Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14027 | 13 Mar 2025
Klinis : Kasus 7 (penginderaan) Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi sejak 3 hari terakhir. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami infeksi telinga tengah berulang sejak kecil, dan sebelumnya telah mengalami otitis media akut sekitar 2 minggu lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas. Sejak dua hari terakhir, orang tua pasien juga memperhatikan bahwa telinga kanan anak terlihat menonjol, dan ada pembengkakan serta kemerahan di belakang telinga. Anak juga mengeluhkan sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Tampak lemah, menangis karena nyeri. Tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg. HR: 110x/menit. RR: 24x/menit. Suhu: 39,2°C. Telinga kanan: Pinna telinga terdorong ke depan. Pembengkakan dan kemerahan (+) di daerah mastoid. Nyeri tekan mastoid (+). Otorrhea purulen (+) dari liang telinga. Neurologis: Tidak ditemukan tanda-tanda defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Otoscopic Examination (Pemeriksaan Otoskopi): Membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak, Adanya cairan purulen dalam liang telinga. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Leukositosis (15.500/μL) → indikasi infeksi, CRP meningkat (>10 mg/L)→ indikasi inflamasi aktif, LED meningkat (45 mm/jam) indikasi infeksi atau inflamasi. Kultur cairan telinga: Pertumbuhan bakteri (Streptococcus pneumoniae /Staphylococcus aureus) (+). Pemeriksaan Radiologi: X-ray Mastoid: Tampak pemusnahan trabekula tulang mastoid yang mengindikasikan mastoiditis. CT-Scan Temporal Bone: Efusi cairan purulen dalam rongga mastoid, Erosi tulang mastoid (+), Tidak ditemukan abses intrakranial atau komplikasi lainnya. Diagnosis Medis: Mastoiditis akut akibat otitis media supuratif kronik. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi antibiotik IV, analgesik, serta evaluasi pembedahan (mastoidectomy) jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus penginderaan tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi telinga tengah dan mastoiditis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang.
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri, pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Observasi: Identifikasi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Terapeutik: Berikan analgesik sesuai indikasi, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Edukasi: Jelaskan penyebab, manajemen, dan prognosis nyeri.
- Kolaborasi: Kolaborasi pemberian terapi antibiotik, bila perlu pembedahan.
Diagnosa Keperawatan lainnya yang mungkin sesuai:
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur/tindakan invasif (pembedahan mastoidektomi)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
Penjelasan singkat diagnosa keperawatan lainnya dapat diberikan jika diperlukan. -
Article No. 14028 | 13 Mar 2025
Klinis : ketidakefektifan pola komunikasi dala keluarga b/d kurangnya keterbukaan antaranggota keluarga d/d konflik dalam keluarga dan kesalahpahaman yang sering terjadddi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Komunikasi dalam Keluarga
Definisi:
Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, dan merespon pesan secara efektif di antara anggota keluarga.
Faktor Terkait:
- Kurangnya keterbukaan antar anggota keluarga
- Konflik dalam keluarga
- Kesalahpahaman yang sering terjadi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kemampuan komunikasi keluarga terganggu
- Keterlibatan anggota keluarga dalam komunikasi kurang
- Pola komunikasi tidak efektif
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Komunikasi keluarga efektif
- Keterlibatan anggota keluarga dalam komunikasi meningkat
- Pola komunikasi keluarga membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Fasilitasi komunikasi dalam keluarga
- Identifikasi pola komunikasi yang tidak efektif
- Kaji faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi keluarga
- Latih anggota keluarga untuk berkomunikasi secara efektif
- Berikan edukasi tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan keluarga untuk mengidentifikasi pola komunikasi yang tidak efektif dan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik di antara anggota keluarga. Tujuannya adalah membantu keluarga membangun komunikasi yang terbuka, saling memahami, dan dapat menyelesaikan konflik secara konstruktif. -
Article No. 14029 | 13 Mar 2025
Klinis : Batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Batuk berdahak":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Batuk berdahak" adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, yang menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu:
a. Bersihan Jalan Napas: Terbebas dari obstruksi jalan napas
b. Batuk: Frekuensi batuk berkurang
c. Pengeluaran Sputum: Jumlah sputum yang dikeluarkan berkurang
d. Fungsi Pernapasan: Pola napas menjadi lebih normal
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Pemantauan status pernapasan
- Pemberian oksigen, jika diperlukan
