Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13715 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K02.9
- Deskripsi: Karies gigi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 521.00
- Deskripsi: Karies gigi tanpa komplikasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien An. S, anak dari Tn. A dan Ny. L, mengalami karies gigi. Kode ICD-10 yang sesuai adalah K02.9 (Karies gigi, tidak spesifik), yang menggambarkan kondisi gigi dengan karies tanpa menyebutkan lokasi atau jenis karies secara spesifik.
Pada aspek tindakan medis, tidak disebutkan adanya prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. Namun, dapat diidentifikasi kode ICD-9-CM 521.00 (Karies gigi tanpa komplikasi), yang sesuai dengan kondisi karies gigi yang dialami oleh An. S. Kode ini mencakup tindakan perawatan gigi dasar, seperti pembersihan atau penambalan gigi, yang mungkin dilakukan untuk mengatasi masalah karies pada pasien.
Perlu dicatat bahwa kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk tujuan dokumentasi dan penagihan layanan kesehatan. Dalam praktik klinis, diagnosis dan rencana perawatan akan ditentukan berdasarkan penilaian komprehensif oleh tenaga kesehatan profesional. -
Article No. 13716 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat dinyatakan diagnosa keperawatan keluarga sebagai berikut:
1. Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Berhubungan dengan Ketidakpahaman Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut yang Benar.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Kemungkinan ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut secara optimal.
- Berhubungan dengan: Ketidakpahaman cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang benar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak: Kemampuan anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut: Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
- Fasilitasi Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Bantuan untuk memfasilitasi anak dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin.
Dengan intervensi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi. -
Article No. 13717 | 11 Mar 2025
Klinis : Tn. A berusia 35 thn merupakan kepala keluarga yang tinggal di daerah Wiyung, Surabaya dengan istrinya N.y L yang berusia 32 thn dan 1 anaknya An. S yang berusia 10 tahun dan sudah bersekolah di tingkat SD. Saat ini keluarga Tn. A berada di tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Pekerjaan Tn. A adalah wiraswasta dan Ny. L merupakan ibu rumah tangga dengan status sosial menengah. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan oleh kelompok, Tn. A dan Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit dan sedang berada dalam keadaan sehat, sedangkan terdapat masalah kesehatan yang sedang dialami oleh An. S, yaitu karies pada gigi. Gigi An. S terlihat kuning dan kotor. Ny. L mengatakan bahwa anaknya sangat suka makan makanan manis, seperti permen dan coklat, tetapi susah sekali untuk makan nasi dan sayur. Ny. L juga mengatakan bahwa An. S malas sikat gigi (satu kali dalam sehari), ketika ditanya An. S mengatakan tidak begitu suka sensasi rasa pasta gigi. An. S juga terlihat tidak begitu paham cara membersihkan dan merawat gigi dengan benar. Setelah mengetahui ada karies gigi pada An. S, keluarga langsung mencari informasi kepada dokter dan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk saat ini, Tn. A dan Ny. L sedang membatasi An. S makan makanan manis dan akan mendampingi untuk menggosok gigi secara rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A, Ny. L, dan An. S:
1. Risiko Karies Gigi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada An. S.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut: Perilaku untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut sesuai dengan rekomendasi.
b. Pengetahuan: Tingkat pemahaman tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar, termasuk frekuensi menyikat gigi, penggunaan pasta gigi yang tepat, dan pembatasan asupan makanan manis.
b. Latih An. S untuk melakukan teknik menyikat gigi yang tepat.
c. Libatkan Tn. A dan Ny. L untuk mendampingi dan memotivasi An. S dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut secara rutin.
d. Kolaborasi dengan dokter gigi untuk pemeriksaan dan perawatan gigi An. S.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan informasi yang diberikan, An. S mengalami masalah kesehatan berupa karies gigi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik, seperti frekuensi menyikat gigi yang kurang, penggunaan pasta gigi yang tidak disukai, dan konsumsi makanan manis yang berlebihan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Karies Gigi" yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pada An. S.
Luaran yang diharapkan adalah peningkatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan rekomendasi, serta peningkatan pengetahuan An. S tentang pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik, latihan teknik menyikat gigi yang tepat, keterlibatan orang tua untuk memotivasi An. S, serta kolaborasi dengan dokter gigi untuk pemeriksaan dan perawatan gigi An. S. -
Article No. 13718 | 11 Mar 2025
Klinis : Luka di jari, kuku rusak terkena gear motor
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada jari tangan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, jaringan nekrotik atau mati pada jari tangan
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu luka di jari dengan kerusakan kuku yang disebabkan oleh terkena gear motor, dapat diklasifikasikan menggunakan kode ICD-10 S61.0 untuk luka terbuka pada jari tangan. Kode ini mencakup luka, potongan, robekan, dan luka tusuk pada jari tangan.
