Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13875 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat bautakan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh Tuan A, yaitu mual dan batuk berdahak selama 7 hari, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan tanda-tanda infeksi (suhu 38 derajat Celsius), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sputum yang berlebihan dan batuk yang tidak efektif, sehingga dapat menyebabkan perubahan pola napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat batuk dan membuang sekret dengan efektif
b. Tidak terdapat bunyi napas abnormal (mengi, ronki)
c. Frekuensi napas dalam batas normal (12-20 x/menit)
d. Tidak terdapat tanda-tanda distress pernapasan (retraksi, batuk menahun)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama)
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
c. Instruksikan pasien untuk batuk dan bernapas dalam untuk membantu pengeluaran sekret
d. Lakukan fisioterapi dada (perkusi, vibrasi) untuk membantu pengeluaran sekret
e. Bantu pasien untuk melakukan postural drainage jika perlu
2. Manajemen Demam
a. Pantau suhu tubuh pasien secara reguler
b. Berikan obat antipiretik sesuai indikasi untuk menurunkan demam
c. Pertahankan asupan cairan yang adekuat
d. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup
3. Kontrol Mual
a. Identifikasi penyebab mual
b. Berikan antiemetik sesuai indikasi
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mudah dicerna
d. Hindari makanan yang dapat memperparah mual
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 13876 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat bautakan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tuan A:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Karakteristik Mayor: Batuk tidak efektif, Mengi, Perubahan irama napas, Sputum yang berlebihan.
2. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Karakteristik Mayor: Suhu tubuh di atas normal, Kulit kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Batuk efektif
- Tidak ada sputum yang berlebihan
- Tidak ada perubahan irama napas
- Tidak ada mengi
2. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Kulit tidak kemerahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Auskultasi suara napas
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Anjurkan minum air hangat yang cukup
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan ekspektoran jika diperlukan
2. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Lakukan kompres hangat jika suhu tubuh di atas 38°C
- Berikan antipiretik sesuai instruksi medis
- Tingkatkan asupan cairan oral
- Lakukan pengaturan suhu lingkungan yang nyaman
Penjelasan:
Tuan A, usia 47 tahun, datang ke IGD dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Hipertermia.
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif ditandai dengan keluhan batuk berdahak yang berlangsung selama 7 hari. Hal ini dapat menyebabkan sputum yang berlebihan dan perubahan irama napas. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau status pernapasan dan oksigenasi, melakukan auskultasi suara napas, memberikan fisioterapi dada, memberikan oksigen jika diperlukan, menganjurkan minum air hangat yang cukup, serta berkolaborasi dengan pemberian bronkodilator dan ekspektoran jika diperlukan.
Hipertermia ditandai dengan suhu tubuh 38°C. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau suhu tubuh secara berkala, melakukan kompres hangat jika suhu tubuh di atas 38°C, memberikan antipiretik sesuai instruksi medis, meningkatkan asupan cairan oral, serta melakukan pengaturan suhu lingkungan yang nyaman.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, dengan indikator seperti batuk efektif, tidak ada sputum yang berlebihan, tidak ada perubahan irama napas, dan tidak ada mengi. Selain itu, diharapkan Suhu Tubuh Normal, dengan indikator suhu tubuh dalam rentang normal dan kulit tidak kemerahan. -
Article No. 13877 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat bautakan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci berdasarkan kondisi yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kasus Tuan A yang datang ke UGD dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari, dengan tanda-tanda vital 120/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi rate 20x/menit, dan suhu 38 derajat celcius, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Karakteristik: Terdengar suara napas tambahan (wheezing, mengi, ronki), sputum berlebihan, batuk tidak efektif
- Faktor yang berhubungan: Produksi sputum yang berlebihan, kelelahan otot pernapasan
2. Intoleransi aktivitas
- Karakteristik: Kelelahan, dispnea saat aktivitas
- Faktor yang berhubungan: Kondisi penyakit pernapasan, gejala terkait penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
- Kriteria hasil: Tidak terdengar suara napas tambahan, produksi sputum berkurang, batuk efektif
- Indikator:
- Klien dapat batuk dan bernapas dengan mudah
- Auskultasi bunyi napas bersih
- Sputum berkurang
2. Toleransi aktivitas membaik
- Kriteria hasil: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebihan
- Indikator:
- Klien dapat beraktivitas tanpa dispnea
- Klien tidak mengeluh kelelahan berlebih setelah aktivitas
- Tanda-tanda vital stabil saat aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama)
- Auskultasi bunyi napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Anjurkan klien untuk batuk dan bernafas dalam
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang komprehensif
2. Intoleransi aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Evaluasi toleransi klien terhadap aktivitas
- Bantu klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Anjurkan klien untuk beristirahat yang cukup
- Ajarkan teknik pernapasan untuk menghemat energi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
Penjelasan ini diberikan dengan pendekatan akademis dan dari sudut pandang seorang perawat yang berpengalaman. Semoga dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien Tuan A. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 13878 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat bautakan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Tuan A yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi Tuan A yang mengalami mual dan batuk berdahak selama 7 hari, dengan tanda-tanda vital 120/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 38 derajat Celsius, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sputum berlebih, batuk tidak produktif, dan suara napas tambahan. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pernapasan dan peningkatan risiko infeksi.
2. Hipertermia
Hipertermia ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 37,8 derajat Celsius. Hal ini dapat disebabkan oleh proses infeksi atau peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
a. Pasien dapat batuk produktif dengan sputum yang mudah dikeluarkan.
b. Pasien tidak mengalami sumbatan jalan napas.
c. Pasien mempertahankan pola napas yang normal.
2. Suhu Tubuh Normal
a. Pasien mencapai suhu tubuh normal (36,5 - 37,5 derajat Celsius).
b. Tanda-tanda vital lainnya (nadi, respirasi, tekanan darah) berada dalam batas normal.
c. Pasien tidak mengeluhkan gejala-gejala terkait hipertermia, seperti menggigil, sakit kepala, atau nyeri otot.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Lakukan pengkajian jalan napas secara komprehensif.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
c. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep dokter.
d. Latih pasien melakukan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
e. Posisikan pasien dengan kepala lebih tinggi untuk memfasilitasi drainase sputum.
f. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan jalan napas.
2. Hipertermia
a. Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara rutin.
b. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Tingkatkan asupan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan.
d. Berikan antipiretik sesuai resep dokter.
e. Pantau tanda-tanda penurunan suhu tubuh dan gejala terkait hipertermia.
f. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Pendekatan yang berpusat pada pasien dan keluarga sangat penting untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 13879 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat bautakan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan ulasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien Tuan A yaitu mual dan batuk berdahak selama 7 hari, serta data pemeriksaan lainnya, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Faktor yang Berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, infeksi saluran pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien Tuan A dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam batas normal (12-20 x/menit)
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada retraksi otot bantu napas
- Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki, krepi)
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara tambahan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Berikan humidifikasi udara masuk
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
2. Manajemen Sekresi
- Identifikasi karakteristik dan jumlah sekret
- Berikan terapi hidrasi untuk melembabkan sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pertimbangkan pemberian terapi mukolitik jika diperlukan
3. Manajemen Infeksi
- Identifikasi tanda-tanda infeksi saluran pernapasan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda vital dan respon terhadap terapi
Penjelasan rinci terkait setiap poin di atas adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien Tuan A datang dengan keluhan mual dan batuk berdahak, yang menunjukkan adanya gangguan dalam membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas. Faktor yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah produksi sekret yang berlebihan dan infeksi saluran pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Bersihan Jalan Napas", dengan kriteria hasil yang mencakup frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada sianosis atau retraksi otot bantu napas, tidak ada suara napas tambahan, dan pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret. Tujuan dari luaran ini adalah untuk memastikan jalan napas pasien tetap bersih dan memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan ini bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi jalan napas, seperti auskultasi suara napas, pemberian oksigen, posisi pasien, dan latihan pernapasan.
2. Manajemen Sekresi: Tindakan ini fokus pada pengelolaan sekret, seperti identifikasi karakteristik dan jumlah sekret, hidrasi, serta teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
3. Manajemen Infeksi: Tindakan ini bertujuan untuk mengelola infeksi saluran pernapasan, termasuk identifikasi tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda vital serta respon terhadap terapi.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada bersihan jalan napas, diharapkan pasien Tuan A dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu jalan napas yang bersih dan berfungsi optimal. -
Article No. 13880 | 12 Mar 2025
Klinis : tuan A umur 47 tahun datang ke ugd dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari. pemeriksaan lain td: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, rr:20 x/menit, s: 38 derajat buatkan diagnosa pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya sebagai seorang pakar perawat akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran, berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tuan A, Umur 47 tahun, yang datang ke UGD dengan keluhan mual dan batuk berdahak selama 7 hari, dengan hasil pemeriksaan TD: 120/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 38 derajat adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, peningkatan viskositas sekret, kelemahan otot pernapasan.
- Gejala: Mual, batuk berdahak.
2. Hipertermia (00007)
- Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal akibat peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
- Penyebab: Infeksi.
- Gejala: Suhu tubuh 38 derajat Celsius.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas efektif (0410)
- Definisi: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekret.
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien tidak mengalami sianosis.
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman normal.
2. Suhu tubuh dalam batas normal (0800)
- Definisi: Suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kriteria hasil:
- Pasien mencapai suhu tubuh normal (36,5-37,5 derajat Celsius).
- Pasien tidak mengeluh merasa panas atau dingin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Bersihan jalan napas efektif (0410):
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman).
- Atur posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan tindakan batuk efektif dan latihan pernapasan dalam.
- Berikan terapi inhalasi (bronkodilator, mukolitik) sesuai instruksi dokter.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk fisioterapi dada jika perlu.
2. Untuk Suhu tubuh dalam batas normal (0800):
- Monitor suhu tubuh secara teratur.
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan.
- Anjurkan asupan cairan yang cukup.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik jika perlu.
Demikian penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran berdasarkan kasus yang diberikan. Semoga penjelasan ini dapat membantu. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 13881 | 12 Mar 2025
Klinis : Kasus 5 (integument) Seorang wanita, usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri sendi pada tangan dan lutut, yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan semakin memburuk dalam 2 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan kelelahan, demam ringan, rambut rontok, serta bercak kemerahan di wajah yang semakin jelas saat terpapar matahari. Selain itu, pasien juga mengalami sariawan berulang dan bengkak di tungkai bawah. Pasien memiliki riwayat SLE dalam keluarga (ibu kandungnya didiagnosis SLE 10 tahun lalu). Saat ini, pasien tidak sedang mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh), Tekanan darah: 140/90 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,8°C, Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), Edema pada kedua tungkai (+), Nyeri tekan dan kaku pada sendi interfalangeal, lutut, serta pergelangan tangan, Mukosa mulut: Sariawan multipel tanpa nyeri. Hasil Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Hb 10,2 g/dL (anemia), Leukosit 3.500/µL (leukopenia), Trombosit 120.000/µL (trombositopenia). CRP dan LED meningkat (indikasi inflamasi). Ureum 40 mg/dL, Kreatinin 1,8 mg/dL (indikasi gangguan ginjal). Urinalisis: Proteinuria (+3), Hematuria mikroskopik (+2). Pemeriksaan Autoimun: ANA (Antinuclear Antibody) (+) dengan titer tinggi, Anti-dsDNA (+) (spesifik untuk SLE), Anti-Smith (Anti-Sm) (+) (penanda diagnostik SLE). Pemeriksaan Pencitraan: USG Ginjal: Perubahan ekogenisitas yang mengarah ke nefritis lupus. Rontgen Dada: Tidak ada efusi pleura atau infiltrat paru.EKG: Tidak ada kelainan konduksi jantung. Pasien didiagnosis dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan kemungkinan nefritis lupus dan direncanakan untuk mendapatkan terapi kortikosteroid, imunosupresan, serta modifikasi gaya hidup. Buatlah analisa dara dengan diagnosa 1. Nyeri kronis 2. Gangguan integritas kulit 3. Intoleransi aktivitas 4. Risiko gangguan fungsi ginjal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab: Proses penyakit autoimun Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyebabkan peradangan dan kerusakan sendi, serta keterlibatan sistem tubuh lainnya.
Gejala: Nyeri pada sendi interfalangeal, lutut, dan pergelangan tangan yang dirasakan pasien.
2. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
Penyebab: Proses penyakit SLE yang menyebabkan lesi khas "butterfly rash" di wajah, serta edema pada tungkai bawah.
Gejala: Lesi khas "butterfly rash" di wajah (area pipi dan hidung), edema pada kedua tungkai, serta sariawan multipel pada mukosa mulut.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Proses penyakit SLE yang menyebabkan kelelahan, anemia, dan gangguan fungsi sendi.
Gejala: Kelelahan yang dirasakan pasien, serta keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal
Definisi: Rentan mengalami perubahan struktur dan/atau fungsi ginjal yang dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan.
Penyebab: Proses penyakit SLE yang dapat menyebabkan nefritis lupus.
Gejala: Peningkatan ureum dan kreatinin, serta temuan urinalisis berupa proteinuria dan hematuria mikroskopik.
Dalam pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, diagnosa keperawatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Mencakup definisi, penyebab, dan gejala dari masing-masing diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan rekomendasi intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masing-masing diagnosa keperawatan.
Penerapan standar ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). -
Article No. 13785 | 12 Mar 2025
Klinis : TN A, umur 51 thn, pensiunan PNS, tinggal dengan istrinya NY L (50 tahun) didaerah pedesaan. TN A didiagnosa DM tipe 2, 4 thn yll. Keluarga TN A kesulitan merawat penyakitnya, serta kesulitan dalam konsumsi obat utk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya karena tidak rutin ke puskesmas. Tn A mengakui dia jarang berolahraga atau sekedar jalan dipagi hari karena nyeri bagian ekstremitas bawah ketika dibawa berjalan. TN A merasa bingung dengan aktivitas sehari-harinya apa yang bisa dilakukannya, apalagi setelah dia memutuskan pensiunan dini, akibatnya TN A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur dan sekali-sekali membersihkan halaman rumah yang tidak begitu luas. NY L mengatakan TN A memiliki pola makan yaitu minum kopi dan gorengan dipagi hari, makan siang dan makan malam, serta beberapa cemilan dimalam hari menjelang tidur. NY L mengatakan, TN A tidak mengikuti takaran diet yang pernah disarankan tenaga kesehatan. TN A jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter juga tidak akan memperhatikan hal tersebut. TN A merasa dia berat badannya sudah bertambah beberapa bulan terakir, (BB: 80, TB: 63). Tn A mengatakan dia banyak juga melihat orang disekitarnya yang menderita DM akan ada komplikasi dikemudian hari tapi dia berfikir "saya yakin saya akan baik-baik saja dan saya berprinsip, apapun yang akan terjadi nanti ya kita obati nanti saja". Pada saat pengkajian TD: 180/90, penglihatan kabur, ada luka pada telapak kaki yang tidak ketahui sebelumnya oleh TN A sehingga memang diakui TN A sudah 2 minggu ini dia merasa sulit untuk berjalan. Ny L mengatakan TN A sering mengeluh ada rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah dan jarang berobat ke puskesmas atau dokter karena jauh dari tempat tinggal mereka. Biasanya Ny L akan menelpon anak S (25thn) yang tinggal dikota lain jika dirasa Tn A perlu berobat. NY L mengatakan cemas juga dengan penyakit TN A, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Ny L hanya membuat ramuan herbal yang ada disekitar rumahnya. Untuk mengatur pola makan Ny L juga tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi. Pada saat pengkajian NY L mengatakan tidak ada obat yang dikonsumsi TN A karena sudah beberapa lama tidak ke puskesmas. buatkan analisa data menggunakan tabel,mayor minor dan diagnosa lengkap dari kasus ini
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan analisa data dan diagnosa lengkap untuk kasus yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini.
Analisa Data:
Tuan A, seorang pensiunan PNS berusia 51 tahun, tinggal dengan istrinya Nyonya L (50 tahun) di daerah pedesaan. Tuan A didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu. Keluarga Tuan A kesulitan dalam merawat penyakitnya, termasuk konsumsi obat untuk kolesterol dan hipertensi yang juga dideritanya, karena jarang memeriksakan diri ke puskesmas.
Tuan A jarang berolahraga atau sekedar berjalan di pagi hari karena merasakan nyeri pada ekstremitas bawahnya. Ia merasa bingung dengan aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan, terutama setelah pensiun dini. Akibatnya, Tuan A banyak menghabiskan waktu duduk dan tidur, hanya sesekali membersihkan halaman rumah.
Pola makan Tuan A tidak sesuai dengan anjuran, yaitu minum kopi dan mengonsumsi makanan gorengan di pagi hari, makan siang, makan malam, serta beberapa camilan di malam hari sebelum tidur. Tuan A juga jarang memeriksa kadar gula darahnya karena merasa dokter tidak akan memperhatikan hal tersebut.
Pada saat pengkajian, ditemukan tekanan darah 180/90 mmHg, penglihatan kabur, dan luka pada telapak kaki yang tidak diketahui sebelumnya oleh Tuan A. Tuan A juga mengeluhkan rasa kebas dan kadang-kadang tidak berasa di area ekstremitas bawah, serta kesulitan berjalan.
Nyonya L, istri Tuan A, merasa cemas dengan penyakit Tuan A, terutama karena mereka hanya tinggal berdua. Nyonya L hanya membuat ramuan herbal yang ada di sekitar rumah dan tidak mengetahui secara rinci apa saja yang tidak boleh dikonsumsi Tuan A. Saat pengkajian, Nyonya L mengatakan bahwa Tuan A tidak sedang mengonsumsi obat-obatan karena sudah lama tidak memeriksakan diri ke puskesmas.
Diagnosa:
1. Diabetes Mellitus tipe 2 (E11.9) dengan komplikasi:
- Neuropati perifer
- Ulkus kaki diabetik
- Hipertensi
2. Gangguan pola tidur dan aktivitas sehari-hari
3. Kurangnya pemahaman dan manajemen penyakit yang baik oleh Tuan A dan keluarga
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, Tuan A didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (E11.9) dengan komplikasi neuropati perifer, ulkus kaki diabetik, dan hipertensi. Tuan A juga mengalami gangguan pola tidur dan aktivitas sehari-hari akibat penyakitnya, serta kurangnya pemahaman dan manajemen penyakit yang baik oleh Tuan A dan keluarganya. -
Article No. 13786 | 12 Mar 2025
Klinis : Diz M ysia 25 tahua maruk RS pada tanzgal 3 juni 2014, datang denzan keluhan mueri abdomen sciak 4 hacisang lala sctelah Da: M post op Aocndisitis Pasica menentakan rata austi teriakalisasi Ladan, rasa puti rnzna kadans juza kaiat stala susa? (oucii sansat menesanesu dan baial Ketika kambuh axea disadai rnas wukah yang tnzsi dan kembema sciak 2 hani yang Lale sasica nenzalah acrina, mual dan muntah 4xhari ducdai pasine, tidak safa makan, scsi makan tidak cnah babis kica temoak semas den Lelah minum baasa 700 cohari Klica meacatalan tbub aasi panas ichingza klica serina kaluar karinzat Khia mensatakan BAB jacans satu kali dalam 5-6 bar sshinssa penitraa lerlihat mamtres dan larasd tadak mams Hatl janssr memkan mukosa kerisz, mata cemone, turgor lalit menuou, saiah tamosk comerbas, pasien tedhhar menabindari semaa eerkan dan meninen pinezul teachak wotuk meeaozi ketceanem dindins nenu busil salonai iilanat ayari tckan abdomen, abzal baneat basil sethii Ledasat sati beruk da bawi biocitiranani bissing usla sidat tadnenr (Eansa pcastalrik = O). BB menaa schelom sakir 75 kg wzktu sakir 60 kg Baduahan shacnaai TTV dihaillan TD: 130/80 mmllg, N 120 x mait S. 400C. Llasil anaiksam Laboraleriua di dacalban Laukoait 15.000 sel WL H: 10 gial, da basil fote poles atrdmca di desarkan kaus halua dan bais hcae bendilatasi nilai sektelit normal Da Weis Pentonitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada abdomen
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Inflamasi pada abdomen akibat pasca operasi apendisitis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengurangan Nyeri: Mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima oleh individu.
- Indikator: Tingkat nyeri berkurang, kemampuan mengontrol nyeri meningkat, ekspresi nyeri menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang tidak dapat dihilangkan.
- Aktivitas/Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, kolaborasi penggunaan analgesik, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan dan peningkatan kehilangan cairan
SDKI:
- Risiko defisit volume cairan: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab: Penurunan asupan oral dan peningkatan kehilangan cairan akibat mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
SLKI:
- Keseimbangan Cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, kebersihan mukosa, turgor kulit membaik.
SIKI:
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
- Aktivitas/Intervensi: Pantau intake dan output cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena, ajarkan peningkatan asupan oral. -
Article No. 13787 | 12 Mar 2025
Klinis : PASIEN MENANYAKAN KAPAN SEGERA PINDAH RUANGAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang menanyakan kapan segera pindah ruangan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pindah Ruangan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kesiapan Pindah Ruangan merupakan diagnosa keperawatan dengan definisi kondisi individu yang menunjukkan kesiapan untuk berpindah ke lingkungan yang berbeda.
- Karakteristik definisi yang muncul, antara lain: Pasien menanyakan kapan akan pindah ruangan, pasien menunjukkan keinginan untuk pindah ruangan, pasien meminta informasi terkait proses pindah ruangan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dalam diagnosa ini adalah pasien mampu mempersiapkan diri untuk pindah ruangan.
- Kriteria hasil yang dapat diukur, antara lain: Pasien dapat menyebutkan rencana pindah ruangan, pasien dapat mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan untuk pindah ruangan, pasien menunjukkan kesiapan fisik dan psikologis untuk pindah ruangan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini, antara lain: Memberikan informasi dan edukasi terkait proses pindah ruangan, membantu pasien mengidentifikasi persiapan yang dibutuhkan, memfasilitasi pasien untuk menyampaikan pertanyaan dan kekhawatiran terkait pindah ruangan, dan memantau kesiapan pasien secara berkala.
Sebagai perawat, saya akan memastikan bahwa pasien memahami proses pindah ruangan, merasa siap secara fisik dan psikologis, serta dapat berpartisipasi aktif dalam persiapan pindahnya. Hal ini penting untuk memastikan transisi yang lancar dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.