- Tindakan suction untuk mengeluarkan sekret
- Latihan batuk efektif
b. Manajemen Batuk
- Identifikasi penyebab batuk
- Pemberian obat antitusif atau mukolitik, jika diperlukan
- Latihan batuk efektif
c. Manajemen Sputum
- Pemantauan jumlah, warna, dan konsistensi sputum
- Pemberian terapi inhalasi, jika diperlukan
- Pengaturan posisi untuk memfasilitasi pengeluaran sputum
d. Edukasi Kesehatan
- Edukasi tentang penyebab dan penanganan batuk berdahak
- Edukasi tentang teknik batuk efektif
- Edukasi tentang pentingnya hidrasi dan istirahat yang cukup
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi "Batuk berdahak". Jika ada pertanyaan atau informasi tambahan yang dibutuhkan, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 14030 | 13 Mar 2025
Klinis : Batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi batuk berdahak.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi batuk berdahak adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosis ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan kebersihan jalan napas". Kondisi batuk berdahak dapat menyebabkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan dahak dari saluran napas secara efektif, sehingga diagnosis ini tepat untuk menggambarkan masalah kesehatan pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Napas" (SLKI, 2019). Luaran ini didefinisikan sebagai "Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi". Indikator keberhasilan luaran ini meliputi: 1) Frekuensi batuk efektif, 2) Jumlah dahak yang dikeluarkan semakin berkurang, 3) Bunyi napas bersih, dan 4) Respirasi terasa lebih mudah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Bersihan Jalan Napas", intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko gangguan bersihan jalan napas
- Memantau status respirasi pasien, seperti frekuensi, irama, dan kedalaman napas
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas
- Memberikan oksigen sesuai indikasi
2. Manajemen Batuk
- Mengidentifikasi pola batuk pasien
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Memfasilitasi batuk produktif dengan pemberian cairan, humidifikasi, dan inhaler
- Mengevaluasi efektivitas batuk pasien
3. Terapi Pernapasan
- Memberikan nebulizer/inhalasi untuk melembabkan dan melunakkan dahak
- Mengajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragma
- Memfasilitasi ekspektorasi dengan teknik fisioterapi dada
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen batuk berdahak
- Mengajarkan teknik-teknik yang dapat dilakukan di rumah untuk mempertahankan bersihan jalan napas
Penjelasan di atas menggambarkan secara komprehensif diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mengatasi kondisi batuk berdahak pada pasien. Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Bersihan Jalan Napas" yang efektif. -
Article No. 14031 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 53 tahun diantar keluarganya ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 2 Maret 2025 dengan Chronic Kidney Disease (CKD). Pasien masuk dengan keluhan sesak dan penurunan kesadaran. Keluarga mengatakan pasien mengeluh sesak napas sejak 1 hari yang lalu dan memberat setelah sarapan dan mulai mengalami penurunan kesadaran, bengkat di kaki sudah sekitar 5 hari. Dari hasil pengkajian didapatkan, kesadaran somnolen, tampak pasien mengalami penurunan kesadaran, tampak pasien sesak, menggunakan otot bantu napas, perkusi thorax terdengar pekak, irama pernapasan tidak teratur, nadi teraba lemah ekstermitas teraba dingin. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah : 190/140 mmHg, Nadi : 120x/menit, pernapasan : 32x/menit, suhu : 36,5˚C, SPO2 89%. Terapi medis : pemberian oksigen, RL 500 cc pemberian 10 tpm, ranitidine 2mg, furosemide 20mg, methylprednisolone 125mg. Hasil Penunjang : EKG menunjukan sinus takikardia, Foto thorax kesan cardiomegaly dan efusi pleura bilateral. diagnosa untuk penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien, seorang laki-laki berusia 53 tahun, diantar ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala seperti sesak napas, penggunaan otot bantu napas, irama pernapasan tidak teratur, dan nadi teraba lemah. Pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah tinggi, takikardia, dan hipoksemia. Hasil pemeriksaan penunjang, seperti EKG dan foto thorax, mendukung diagnosis klinis.
Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak spesifik) sesuai dengan kondisi penurunan kesadaran yang dialami oleh pasien. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian oksigen, tidak spesifik) sesuai dengan tindakan medis yang diberikan, yaitu pemberian oksigen.
Dalam hal ini, tidak terdapat kode ICD-9-CM spesifik untuk tindakan lainnya, seperti pemberian cairan RL, ranitidine, furosemide, dan methylprednisolone, karena informasi tersebut tidak tercantum dalam kasus yang diberikan. -
Article No. 14033 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, di rawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
- Penyebab: Cedera atau penyakit pada abdomen bagian kanan bawah (pasca apendiktomi).
