Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15767 | 19 Apr 2025
Klinis : implementasi Gangguan tidur 1. observasi 2. terapeutik 3. edukasi beserta nomor buku nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi Gangguan Tidur berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Gangguan Tidur:
1. Observasi:
- Nomor Diagnosa: 11.15
- Judul Diagnosa: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
2. Terapeutik:
- Nomor Diagnosa: 11.15
- Judul Diagnosa: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
3. Edukasi:
- Nomor Diagnosa: 11.15
- Judul Diagnosa: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kode Luaran: 11007
- Judul Luaran: Kualitas Tidur
- Definisi: Kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan pola tidur yang adekuat dan menyegarkan.
- Indikator:
a. Lama waktu untuk tertidur
b. Jumlah waktu tidur
c. Jumlah terbangun di malam hari
d. Perasaan terbangun keesokan harinya
2. Kode Luaran: 11008
- Judul Luaran: Pola Tidur
- Definisi: Kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan pola tidur yang konsisten dan teratur.
- Indikator:
a. Konsistensi waktu tidur
b. Konsistensi lama tidur
c. Konsistensi rutinitas tidur
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi:
- Kode Intervensi: 11003
- Judul Intervensi: Manajemen Gangguan Tidur
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk memantau dan mengelola masalah tidur.
- Aktivitas:
a. Identifikasi durasi dan pola tidur
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tidur
c. Lakukan pengkajian kualitas tidur
2. Terapeutik:
- Kode Intervensi: 11003
- Judul Intervensi: Manajemen Gangguan Tidur
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk memantau dan mengelola masalah tidur.
- Aktivitas:
a. Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
b. Latihan relaksasi untuk mendukung tidur
c. Berikan terapi farmakologis jika diperlukan
3. Edukasi:
- Kode Intervensi: 11003
- Judul Intervensi: Manajemen Gangguan Tidur
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk memantau dan mengelola masalah tidur.
- Aktivitas:
a. Edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas
b. Edukasi tentang strategi untuk meningkatkan kualitas tidur
c. Edukasi tentang manajemen stres dan kecemasan yang memengaruhi tidur
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Gangguan Tidur mencakup observasi, terapeutik, dan edukasi. Pada observasi, perawat akan melakukan pengkajian terhadap durasi dan pola tidur pasien, serta faktor-faktor yang memengaruhi tidur. Pada terapeutik, perawat akan memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur, latihan relaksasi, dan terapi farmakologis jika diperlukan. Pada edukasi, perawat akan memberikan edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas, strategi untuk meningkatkan kualitas tidur, serta manajemen stres dan kecemasan yang memengaruhi tidur.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi Kualitas Tidur dan Pola Tidur. Kualitas Tidur mencakup kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan pola tidur yang adekuat dan menyegarkan, dengan indikator seperti lama waktu untuk tertidur, jumlah waktu tidur, jumlah terbangun di malam hari, dan perasaan terbangun keesokan harinya. Pola Tidur mencakup kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan pola tidur yang konsisten dan teratur, dengan indikator seperti konsistensi waktu tidur, konsistensi lama tidur, dan konsistensi rutinitas tidur.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) adalah Manajemen Gangguan Tidur, yang merupakan serangkaian tindakan untuk memantau dan mengelola masalah tidur. Pada observasi, perawat akan melakukan identifikasi durasi dan pola tidur, serta faktor-faktor yang memengaruhi tidur, dan pengkajian kualitas tidur. Pada terapeutik, perawat akan memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur, latihan relaksasi, dan terapi farmakologis jika diperlukan. Pada edukasi, perawat akan memberikan edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas, strategi untuk meningkatkan kualitas tidur, dan manajemen stres dan kecemasan yang memengaruhi tidur. -
Article No. 15768 | 19 Apr 2025
Klinis : batuk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi batuk:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
Batuk merupakan salah satu gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi saluran pernapasan, allergi, atau kondisi medis lainnya. Kode ICD-10 R05 mencakup semua jenis batuk, baik batuk akut maupun kronis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur spesifik untuk batuk.
- Deskripsi: Batuk umumnya tidak memerlukan tindakan medis spesifik, namun dapat memerlukan evaluasi dan penanganan sesuai dengan penyebab dan gejala yang menyertainya.
Dalam praktik klinis, diagnosis batuk berdasarkan kode ICD-10 R05 dapat menjadi titik awal untuk melakukan evaluasi lebih lanjut dan menentukan penyebab serta penanganan yang sesuai. Pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan akan membantu dokter atau perekam medis dalam menentukan diagnosis dan tindakan medis yang tepat. -
Article No. 15769 | 19 Apr 2025
Klinis : vertigo
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis vertigo, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.41
- Deskripsi: Electrooculography
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 untuk vertigo, tidak diklasifikasikan di tempat lain:
- Vertigo adalah sensasi gerakan atau rotasi yang sering dialami oleh pasien, dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan pada sistem vestibular atau neurologis.
- Kode R42 dalam ICD-10 digunakan untuk mengklasifikasikan vertigo yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain, seperti vertigo postural, vertigo perifer, atau vertigo sentralis.
2. Kode ICD-9-CM 95.41 untuk Electrooculography:
- Electrooculography (EOG) adalah prosedur diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi sistem vestibular dan pergerakan mata.
- Prosedur ini dapat membantu dalam mendiagnosis penyebab vertigo, seperti gangguan pada sistem vestibular atau gangguan neurologis yang mempengaruhi pergerakan mata.
- Kode ICD-9-CM 95.41 digunakan untuk mengklasifikasikan tindakan pemeriksaan electrooculography.
Dengan menggunakan kode ICD-10 R42 untuk diagnosis vertigo dan kode ICD-9-CM 95.41 untuk prosedur electrooculography, tim kesehatan dapat dengan tepat mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien serta tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 15770 | 19 Apr 2025
Klinis : penyumbatan diotak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi penyumbatan di otak, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.0
- Deskripsi: Infark serebri karena trombosis arteria serebri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.12
- Deskripsi: Thrombectomy of cerebral artery
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I63.0 (Infark serebri karena trombosis arteria serebri) adalah kode diagnosis yang sesuai untuk kondisi penyumbatan di otak. Kode ini menggambarkan kondisi di mana terjadi infark (kerusakan jaringan) di otak akibat sumbatan pada arteri serebri (arteri otak) oleh bekuan darah (trombosis).
2. Kode ICD-9-CM 38.12 (Thrombectomy of cerebral artery) adalah kode prosedur yang dapat digunakan untuk tindakan pengangkatan bekuan darah (trombektomi) dari arteri serebri (arteri otak). Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi sumbatan pada arteri otak dan mencegah terjadinya infark serebri yang lebih luas.
Dengan menggunakan kode-kode ini, maka kondisi penyumbatan di otak dapat diidentifikasi dan tercatat dengan jelas dalam rekam medis pasien. Kode-kode ini juga digunakan untuk tujuan dokumentasi, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 15771 | 19 Apr 2025
Klinis : gatal gatal di tangan dan badan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi "gatal-gatal di tangan dan badan" dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L29.9
- Deskripsi: Pruritus, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan detail:
Gatal-gatal atau pruritus (L29.9) merupakan suatu sensasi tidak nyaman pada kulit yang mendorong keinginan untuk menggaruk. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti alergi, iritasi kulit, kondisi medis tertentu, atau faktor lingkungan. Ketika pasien mengeluhkan gatal-gatal di tangan dan badan, tanpa adanya diagnosis spesifik yang dapat ditetapkan, maka kode L29.9 "Pruritus, tidak terspesifikasi" dapat digunakan untuk mengkodekan kondisi tersebut.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi tambahan jika diperlukan untuk menentukan penyebab gatal-gatal dan memberikan penanganan yang sesuai. Tindakan medis yang mungkin dilakukan dapat mencakup terapi topikal, pemberian obat antihistamin, atau penanganan penyebab mendasar jika ditemukan. -
Article No. 15772 | 19 Apr 2025
Klinis : paranoid shisoprain
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Mohon maaf, tetapi kondisi yang Anda sebutkan, "paranoid shisoprain", tidak merupakan diagnosis yang valid atau terkenal. Tampaknya ada kesalahan ejaan atau istilah medis yang tidak tepat. Saya tidak dapat memberikan kode ICD-10 atau ICD-9-CM untuk kondisi ini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi lebih lanjut mengenai diagnosis yang valid, saya akan dengan senang hati membantu Anda mencari kode yang sesuai.
-
Article No. 15773 | 19 Apr 2025
Klinis : paranoid schizophrenia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis untuk kondisi paranoid schizophrenia.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F20.0
- Deskripsi: Skizofrenia paranoid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.24
- Deskripsi: Terapi perilaku kognitif untuk skizofrenia
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 F20.0 (Skizofrenia paranoid):
- Skizofrenia paranoid adalah subtipe skizofrenia yang ditandai dengan waham-waham yang terutama bersifat persekutif atau grandios, dan halusinasi-halusinasi yang biasanya melibatkan suara.
- Gejala utama pada skizofrenia paranoid meliputi delusi persekutif atau grandios, halusinasi auditorik, dan gangguan pikiran.
- Pasien sering menunjukkan perilaku yang aneh atau tidak biasa, terutama yang terkait dengan waham dan halusinasi yang dialaminya.
- Diagnosis skizofrenia paranoid ditetapkan berdasarkan kriteria diagnostik ICD-10, yang mempertimbangkan durasi, pola gejala, dan dampak fungsional dari kondisi pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 94.24 (Terapi perilaku kognitif untuk skizofrenia):
- Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan salah satu pendekatan terapeutik yang sering digunakan dalam penanganan pasien dengan skizofrenia paranoid.
- CBT bertujuan untuk membantu pasien mengelola gejala-gejala skizofrenia, seperti waham dan halusinasi, melalui teknik-teknik kognitif dan perilaku.
- Prosedur ini melibatkan sesi-sesi konseling dan terapi yang difokuskan pada pengubahan pola pikir, keyakinan, dan perilaku maladaptif pasien.
