Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13785 | 12 Mar 2025
Klinis : TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari, makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB: 80, TB: 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir "saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja". Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas. buatkan analisa data menggunakan tabel,mayor minor dan diagnosa lengkap dari kasus ini
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan analisa data dan diagnosa lengkap untuk kasus yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini.
Analisa Data:
Tuan A, seorang pensiunan PNS berusia 51 tahun, tinggal dengan istrinya Nyonya L (50 tahun) di daerah pedesaan. Tuan A didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu. Keluarga Tuan A kesulitan dalam merawat penyakitnya, termasuk konsumsi obat untuk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya, karena jarang memeriksakan diri ke puskesmas.
Tuan A jarang berolahraga atau sekedar berjalan di pagi hari karena merasakan nyeri pada ekstremitas bawahnya. Ia merasa bingung dengan aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan, terutama setelah pensiun dini. Akibatnya, Tuan A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur, hanya sesekali membersihkan halaman rumah.
Pola makan Tuan A tidak sesuai dengan anjuran, yaitu minum kopi dan mengonsumsi makanan gorengan di pagi hari, makan siang, makan malam, serta beberapa camilan di malam hari sebelum tidur. Tuan A juga jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter tidak akan memperhatikan hal tersebut.
Pada saat pengkajian, ditemukan tekanan darah 180/90 mmHg, penglihatan kabur, dan luka pada telapak kaki yang tidak diketahui sebelumnya oleh Tuan A. Tuan A juga mengeluhkan rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah, serta kesulitan berjalan.
Nyonya L, istri Tuan A, merasa cemas dengan penyakit Tuan A, terutama karena mereka hanya tinggal berdua. Nyonya L hanya membuat ramuan herbal yang ada di sekitar rumah dan tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi Tuan A. Saat pengkajian, Nyonya L mengatakan bahwa Tuan A tidak sedang mengonsumsi obat-obatan karena sudah lama tidak memeriksakan diri ke puskesmas.
Diagnosa:
1. Diabetes Mellitus tipe 2 (E11.9) dengan komplikasi:
- Neuropati perifer
- Ulkus kaki diabetik
- Hipertensi
2. Gangguan pola tidur dan aktivitas sehari-hari
3. Kurangnya pemahaman dan manajemen penyakit yang baik oleh Tuan A dan keluarga
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, Tuan A didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (E11.9) dengan komplikasi neuropati perifer, ulkus kaki diabetik, dan hipertensi. Tuan A juga mengalami gangguan pola tidur dan aktivitas sehari-hari akibat penyakitnya, serta kurangnya pemahaman dan manajemen penyakit yang baik oleh Tuan A dan keluarganya. -
Article No. 13786 | 12 Mar 2025
Klinis : Diz M ysia 25 tahua maruk RS pada tanzgal 3 juni 2014, datang denzan keluhan mueri abdomen sciak 4 hacisang lala sctelah Da: M post op Aocndisitis Pasica menentakan rata austi teriakalisasi Ladan, rasa puti rnzna kadans juza kaiat stala susa? (oucii sansat menesanesu dan baial Ketika kambuh axea disadai rnas wukah yang tnzsi dan kembema sciak 2 hani yang Lale sasica nenzalah acrina, mual dan muntah 4xhari ducdai pasine, tidak safa makan, scsi makan tidak cnah babis kica temoak semas den Lelah minum baasa 700 cohari Klica meacatalan tbub aasi panas ichingza klica serina kaluar karinzat Khia mensatakan BAB jacans satu kali dalam 5-6 bar sshinssa penitraa lerlihat mamtres dan larasd tadak mams Hatl janssr memkan mukosa kerisz, mata cemone, turgor lalit menuou, saiah tamosk comerbas, pasien tedhhar menabindari semaa eerkan dan meninen pinezul teachak wotuk meeaozi ketceanem dindins nenu busil salonai iilanat ayari tckan abdomen, abzal baneat basil sethii Ledasat sati beruk da bawi biocitiranani bissing usla sidat tadnenr (Eansa pcastalrik = O). BB menaa schelom sakir 75 kg wzktu sakir 60 kg Baduahan shacnaai TTV dihaillan TD: 130/80 mmllg, N 120 x mait S. 400C. Llasil anaiksam Laboraleriua di dacalban Laukoait 15.000 sel WL H: 10 gial, da basil fote poles atrdmca di desarkan kaus halua dan bais hcae bendilatasi nilai sektelit normal Da Weis Pentonitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada abdomen
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Inflamasi pada abdomen akibat pasca operasi apendisitis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengurangan Nyeri: Mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima oleh individu.
- Indikator: Tingkat nyeri berkurang, kemampuan mengontrol nyeri meningkat, ekspresi nyeri menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang tidak dapat dihilangkan.
- Aktivitas/Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, kolaborasi penggunaan analgesik, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan dan peningkatan kehilangan cairan
SDKI:
- Risiko defisit volume cairan: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab: Penurunan asupan oral dan peningkatan kehilangan cairan akibat mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
SLKI:
- Keseimbangan Cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, kebersihan mukosa, turgor kulit membaik.
SIKI:
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
- Aktivitas/Intervensi: Pantau intake dan output cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena, ajarkan peningkatan asupan oral. -
Article No. 13787 | 12 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENANYAKAN KAPAN SEGERA PINDAH RUANGAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang menanyakan kapan segera pindah ruangan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pindah Ruangan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kesiapan Pindah Ruangan merupakan diagnosa keperawatan dengan definisi kondisi individu yang menunjukkan kesiapan untuk berpindah ke lingkungan yang berbeda.
- Karakteristik definisi yang muncul, antara lain: Pasien menanyakan kapan akan pindah ruangan, pasien menunjukkan keinginan untuk pindah ruangan, pasien meminta informasi terkait proses pindah ruangan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dalam diagnosa ini adalah pasien mampu mempersiapkan diri untuk pindah ruangan.
- Kriteria hasil yang dapat diukur, antara lain: Pasien dapat menyebutkan rencana pindah ruangan, pasien dapat mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan untuk pindah ruangan, pasien menunjukkan kesiapan fisik dan psikologis untuk pindah ruangan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini, antara lain: Memberikan informasi dan edukasi terkait proses pindah ruangan, membantu pasien mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan, memfasilitasi pasien untuk menyampaikan pertanyaan dan kekhawatiran terkait pindah ruangan, dan memantau kesiapan pasien secara berkala.
Sebagai perawat, saya akan memastikan bahwa pasien memahami proses pindah ruangan, merasa siap secara fisik dan psikologis, serta dapat berpartisipasi aktif dalam persiapan pindahnya. Hal ini penting untuk memastikan transisi yang lancar dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. -
Article No. 13788 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta pemeriksaan fisik dan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru, diagnosis awalnya adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi dengan biopsi, tidak menggunakan spesimen endobronkial
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
- Kode ICD-9-CM 33.24 adalah untuk prosedur bronkoskopi dengan biopsi, tidak menggunakan spesimen endobronkial. Ini merupakan salah satu tindakan yang mungkin dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan investigasi lesi di paru.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode tersebut untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 13789 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk diagnosa tuberkulosis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif. Ini sesuai dengan gejala pasien yang menunjukkan adanya infeksi paru dan hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 adalah kode untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologi sputum, yang digunakan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan sampel sputum dan melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengidentifikasi bakteri penyebab tuberkulosis.