- Tanda dan Gejala: Mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan sensasi nyeri yang dialami.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, pasien dapat menggunakan analgesik dengan efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab nyeri serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
- Tindakan Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri).
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri akut yang dialaminya pasca apendiktomi dan mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 14034 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, di rawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan: Pasien mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah dengan skala nyeri 7 (0-10). Nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan bertambah ketika digerakkan serta menjalar sampai kuadran kanan atas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Prosedur pembedahan (pasca apendiktomi).
- Gejala dan Tanda: Nyeri, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah, posisi tubuh untuk menghindari nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa disertai nyeri.
- Kriteria Hasil: Skala nyeri menurun, pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, yang meliputi Pengkajian Nyeri, Pemberian Analgesik, Distraksi, Relaksasi, dan Evaluasi Efektivitas Manajemen Nyeri.
Secara keseluruhan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengevaluasi kondisi nyeri akut yang dialami oleh pasien pasca apendiktomi. -
Article No. 14035 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, di rawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
Karakteristik Definisi:
- Melaporkan adanya rasa nyeri
- Mendeskripsikan nyeri dengan kata-kata yang sesuai
- Menunjukkan ekspresi nyeri
- Menunjukkan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan nyeri
Faktor Berhubungan:
- Agen cidera fisik (Post-apendiktomi)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Kontrol Nyeri (1605)
Indikator:
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri
- Menunjukkan perilaku untuk mengurangi faktor yang mempengaruhi nyeri
- Melaporkan kepuasan terhadap penanganan nyeri
Skor 4 (Nyeri terkontrol) pada skala 1-5
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri
- Observasi tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti perubahan ekspresi wajah, postur tubuh, dan tingkat aktivitas
- Ajarkan pasien menggunakan skala nyeri untuk mengukur dan melaporkan nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi dingin/hangat
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri dan modifikasi intervensi jika diperlukan
2. Pengaturan Lingkungan: Kenyamanan (6482)
- Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk meminimalkan stimulasi yang dapat memperberat nyeri
- Atur posisi dan tempat tidur pasien untuk meminimalkan rasa sakit
- Berikan alat bantu untuk meningkatkan kenyamanan, seperti bantal, guling, atau selimut
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Nyeri Akut" karena pasien mengalami nyeri akibat prosedur operasi apendiktomi. Karakteristik definisi yang muncul adalah pasien melaporkan adanya rasa nyeri, mendeskripsikan nyeri dengan kata-kata yang sesuai, dan menunjukkan perubahan fisiologis terkait nyeri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Kontrol Nyeri" dengan skor 4 pada skala 1-5, yang menunjukkan bahwa nyeri pasien terkontrol. Indikator-indikator yang perlu dicapai antara lain pasien melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri, menunjukkan perilaku untuk mengurangi faktor yang mempengaruhi nyeri, dan melaporkan kepuasan terhadap penanganan nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Nyeri dan Pengaturan Lingkungan: Kenyamanan. Manajemen Nyeri difokuskan pada pengkajian nyeri yang komprehensif, pemberian analgesik, dan pengajaran teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Pengaturan Lingkungan: Kenyamanan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman serta pengaturan posisi dan tempat tidur pasien untuk meminimalkan rasa sakit. -
Article No. 14036 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, di rawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tujuan: Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2. Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien tampak lebih nyaman.
- Tanda-tanda vital stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Utama:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik.
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Intervensi Pendukung:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Berikan lingkungan yang nyaman.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian nyeri komprehensif, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang sesuai, dan mengajarkan teknik non-farmakologi seperti distraksi, relaksasi, dan kompres hangat untuk membantu mengurangi nyeri pasien pasca apendiktomi. -
Article No. 14037 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, di rawat di ruang perawatan bedah karena pasca apendiktomi. Hasil pengkajian : mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Gejala dan Tanda: Mengeluh nyeri, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakkan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Mayor: Melaporkan sensasi nyeri yang spesifik, Menunjukkan perubahan ekspresi wajah, Menunjukkan perubahan postur tubuh untuk menghindari nyeri, Menunjukkan perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor yang Berhubungan: Agen cedera biologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, Pasien menunjukkan relaksasi otot, Pasien menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, yang meliputi:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
2. Berikan analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri.
5. Lakukan monitor dan evaluasi efektivitas intervensi.
Dengan demikian, berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Nyeri Akut, dengan fokus intervensi pada manajemen nyeri.