Jika diperlukan tindakan medis berupa debridemen atau pembersihan luka, termasuk penghilangan jaringan nekrotik atau mati, maka kode ICD-9-CM 86.22 dapat digunakan untuk prosedur tersebut. Kode ini mengacu pada tindakan pembersihan dan pembuangan jaringan mati atau rusak pada jari tangan.
Penggunaan kode-kode ini akan membantu dalam dokumentasi dan pelaporan medis yang akurat, serta memfasilitasi proses pengkodean, penagihan, dan analisis statistik terkait kondisi dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 13719 | 11 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah sudah 4 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan mata merah selama 4 hari:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan gejala infeksi mata
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas harian yang diinginkan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Energi
3. Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan mata merah selama 4 hari kemungkinan mengalami infeksi mata yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Perawat perlu memberikan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen aktivitas, manajemen energi, dan manajemen infeksi untuk membantu pasien mencapai toleransi aktivitas yang optimal. -
Article No. 13720 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.diagnosis dan perencanaan keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pasca apendiktomi) sebagaimana ditandai dengan keluhan nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, serta nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dari skala 7 menjadi skala 3 atau kurang dalam waktu 2 hari.
2. Pasien akan mampu mengenali dan menerapkan teknik pengelolaan nyeri secara mandiri dalam waktu 1 hari.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal dalam waktu 2 hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, seperti napas dalam dan distraksi, untuk mengelola nyeri.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan posisi yang nyaman saat beristirahat dan bergerak.
5. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala untuk mendeteksi adanya perubahan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan pengelolaan nyeri yang komprehensif.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan:
1. Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dirumuskan berdasarkan keluhan dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu nyeri pada abdomen kanan bawah dengan karakteristik seperti diremas-remas, skala nyeri 7, dan nyeri yang bertambah saat digerakkan.
2. Luaran/output yang diharapkan meliputi penurunan nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri secara mandiri, dan stabilitas tanda-tanda vital. Hal ini sejalan dengan tujuan utama pengelolaan nyeri, yaitu mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan stabilitas kondisi pasien.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, edukasi teknik relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman, pemantauan tanda-tanda vital, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan kondisi pasien tetap stabil.
Diharapkan, dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, pasien dapat memperoleh pengelolaan nyeri yang efektif dan mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan pasca apendiktomi. -
Article No. 13721 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Definisi:
1. Mengeluh nyeri atau rasa tidak nyaman
2. Ekspresi wajah menunjukkan rasa nyeri
3. Perilaku/gerakan protektif untuk menghindari nyeri
4. Perubahan tanda-tanda vital
5. Menggigil atau tremor
6. Diaphoresis
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol pengalaman nyeri.
Indikator:
a. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
c. Melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
d. Tidur yang cukup
2. Pemulihan Pasca Operasi
Definisi: Pemulihan dan pemulihan kembali ke status fungsional sebelum pembedahan.
Indikator:
a. Mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal
b. Mobilisasi sesuai rencana
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi insisi
d. Asupan nutrisi adekuat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi es/kompres hangat
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Perawatan Luka Operasi
- Lakukan observasi dan pemantauan kondisi luka operasi secara berkala
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur aseptik
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi di rumah
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi lainnya
3. Perawatan Perioperatif
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien
- Pantau tanda-tanda vital dan intake/output cairan
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pemulihan pasca operasi
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri abdomen pasca apendiktomi, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut". Hal ini didasarkan pada keluhan nyeri yang dirasakan pasien, yaitu nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas dengan skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, serta nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Kontrol Nyeri dan Pemulihan Pasca Operasi. Kontrol Nyeri dimaksudkan agar pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi, serta memperoleh tidur yang cukup. Pemulihan Pasca Operasi bertujuan agar pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal, melakukan mobilisasi sesuai rencana, tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi insisi, serta memiliki asupan nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup Manajemen Nyeri, Perawatan Luka Operasi, dan Perawatan Perioperatif. Manajemen Nyeri meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik sesuai resep dokter, serta pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Perawatan Luka Operasi fokus pada observasi dan pemantauan kondisi luka, perawatan luka sesuai prosedur aseptik, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Perawatan Perioperatif mencakup mobilisasi dini, pemantauan tanda-tanda vital dan intake/output cairan, pemberian nutrisi yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pemulihan pasca operasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang efektif dan pemulihan pasca operasi yang optimal. -
Article No. 13722 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan menelan makanan, mencerna makanan, dan mengabsorbsi nutrien, yang ditandai dengan penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam menangani kasus ini, perawat dapat menggunakan luaran keperawatan seperti Status Nutrisi: Adekuat, Berat Badan: Sesuai, dan Fungsi Gastrointestinal: Optimal. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien memperoleh asupan nutrisi yang adekuat, mempertahankan berat badan yang sesuai, dan memiliki fungsi gastrointestinal yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan meliputi Manajemen Nutrisi, Manajemen Intake Nutrisi, dan Manajemen Masalah Intoleransi Makanan. Tindakan ini bertujuan untuk memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang sesuai, memantau dan mengevaluasi asupan nutrisi, serta mengatasi masalah yang menyebabkan intoleransi terhadap makanan.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada pasien. -
Article No. 13723 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E44.0
- Deskripsi: Defisit nutrisi sedang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E44.0 (Defisit nutrisi sedang) sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun". Hal ini menunjukkan adanya kekurangan nutrisi yang signifikan, tetapi tidak hingga kondisi malnutrisi berat.
2. Kode ICD-9-CM 96.6 (Pemberian nutrisi parenteral) dapat dipertimbangkan jika pasien memerlukan intervensi medis berupa pemberian nutrisi melalui jalur intravena atau parenteral. Ini dapat dilakukan jika pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mencerna, atau menyerap nutrisi melalui saluran pencernaan.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter berdasarkan penilaian komprehensif atas kondisi pasien, gejala, dan hasil pemeriksaan yang dilakukan. -
Article No. 13724 | 11 Mar 2025
Klinis : Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan menelan makanan dan mencerna makanan, serta mengabsorbsi nutrien. d.d penurunan berat badan, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi:
1. Penurunan berat badan
2. Nafsu makan menurun
3. Kesulitan menelan makanan
4. Kesulitan mencerna makanan
5. Kesulitan mengabsorbsi nutrien
Faktor Berhubungan:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Gizi: Berat Badan
Kriteria Hasil:
a. Pasien mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
b. Pasien menunjukkan pola pertumbuhan yang sesuai.
c. Pasien menunjukkan komposisi tubuh yang seimbang.
2. Status Gizi: Asupan Makanan
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sesuai usia dan kondisi.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi.
c. Pasien mampu menelan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan riwayat asupan nutrisi.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi status nutrisi pasien, seperti kesulitan menelan, mencerna, atau mengabsorbsi nutrisi.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien dan merencanakan intervensi nutrisi yang tepat.
d. Berikan makanan/suplemen yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien.
e. Pantau asupan dan output nutrisi pasien secara berkala.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Manajemen Disfagia
a. Kaji kemampuan pasien dalam menelan makanan dan cairan.
b. Identifikasi penyebab disfagia, seperti gangguan neurologis atau struktural.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi dan terapis wicara untuk menentukan intervensi yang tepat, seperti modifikasi tekstur makanan atau teknik menelan.
d. Berikan makanan/cairan dengan konsistensi yang sesuai untuk memfasilitasi proses menelan.
e. Ajarkan pasien dan keluarga teknik menelan yang benar.
f. Pantau dan dokumentasi kemajuan pasien dalam menelan makanan dan cairan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Karakteristik definisi yang disebutkan, seperti penurunan berat badan, nafsu makan menurun, kesulitan menelan, mencerna, dan mengabsorbsi nutrisi, menunjukkan adanya faktor-faktor yang berkontribusi terhadap defisit nutrisi pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup dua aspek utama: 1) Status Gizi: Berat Badan, dan 2) Status Gizi: Asupan Makanan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai, menunjukkan pola pertumbuhan yang baik, serta mampu mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) terdiri dari dua intervensi utama: 1) Manajemen Nutrisi, dan 2) Manajemen Disfagia. Intervensi Manajemen Nutrisi berfokus pada pengkajian status nutrisi, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan/suplemen yang sesuai, pemantauan asupan dan output, serta edukasi pasien dan keluarga. Intervensi Manajemen Disfagia berfokus pada pengkajian kemampuan menelan, identifikasi penyebab disfagia, kolaborasi dengan ahli gizi dan terapis wicara, pemberian makanan/cairan dengan konsistensi yang sesuai, pelatihan teknik menelan, serta pemantauan dan dokumentasi kemajuan pasien.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai status gizi yang optimal, meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat, dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan defisit nutrisi, sehingga membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.