Sebagai catatan, kode ICD-9-CM hanya digunakan untuk pelaporan dan penagihan tindakan medis di Amerika Serikat, sedangkan kode ICD-10 digunakan secara internasional untuk diagnosis dan prosedur medis. -
Article No. 13790 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien usia 38 tahun,masuk dengan keluhan utama lemas, bab cair lebih dari 10 kali dan pingsan 1 kali di kamar mandi tadi pagi, kepala terasa nyeri dan benjol dibagian kepala belakang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien usia 38 tahun dengan keluhan utama lemas, bab cair lebih dari 10 kali, pingsan 1 kali di kamar mandi, serta nyeri dan benjol di bagian kepala belakang dapat didiagnosis dan dikodekan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis tidak spesifik
Penjelasan:
- Gejala utama pasien adalah diare dengan frekuensi yang tinggi (lebih dari 10 kali bab cair), yang mengarah pada diagnosis gastroenteritis.
- Tidak ada keterangan spesifik mengenai penyebab gastroenteritis, sehingga kode K52.9 (Gastroenteritis dan kolitis tidak spesifik) dapat digunakan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis spesifik yang dilakukan pada pasien ini. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diidentifikasi.
Secara keseluruhan, pasien ini dapat didiagnosis dengan gastroenteritis tidak spesifik (K52.9) berdasarkan gejala diare yang parah. Selain itu, adanya keluhan pingsan dan benjol di kepala belakang juga perlu dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya. -
Article No. 13791 | 12 Mar 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing dan lemas sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Penjelasan singkat: Pasien mengeluhkan pusing dan lemas selama 1 minggu, yang dapat menandakan adanya ketidakstabilan pada tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, atau pernafasan.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakstabilan dalam satu atau lebih tanda-tanda vital.
- Karakteristik Utama: Fluktuasi dalam satu atau lebih tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan).
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas tanda-tanda vital.
- Kriteria Hasil: Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan berada dalam rentang normal.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, manajemen nyeri, dan intervensi lain yang sesuai.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, serta memberikan intervensi yang tepat untuk membantu stabilisasi kondisi pasien. -
Article No. 13792 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, diagnostik, dengan atau tanpa pengambilan spesimen atau pencitraan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis, yang sesuai dengan gejala dan temuan pemeriksaan pada pasien.
- Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, diagnostik, dengan atau tanpa pengambilan spesimen atau pencitraan) dapat digunakan jika dilakukan prosedur bronkoskopi untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien.
Catatan: Kode ICD-9-CM prosedur hanya akan digunakan jika benar-benar dilakukan tindakan medis tersebut pada pasien. Jika tidak, tidak perlu mencantumkan kode ICD-9-CM prosedur. -
Article No. 13793 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Ibu Nurjanah, perawat senior di Rumah Sakit Pelita Harapan. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Etiologi: Produksi dahak yang berlebihan, kekuatan batuk yang tidak efektif.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
- Etiologi: Peningkatan kebutuhan oksigen, kelemahan fisik.
3. Kekurangan volume cairan (SDKI)
- Definisi: Berkurangnya volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Etiologi: Intake yang tidak adekuat, peningkatan kehilangan cairan.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan bersihan jalan napas
- Intervensi: Auskultasi suara napas, lakukan fisioterapi dada, berikan bronkodilator.
2. Meningkatkan toleransi aktivitas
- Intervensi: Evaluasi status fungsional, atur aktivitas bertahap, berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
- Intervensi: Monitor intake dan output cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena.
Implementasi dan Evaluasi (SIKI):
- Lakukan intervensi keperawatan sesuai rencana untuk memulihkan status kesehatan pasien.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Tujuan akhir adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas, toleransi aktivitas, dan keseimbangan cairan yang optimal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 13794 | 12 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pemantauan fungsi pernapasan, Bantuan pembersihan jalan napas, Terapi oksigen.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigenasi, Manajemen ventilasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen energi, Peningkatan aktivitas.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan, Peningkatan kapasitas aktivitas.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
- SLKI: Pemantauan tanda dan gejala infeksi, Pencegahan infeksi, Pengendalian infeksi.
- SIKI: Manajemen infeksi, Manajemen isolasi, Edukasi pencegahan infeksi.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya lesi di paru, maka diagnosa awal tuberkulosis paru dapat ditetapkan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jarak Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi.