelahan
- Pasien mengeluh badan masih agak lemas, menandakan adanya kelelahan.
- Intervensi keperawatan diarahkan untuk memfasilitasi pemulihan energi pasien, misalnya dengan manajemen aktivitas, istirahat yang cukup, dan nutrisi yang adekuat.
- Tujuan adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk mengelola kelelahan yang dialami.
Diharapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI di atas dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang sesuai.