Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13702 | 11 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik Berhubungan dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) pada L4-L5
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan actual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Faktor yang berhubungan: Kerusakan struktur muskuloskeletal, Kompresi saraf.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, Pasien mampu beraktivitas sehari-hari dengan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Mobilisasi, Terapi Generalis.
- Tujuan: Mengurangi nyeri, Meningkatkan mobilitas, Memfasilitasi pemulihan.
2. Kelemahan Motorik Berhubungan dengan Radikulopati L5
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Kelemahan motorik adalah penurunan kemampuan dalam menggerakkan anggota tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Kompresi saraf, Disfungsi neuromuskular.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, Pasien melaporkan peningkatan kekuatan otot.
SIKI:
- Intervensi: Terapi Latihan, Manajemen Nyeri, Perawatan Anggota Gerak.
- Tujuan: Meningkatkan kekuatan otot, Mengurangi nyeri, Memfasilitasi pemulihan.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan serta kelemahan motorik pada tungkai kanan akibat HNP L4-L5 dengan kompresi saraf L5. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, mobilisasi, dan terapi latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan fungsi fisik pasien. -
Article No. 13703 | 11 Mar 2025
Klinis : keputihan, lendir pervagina banyak dan berbau berwarna hijau nyeri saat hubungan seksual,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu keputihan, lendir pervagina banyak dan berbau, berwarna hijau, serta nyeri saat hubungan seksual, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Infeksi Vagina. Diagnosa ini didasarkan pada kriteria SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang mencakup:
1. Gejala keputihan yang berlebihan dan berbau.
2. Perubahan karakteristik cairan vagina (warna hijau).
3. Adanya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau hasil yang diharapkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan infeksi vagina, seperti berkurangnya keputihan, lendir pervagina, dan bau yang tidak sedap.
2. Pasien melaporkan berkurangnya atau tidak adanya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual.
3. Pasien dapat mempertahankan kebersihan dan perawatan vagina yang baik.
4. Pasien dapat memahami faktor-faktor yang memengaruhi infeksi vagina dan cara pencegahannya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran atau output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Infeksi
a. Identifikasi tanda dan gejala infeksi vagina.
b. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan vagina oleh tenaga kesehatan.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik atau antifungal sesuai indikasi.
d. Monitor efektivitas terapi dan kemajuan penyembuhan.
2. Edukasi Kesehatan
a. Berikan edukasi mengenai anatomi dan fisiologi vagina.
b. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi infeksi vagina, seperti kebersihan, aktivitas seksual, dan kondisi medis lainnya.
c. Ajarkan teknik perawatan vagina yang benar, termasuk menjaga kebersihan dan mencegah iritasi.
d. Diskusikan pentingnya penggunaan kontrasepsi yang tepat untuk mencegah infeksi.
3. Dukungan Emosional
a. Dengarkan dan validasi perasaan pasien terkait kondisi infeksi vagina.
b. Berikan dukungan dan empati untuk mengurangi kecemasan atau rasa malu pasien.
c. Dorong pasien untuk terbuka dan menceritakan kekhawatirannya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang dapat membantu proses pemulihan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dapat segera memulih dari infeksi vagina dan mencapai kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 13704 | 11 Mar 2025
Klinis : Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi demam adalah Hipertermia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia meliputi penurunan suhu tubuh ke dalam batas normal, pemeliharaan hidrasi yang adekuat, serta manajemen gejala yang terkait dengan hipertermia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain pemberian kompres dingin, pemberian cairan intravena, pemberian obat antipiretik, serta pemantauan tanda-tanda vital secara ketat.
Secara akademis, perawat sebagai seorang pakar kesehatan memiliki peran penting dalam mengelola kondisi hipertermia pada pasien, mulai dari identifikasi masalah, perencanaan intervensi, hingga evaluasi hasil tindakan keperawatan. -
Article No. 13705 | 11 Mar 2025
Klinis : Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Demam.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh gangguan pengaturan suhu tubuh. Diagnosa ini ditetapkan berdasarkan tanda dan gejala seperti suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, dan tubuh menggigil.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai suhu tubuh normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat, menjaga intake cairan yang adekuat, dan mengidentifikasi serta mengatasi penyebab hipertermia.
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 13706 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu badan lemas sekitar 1 minggu, mual, muntah, tanpa demam dan sesak napas, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keadaan dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Definisi:
Keadaan dimana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Berat Badan
- Status Nutrisi
- Intake Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi
- Pemantauan Nutrisi
- Peningkatan Intake Nutrisi
Penjelasan:
Kondisi mual dan muntah yang berlangsung selama 1 minggu dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak memadai, sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, pemantauan nutrisi, dan peningkatan intake nutrisi untuk membantu memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 13707 | 11 Mar 2025
Klinis : badan lemes sekitar 1 mgg, mual (+), muntah (+), demam (-) sesak (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, dibutuhkan, atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kelemahan fisik, kelelahan, mual, dan gejala lain yang terkait dengan penyakit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Batasan karakteristik: Fatigue, kelemahan, mual, perubahan tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan).
- Faktor yang berhubungan: Penurunan kemampuan fisiologis, ketidakseimbangan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, mengelola kelelahan, dan mempertahankan status fisiologis yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen aktivitas, manajemen energi, manajemen nutrisi. -
Article No. 13708 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut saya sampaikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Berat Badan Tidak Sesuai Usia Gestasi berhubungan dengan Malnutrisi Fetal
Bayi dengan berat badan 1.100 gram menunjukkan berat badan tidak sesuai dengan usia gestasi, yang dapat disebabkan oleh malnutrisi selama masa fetal.
2. Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
a. Tercapainya Berat Badan Sesuai Usia Gestasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan berat badan bayi dapat meningkat dan sesuai dengan usia gestasi.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
a. Pemantauan Pertumbuhan
- Lakukan pengukuran berat badan bayi secara berkala
- Catat dan pantau grafik pertumbuhan bayi
- Analisis pola pertumbuhan bayi dan identifikasi faktor risiko
b. Pemberian Nutrisi Adekuat
- Lakukan asesmen kebutuhan nutrisi bayi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan nutrisi yang sesuai
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan bayi
c. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Pantau asupan dan output cairan bayi
- Evaluasi status cairan dan elektrolit bayi
- Berikan intervensi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
Selanjutnya, terkait data laboratorium yang Anda berikan:
1. Hemoglobin 14,9%: Nilai ini termasuk normal untuk bayi baru lahir. Tidak diperlukan intervensi khusus.
2. Leukosit 3x 103mm3: Nilai ini menunjukkan leukopenia (jumlah leukosit rendah). Intervensi yang dapat dilakukan:
- Pantau tanda-tanda infeksi secara ketat
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
3. Hematokrit 43%: Nilai ini termasuk normal untuk bayi baru lahir. Tidak diperlukan intervensi khusus.
4. Gula Darah Sewaktu (GDS) 184 mg/dL: Nilai ini menunjukkan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Intervensi yang dapat dilakukan:
- Pantau kadar gula darah secara berkala
- Berikan insulin sesuai protokol jika diperlukan
- Atur asupan nutrisi untuk mengontrol kadar gula darah
5. Trombosit 179x103mm3: Nilai ini termasuk normal. Tidak diperlukan intervensi khusus.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 13709 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3 dengan diagnosa risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan, beserta diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan prematuritas dan sistem imun yang belum matang, ditandai dengan BB bayi 1.100 gram, leukosit 3x103mm3 dan trombosit 179x103mm3.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah) dalam batas normal untuk usia bayi prematur.
2. Kontrol Infeksi: Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi (demam, leukositosis, peningkatan C-Reactive Protein).
3. Pemulihan Status Hematologi: Kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit meningkat dan berada dalam rentang normal untuk usia bayi prematur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital:
a. Pantau suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah secara teratur sesuai protokol.
b. Lakukan intervensi sesuai kebutuhan untuk menjaga stabilitas tanda vital.
2. Kontrol Infeksi:
a. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
b. Gunakan teknik aseptik saat melakukan prosedur.
c. Pantau tanda-tanda infeksi (demam, leukositosis, peningkatan CRP) secara ketat.
d. Berikan antibiotik profilaksis sesuai indikasi.
3. Pemulihan Status Hematologi:
a. Pantau kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit secara teratur.
b. Berikan suplemen zat besi, vitamin, dan nutrisi sesuai kebutuhan.
c. Lakukan tindakan penunjang untuk meningkatkan kadar sel darah (transfusi, stimulasi eritropoietin).
Penjelasan rinci:
Bayi dengan berat badan lahir 1.100 gram termasuk kategori bayi prematur dengan risiko tinggi infeksi. Sistem imun yang belum matang, ditandai dengan leukosit yang rendah (3x103mm3), membuatnya rentan terhadap infeksi. Pemantauan tanda vital, kontrol infeksi, dan pemulihan status hematologi menjadi fokus utama asuhan keperawatan untuk menurunkan risiko infeksi pada bayi prematur ini. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13710 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan Berat Badan Bayi Rendah.
Bayi dengan berat badan 1.100 gram termasuk kategori bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dapat menyebabkan risiko gangguan perfusi jaringan, seperti masalah pada sistem kardiovaskular, respirasi, dan metabolisme.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Perfusi Jaringan: Kardiovaskular, Hipersirkulasi Paru, dan Hipoksia Neonatal Terkendali.
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan kondisi bayi dapat stabil, tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan (kardiovaskular, respirasi, dan metabolik), dan tidak terjadi komplikasi lain terkait BBLR.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Monitoring Tanda Vital: Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara teratur untuk mendeteksi perubahan kondisi bayi.
b. Manajemen Cairan: Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan yang adekuat.
c. Pemberian Oksigen: Berikan oksigen sesuai kebutuhan bayi untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
d. Perawatan Thermoregulasi: Jaga suhu lingkungan inkubator dan pakaian bayi untuk mencegah hipotermi atau hipertermi.
e. Manajemen Nutrisi: Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan bayi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
f. Pemantauan Laboratorium: Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, leukosit, hematokrit, gula darah, dan trombosit) secara berkala untuk mendeteksi adanya komplikasi atau perbaikan kondisi.
g. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lain untuk memastikan penatalaksanaan yang komprehensif.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Bayi dengan berat badan 1.100 gram termasuk kategori BBLR, yang dapat menyebabkan risiko gangguan perfusi jaringan. Hal ini perlu dipantau dan diatasi dengan intervensi keperawatan yang sesuai.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi bayi dapat stabil, tidak ada tanda-tanda hipoperfusi jaringan (kardiovaskular, respirasi, dan metabolik), dan tidak terjadi komplikasi lain terkait BBLR.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI): Berbagai intervensi keperawatan diperlukan untuk memantau, mengelola, dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi BBLR, seperti pemantauan tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, pemberian oksigen, perawatan thermoregulasi, manajemen nutrisi, pemantauan laboratorium, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada bayi BBLR. -
Article No. 13711 | 11 Mar 2025
Klinis : 1. BB bayi 1.100 gram 2. Hemoglobin: 14,9% 3. Leukosit: 3x 103mm3 4. Hematokrit: 43% 5. GDS: 184 Mg/dI 6. Trombosit: 179x103mm3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Perfusi Jaringan Perifer: Adekuat adalah keadaan di mana jaringan perifer menerima oksigen dan nutrisi yang cukup untuk fungsi normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Perfusi Jaringan, Pemantauan Tanda-tanda Vital, Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah.
2. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Perdarahan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
- SLKI: Perdarahan Terkendali adalah keadaan di mana perdarahan dapat dihentikan dan distabilkan.
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Pemantauan Tanda-tanda Vital, Pemberian Produk Darah.
3. Diagnosa Keperawatan:
- Risiko Hiperglikemia Berhubungan dengan Stres Fisiologis
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Hiperglikemia adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Kadar Glukosa Darah Terkendali adalah keadaan di mana kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.
- SIKI: Manajemen Glukosa Darah, Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Edukasi Manajemen Diabetes.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standart SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan dalam praktik keperawatan.