- Tujuan utama CBT adalah membantu pasien mencapai pemahaman yang lebih baik tentang kondisinya, meningkatkan kemampuan koping, dan mengembangkan strategi untuk mengelola gejala-gejala yang dialami.
Dengan penjelasan di atas, diharapkan Anda memiliki informasi yang lengkap mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang terkait dengan kondisi paranoid schizophrenia. -
Article No. 15774 | 19 Apr 2025
Klinis : gatal gatal akibat rengas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Intoleransi Aktivitas (R. Intoleransi Aktivitas)
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), kondisi gatal-gatal akibat rengas dapat dikategorikan sebagai risiko intoleransi aktivitas. Risiko intoleransi aktivitas adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
Dalam kasus ini, paparan terhadap rengas dapat menyebabkan gatal-gatal dan rasa tidak nyaman, yang dapat membatasi kemampuan pasien untuk beraktivitas secara optimal. Hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup dan kesejahteraan pasien.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dalam kasus ini adalah pasien dapat mempertahankan toleransi aktivitas yang optimal. Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen lingkungan, manajemen gejala, dan edukasi terkait pencegahan paparan rengas.
Dalam pendekatan ini, perawat berperan sebagai pakar yang memberikan asuhan keperawatan komprehensif untuk mengelola risiko intoleransi aktivitas pada pasien dengan gatal-gatal akibat rengas. -
Article No. 15775 | 19 Apr 2025
Klinis : gatal gatal akibat rengas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gatal-gatal akibat rengas, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis (jika ada):
1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.4
- Deskripsi: Dermatitis kontak alergi karena tumbuhan, seperti rengas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM khusus untuk prosedur atau tindakan medis pada kondisi gatal-gatal akibat rengas. Penanganan umum dapat meliputi:
- Pemberian obat antihistamin untuk mengurangi gejala gatal.
- Penggunaan obat topikal steroid untuk mengurangi inflamasi.
- Desensitisasi atau terapi imunologi untuk mengatasi reaksi alergi.
- Pemberian kortikosteroid sistemik dalam kasus yang parah.
- Pembersihan dan perawatan luka kulit yang terinfeksi.
Dalam konteks ini, dokter atau perekam medis akan memilih kode diagnosis ICD-10 yang sesuai, yaitu L23.4 untuk dermatitis kontak alergi karena tumbuhan, seperti rengas. Penanganan medis yang dilakukan akan dicatat dalam rekam medis pasien, namun tidak ada kode ICD-9-CM khusus untuk prosedur atau tindakan yang dilakukan. Dokumentasi akan mencakup pengobatan simptomatik dan tindakan supporting care yang diberikan. -
Article No. 15776 | 19 Apr 2025
Klinis : a. Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA. b. Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi. c. Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya anak-anak di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). d. Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
a. Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Proses Penyakit
2. Perilaku Sehat: Pemeliharaan Kesehatan
3. Kontrol Gejala: Penyakit Pernapasan Akut
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi tentang ISPA: definisi, penyebab, tanda-tanda, dan pencegahan
2. Promosi kesehatan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah ISPA
3. Konseling kesehatan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan masyarakat dalam pencegahan ISPA
b. Resiko Peningkatan Angka Kejadian Hipertensi di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Proses Penyakit
2. Kontrol Tekanan Darah
3. Perilaku Sehat: Pemeliharaan Kesehatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi tentang hipertensi: definisi, penyebab, tanda-tanda, dan penanganan
2. Promosi gaya hidup sehat untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi (contoh: diet rendah garam, aktivitas fisik, manajemen stres)
3. Skrining dan pemantauan tekanan darah secara rutin di masyarakat
c. Resiko terjadinya perubahan status kesehatan pada masyarakat khususnya anak-anak di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Perubahan Status Kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Proses Penyakit
2. Perilaku Sehat: Pemeliharaan Kesehatan
3. Perilaku Sehat: Kebiasaan Hidup
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi tentang PHBS (cuci tangan, penggunaan air bersih, sanitasi lingkungan, imunisasi, dll.) kepada masyarakat khususnya anak-anak
2. Promosi PHBS melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan kampanye di komunitas
3. Kolaborasi dengan pihak terkait (sekolah, posyandu, tokoh masyarakat) untuk memfasilitasi implementasi PHBS di lingkungan masyarakat
d. Tingginya angka kejadian perilaku merokok di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Perilaku Merokok berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Proses Penyakit
2. Perilaku Sehat: Pemeliharaan Kesehatan
3. Motivasi: Berhenti Merokok
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan (penyakit terkait merokok, dampak pada perokok pasif, dll.)
2. Konseling dan dukungan untuk berhenti merokok, termasuk identifikasi faktor penyebab, strategi mengatasi kecanduan, dan manajemen stres
3. Promosi program berhenti merokok di komunitas, misalnya melalui kampanye anti-merokok dan penyediaan fasilitas berhenti merokok
Secara garis besar, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang saya berikan berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat terkait kondisi kesehatan yang menjadi masalah, serta promosi perilaku sehat untuk mencegah dan menangani masalah tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah edukasi, konseling, dan kolaborasi dengan pihak terkait di lingkungan masyarakat.