Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14003 | 13 Mar 2025
Klinis : Kasus 7 (penginderaan) Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi sejak 3 hari terakhir. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami infeksi telinga tengah berulang sejak kecil, dan sebelumnya telah mengalami otitis media akut sekitar 2 minggu lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas. Sejak dua hari terakhir, orang tua pasien juga memperhatikan bahwa telinga kanan anak terlihat menonjol, dan ada pembengkakan serta kemerahan di belakang telinga. Anak juga mengeluhkan sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Tampak lemah, menangis karena nyeri. Tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg. HR: 110x/menit. RR: 24x/menit. Suhu: 39,2°C. Telinga kanan: Pinna telinga terdorong ke depan. Pembengkakan dan kemerahan (+) di daerah mastoid. Nyeri tekan mastoid (+). Otorrhea purulen (+) dari liang telinga. Neurologis: Tidak ditemukan tanda-tanda defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Otoscopic Examination (Pemeriksaan Otoskopi): Membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak, Adanya cairan purulen dalam liang telinga. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Leukositosis (15.500/μL) → indikasi infeksi, CRP meningkat (>10 mg/L)→ indikasi inflamasi aktif, LED meningkat (45 mm/jam) indikasi infeksi atau inflamasi. Kultur cairan telinga: Pertumbuhan bakteri (Streptococcus pneumoniae /Staphylococcus aureus) (+). Pemeriksaan Radiologi: X-ray Mastoid: Tampak pemusnahan trabekula tulang mastoid yang mengindikasikan mastoiditis. CT-Scan Temporal Bone: Efusi cairan purulen dalam rongga mastoid, Erosi tulang mastoid (+), Tidak ditemukan abses intrakranial atau komplikasi lainnya. Diagnosis Medis: Mastoiditis akut akibat otitis media supuratif kronik. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi antibiotik IV, analgesik, serta evaluasi pembedahan (mastoidectomy) jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: H70.01
- Deskripsi: Mastoiditis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 20.01
- Deskripsi: Mastoidectomy
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 18 tahun ini mengalami mastoiditis akut sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik. Gejala klinis yang ditunjukkan meliputi nyeri hebat di belakang telinga kanan, demam tinggi, pembengkakan dan kemerahan di mastoid, serta otore purulen. Pemeriksaan penunjang seperti otoskopi, laboratorium, dan pencitraan radiologi mendukung diagnosis mastoiditis akut.
Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah H70.01 (Mastoiditis akut). Mastoiditis merupakan infeksi atau inflamasi pada proses mastoid yang berhubungan dengan infeksi telinga tengah atau komplikasi dari otitis media. Kode H70.01 secara spesifik mewakili mastoiditis akut.
Sementara itu, jika pasien memerlukan tindakan pembedahan berupa mastoidektomi, maka kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 20.01 (Mastoidectomy).
Penatalaksanaan yang direncanakan untuk pasien ini adalah pemberian terapi antibiotik intravena, analgesik, serta evaluasi kebutuhan tindakan pembedahan mastoidektomi jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam. Hal ini diperlukan untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14009 | 13 Mar 2025
Klinis : Usia 70, lemah, pergerakan berpindah dibantu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu pasien berusia 70 tahun, lemah, pergerakan berpindah dibantu, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terkontrol dari satu tempat ke tempat lain.
- Penyebab: Usia lanjut, kelemahan, dan keterbatasan pergerakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas
- Kriteria Hasil:
- Pergerakan aktif anggota gerak
- Kemampuan berpindah
- Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mobilitas
- Intervensi:
- Bantu pasien dalam berpindah
- Berikan alat bantu mobilitas sesuai kebutuhan
- Latih pasien untuk meningkatkan kemampuan mobilitas
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
Penjelasan Singkat:
Pasien usia 70 tahun mengalami kelemahan dan keterbatasan pergerakan sehingga membutuhkan bantuan dalam berpindah tempat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mobilitas Fisik Terganggu. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mencakup kriteria hasil terkait pergerakan aktif, kemampuan berpindah, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan intervensi seperti membantu pasien dalam berpindah, memberikan alat bantu mobilitas, melatih pasien untuk meningkatkan kemampuan mobilitas, serta berkolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi. -
Article No. 14010 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri punggung yang semakin sering dirasakan terutama setelah duduk lama di sekolah. Orang tua pasien juga melaporkan bahwa anaknya tampak lebih cepat lelah saat bermain dan sering mengeluh sesak napas ketika berlari atau naik tangga. Sejak setahun terakhir, mereka menyadari adanya perubahan postur tubuh, seperti bahu yang tidak sejajar dan punggung yang tampak melengkung ke satu sisi. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skoliosis dengan sudut Cobb >60°, postur tubuh asimetris, serta penggunaan otot bantu napas. Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 6/10, terutama pada daerah punggung bawah dan tengah. Pemeriksaan pernapasan menunjukkan frekuensi napas 26x/menit dengan penurunan ekspansi paru. Pasien juga mengalami gangguan mobilitas karena mudah lelah saat berjalan jauh dan menunjukkan koordinasi tubuh yang kurang seimbang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot, kekakuan sendi, dan deformitas postural akibat skoliosis.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan perubahan struktur tulang belakang dan penekanan pada saraf.
3. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan perubahan struktur thoraks akibat skoliosis.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Kondisi ini disebabkan oleh perubahan struktural pada tulang belakang (skoliosis) yang menyebabkan kelemahan otot, kekakuan sendi, dan gangguan keseimbangan. Hal ini dapat menghambat mobilitas dan aktivitas fisik pasien.
2. Nyeri Kronis: Skoliosis dengan sudut Cobb >60° dapat menyebabkan perubahan struktur tulang belakang dan menekan saraf, sehingga menimbulkan nyeri kronis terutama pada daerah punggung bawah dan tengah.
3. Pola Napas Tidak Efektif: Perubahan struktur thoraks akibat skoliosis dapat menyebabkan penurunan ekspansi paru dan penggunaan otot bantu napas, sehingga terjadi pola napas tidak efektif dengan peningkatan frekuensi napas.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Mobilitas Fisik
b. Nyeri Kronis
c. Pola Napas Tidak Efektif
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Mobilitas Fisik Teratasi
b. Nyeri Terkendali
c. Pola Napas Efektif
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Peningkatan Mobilitas
b. Manajemen Nyeri
c. Terapi Pernapasan
Dengan standar keperawatan yang komprehensif dari SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat merancang dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai untuk menangani kondisi skoliosis pada pasien anak ini. -
Article No. 14011 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Risiko Malnutrisi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan asupan zat gizi yang dapat menyebabkan perubahan komposisi dan fungsi tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat membersihkan sekresi dan obstruksi dari saluran napas dengan batuk efektif.
- Frekuensi napas pasien dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda kerja napas yang berlebihan.
2. Toleransi Aktivitas Membaik
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital pasien dalam rentang normal selama aktivitas.
- Pasien tidak mengalami penurunan saturasi oksigen selama aktivitas.
3. Status Nutrisi Membaik
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari.
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan atau mempertahankan berat badan yang optimal.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi atau penurunan asupan nutrisi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Monitor status pernapasan dan keefektifan batuk
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan humidifikasi dan nebulisasi sesuai indikasi
- Bantu pasien melakukan postural drainage dan percussioterapy
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Rencakan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi saat aktivitas
- Monitoring tanda-tanda vital selama aktivitas
- Berikan istirahat yang cukup antara aktivitas
3. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan pasien
- Monitor asupan dan output cairan
- Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, toleransi aktivitas yang membaik, dan status nutrisi yang membaik, sehingga dapat membantu proses pemulihan pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 14012 | 13 Mar 2025
Klinis : di gigit serangga di kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut adalah:
1. Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
2. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres dingin, relaksasi, dan distraksi.
4. Observasi tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
5. Berikan dukungan emosional dan informasi yang adekuat kepada pasien.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai, dan mengajarkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri akibat gigitan serangga pada kaki pasien. Saya juga akan memantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi, serta memberikan dukungan emosional dan informasi yang adekuat. -
Article No. 14013 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis (jika ada):
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan bakteriologis sputum untuk tuberkulosis
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru yang dikonfirmasi secara bakteriologis dan histologis. Gejala pasien, termasuk batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru, sangat mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
- Kode ICD-9-CM 87.44 untuk pemeriksaan bakteriologis sputum untuk tuberkulosis dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat. Pemeriksaan ini penting untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab infeksi.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode tersebut untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur/tindakan medis yang dilakukan pada pasien. Hal ini penting untuk tujuan pencatatan medis, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 14014 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke rumah sakit setelah dirujuk dari puskesmas oleh ibunya karena mengalami pucat, letargis, dan hipersomnia. Menurut ibunya, gejala ini sudah berlangsung selama beberapa bulan, semakin memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Ia juga menyebutkan bahwa anaknya kurang nafsu makan dan berat badannya sulit bertambah, meskipun sudah diberikan makanan bergizi seperti sayur, daging, dan susu formula. Selain itu, anak tersebut cenderung lebih sering tertidur di siang hari dan kurang aktif dibandingkan teman sebayanya. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, ibunya bahkan merasa anaknya tampak lebih lemas dibandingkan hari-hari sebelumnya. Saat diperiksa oleh dokter, ditemukan konjungtiva pucat, tangan dan kaki terasa lebih dingin dari biasanya, serta respons anak terhadap rangsangan terasa lebih lambat dari anak-anak lain seusianya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb sebesar 8 g/dL, hematokrit 26%, MCV 68 fL, dan kadar feritin yang rendah. Dokter menyarankan perubahan pola makan untuk meningkatkan kadar hemoglobin anak. Pola makan yang direkomendasikan mencakup peningkatan konsumsi makanan tinggi zat besi seperti hati ayam, bayam, dan daging merah, serta pengurangan konsumsi susu yang berlebihan karena dapat menghambat penyerapan zat besi. Namun, ibu anak tersebut mengaku kesulitan mengubah pola makan anaknya karena anaknya lebih suka makanan yang manis dan kurang menyukai makanan bertekstur kasar seperti daging merah. Setelah satu bulan pengobatan, kondisi anak belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Ibu menyatakan bahwa anaknya sering mengalami mual muntah setelah mengonsumsi obat besi, serta mengeluhkan sakit perut yang terkadang cukup parah hingga membuatnya rewel di malam hari. Selain itu, ibu juga memperhatikan bahwa tinja anak menjadi lebih cair daripada biasanya, bahkan beberapa kali berwarna lebih gelap dari sebelumnya. Kekhawatiran ibu semakin meningkat karena anaknya mulai menolak minum obat besi dengan alasan rasanya yang pahit dan menyebabkan tidak nyaman di perutnya. Dokter kemudian mengevaluasi ulang dan mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan absorpsi zat besi akibat infeksi cacing atau masalah gastrointestinal lainnya, seperti penyakit celiac atau intoleransi laktosa yang bisa memperburuk penyerapan nutrisi. Untuk memastikan diagnosis, dokter merencanakan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk analisis tinja untuk mendeteksi kemungkinan infeksi parasit serta pemeriksaan serologi untuk gangguan malabsorpsi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Gejala: Pucat, letargis, hipersomnia, nafsu makan buruk, susah menambah berat badan
- Penyebab: Asupan nutrisi terutama zat besi yang tidak adekuat
2. Intoleransi Aktivitas
- Gejala: Anak lebih sering tertidur di siang hari dan kurang aktif dibandingkan teman sebaya
- Penyebab: Anemia yang menyebabkan keterbatasan fisiologis dalam beraktivitas
3. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
- Gejala: Mual, muntah, sakit perut setelah minum obat besi, penolakan minum obat besi
- Penyebab: Efek samping obat besi yang tidak nyaman bagi anak
4. Risiko Gangguan Penyerapan
- Gejala: Tinja encer, berwarna lebih gelap
- Penyebab: Kemungkinan infeksi cacing atau masalah gastrointestinal lain yang mengganggu penyerapan nutrisi
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons klien terhadap masalah kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mendefinisikan hasil yang diharapkan atau kriteria keberhasilan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mendefinisikan tindakan keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terdokumentasi, dan dapat dipertanggungjawabkan. -
Article No. 14015 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri punggung yang semakin sering dirasakan terutama setelah duduk lama di sekolah. Orang tua pasien juga melaporkan bahwa anaknya tampak lebih cepat lelah saat bermain dan sering mengeluh sesak napas ketika berlari atau naik tangga. Sejak setahun terakhir, mereka menyadari adanya perubahan postur tubuh, seperti bahu yang tidak sejajar dan punggung yang tampak melengkung ke satu sisi. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skoliosis dengan sudut Cobb >60°, postur tubuh asimetris, serta penggunaan otot bantu napas. Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 6/10, terutama pada daerah punggung bawah dan tengah. Pemeriksaan pernapasan menunjukkan frekuensi napas 26x/menit dengan penurunan ekspansi paru. Pasien juga mengalami gangguan mobilitas karena mudah lelah saat berjalan jauh dan menunjukkan koordinasi tubuh yang kurang seimbang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana asuhan keperawatan untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan skoliosis.
2. Penurunan Kapasitas Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan gangguan mobilitas.
3. Gangguan Ventilasi berhubungan dengan peningkatan kerja napas.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Nyeri Kronis:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen nyeri kronis.
- SIKI: Manajemen nyeri akut, manajemen nyeri kronis.
2. Penurunan Kapasitas Aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan dalam kemampuan melakukan aktivitas fisik yang diinginkan/diperlukan.
- SLKI: Peningkatan kapasitas aktivitas.
- SIKI: Manajemen aktivitas, manajemen energi.
3. Gangguan Ventilasi:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Peningkatan fungsi pernafasan.
- SIKI: Manajemen jalan napas, manajemen pernapasan.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Nyeri Kronis:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas).
- Lakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri.
2. Penurunan Kapasitas Aktivitas:
- Evaluasi kapasitas aktivitas pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai.
- Bantu pasien dalam merencanakan aktivitas harian yang teratur.
- Berikan latihan fisik yang bertahap untuk meningkatkan kapasitas aktivitas.
3. Gangguan Ventilasi:
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas.
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen pernapasan yang optimal.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kapasitas aktivitas, dan memperbaiki fungsi pernapasan pada pasien dengan skoliosis yang disertai gejala-gejala tersebut. -
Article No. 14016 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri punggung yang semakin sering dirasakan terutama setelah duduk lama di sekolah. Orang tua pasien juga melaporkan bahwa anaknya tampak lebih cepat lelah saat bermain dan sering mengeluh sesak napas ketika berlari atau naik tangga. Sejak setahun terakhir, mereka menyadari adanya perubahan postur tubuh, seperti bahu yang tidak sejajar dan punggung yang tampak melengkung ke satu sisi. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skoliosis dengan sudut Cobb >60°, postur tubuh asimetris, serta penggunaan otot bantu napas. Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 6/10, terutama pada daerah punggung bawah dan tengah. Pemeriksaan pernapasan menunjukkan frekuensi napas 26x/menit dengan penurunan ekspansi paru. Pasien juga mengalami gangguan mobilitas karena mudah lelah saat berjalan jauh dan menunjukkan koordinasi tubuh yang kurang seimbang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan postur tubuh berhubungan dengan skoliosis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan pernapasan.
3. Nyeri kronik berhubungan dengan perubahan struktur tulang belakang.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Gangguan postur tubuh berhubungan dengan skoliosis
- SDKI: Gangguan postur tubuh merupakan perubahan atau deviasi posisi struktur tubuh yang tidak normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen postur tubuh, seperti latihan postur tubuh dan penggunaan alat bantu.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan postur tubuh yang baik dan simetris.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan pernapasan
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, seperti pengaturan aktivitas dan latihan fisik yang sesuai.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan mengurangi keluhan sesak napas.
3. Nyeri kronik berhubungan dengan perubahan struktur tulang belakang
- SDKI: Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan distraksi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengelola nyeri secara efektif dan meningkatkan kualitas hidup.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 14017 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri punggung yang semakin sering dirasakan terutama setelah duduk lama di sekolah. Orang tua pasien juga melaporkan bahwa anaknya tampak lebih cepat lelah saat bermain dan sering mengeluh sesak napas ketika berlari atau naik tangga. Sejak setahun terakhir, mereka menyadari adanya perubahan postur tubuh, seperti bahu yang tidak sejajar dan punggung yang tampak melengkung ke satu sisi. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skoliosis dengan sudut Cobb >60°, postur tubuh asimetris, serta penggunaan otot bantu napas. Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 6/10, terutama pada daerah punggung bawah dan tengah. Pemeriksaan pernapasan menunjukkan frekuensi napas 26x/menit dengan penurunan ekspansi paru. Pasien juga mengalami gangguan mobilitas karena mudah lelah saat berjalan jauh dan menunjukkan koordinasi tubuh yang kurang seimbang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Nyeri Kronik
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Pola napas tidak efektif yang ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu pertukaran gas.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Respirasi, Oksigenasi, dan Terapi Oksigen.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Asuhan Ventilasi, Pemantauan Respirasi, dan Terapi Oksigen.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Mobilitas, Terapi Latihan, dan Manajemen Lingkungan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Latihan Mobilitas, Perawatan Postur Tubuh, dan Penyesuaian Lingkungan.
3. Nyeri Kronik
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkepanjangan atau menetap, yang dapat menyebabkan keterbatasan fungsi.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi, dan Terapi Modalitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pengkajian Nyeri, Intervensi Farmakologis, dan Intervensi Non-Farmakologis.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan adanya masalah pada sistem pernapasan, mobilitas fisik, dan nyeri kronik pada pasien anak laki-laki berusia 12 tahun dengan kondisi skoliosis. Perawatan yang diberikan harus berfokus pada penanganan masalah-masalah tersebut sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia.