Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15914 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan persepsi sensori
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan persepsi sensori.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori
Definisi (SDKI):
Persepsi sensori yang terganggu atau berubah dari normalnya, yang dapat mempengaruhi interpretasi dan respons individu terhadap stimulus.
Batasan Karakteristik (SDKI):
1. Perubahan dalam persepsi sensori
2. Respon tidak tepat terhadap stimulus
3. Ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus sensorik
4. Perubahan dalam pola perilaku
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
1. Penyakit neurologis
2. Obat-obatan
3. Gangguan psikologis
4. Faktor lingkungan
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Persepsi sensori: Terkendali
2. Perilaku: Terarah
3. Integritas sensori: Membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor Persepsi Sensori
2. Manajemen Lingkungan: Stimulasi Sensorik
3. Terapi Realitas
4. Terapi Reminissensi
Penjelasan Singkat:
Gangguan persepsi sensori adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan atau gangguan dalam interpretasi dan respons terhadap stimulus sensorik. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit neurologis, efek obat-obatan, gangguan psikologis, atau faktor lingkungan. Tujuan utama penanganan adalah untuk mengembalikan persepsi sensori yang terganggu, memperbaiki perilaku yang terarah, dan meningkatkan integritas sensori. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan persepsi sensori, manajemen lingkungan, terapi realitas, dan terapi reminissensi. -
Article No. 15915 | 21 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2 kali seminggu sudah 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata tampak sayup. Nilai Hb 7.0 gr/dL. Natrium 133.0 mmol/L. Kalium 2.91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26.09 mg/dL. Kreatinin 5.25 mgd/L. TD 189/107 mmHg. Suhu 36.7° C. Nadi 80 x/menit RR 28 x/menit. BB pre HD 75.7 Kg. BB kering 74 Kg. TB 163 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. S dengan kondisi penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis (HD) rutin 2 kali seminggu selama 6 tahun, dengan keluhan utama lemah, sesak napas, tidak selera makan, sakit kepala, dan mata tampak sayup, serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan anemia (Hb 7.0 gr/dL), hiponatremia (Na 133.0 mmol/L), hipokalemia (K 2.91 mmol/L), uremia (Ureum 56 mg/dL, BUN 26.09 mg/dL, Kreatinin 5.25 mg/dL), dan hipertensi (TD 189/107 mmHg), maka dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan fisik untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik, kognitif, dan psikososial secara mandiri.
- SIKI: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- SLKI: Peningkatan status hidrasi yang optimal.
- SIKI: Intervensi untuk memantau dan mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan status gizi yang optimal.
- SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Peningkatan perfusi jaringan yang optimal.
- SIKI: Intervensi untuk memantau dan mempertahankan perfusi jaringan perifer yang optimal.
Penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI diharapkan dapat membantu pasien Tn. S dalam mengatasi masalah-masalah kesehatannya dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 15916 | 21 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2 kali seminggu sudah 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata tampak sayup. Nilai Hb 7.0 gr/dL. Natrium 133.0 mmol/L. Kalium 2.91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26.09 mg/dL. Kreatinin 5.25 mgd/L. TD 189/107 mmHg. Suhu 36.7° C. Nadi 80 x/menit RR 28 x/menit. BB pre HD 75.7 Kg. BB kering 74 Kg. TB 163 cm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tn. S yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keluhan lemah, sesak napas, dan tidak selera makan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan tidak selera makan, BB turun.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan sesak napas, edema, dan kenaikan BB.
4. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiponatremia berhubungan dengan kelebihan volume cairan, ditandai dengan nilai natrium 133.0 mmol/L.
5. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia berhubungan dengan hilangnya kalium selama hemodialisis, ditandai dengan nilai kalium 2.91 mmol/L.
6. Nyeri Kepala berhubungan dengan efek samping hemodialisis, ditandai dengan keluhan sakit kepala.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Status Nutrisi: Keseimbangan Nutrisi Membaik
3. Keseimbangan Cairan: Keseimbangan Cairan Membaik
4. Keseimbangan Elektrolit: Keseimbangan Natrium Membaik
5. Keseimbangan Elektrolit: Keseimbangan Kalium Membaik
6. Kontrol Nyeri: Nyeri Terkontrol
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda vital saat beraktivitas
- Atur aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Lakukan latihan fisik yang sesuai kemampuan pasien
- Berikan terapi oksigen jika diperlukan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan sesuai diet hemodialisis
- Pantau asupan dan output cairan pasien
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
- Lakukan hemodialisis sesuai jadwal
- Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan
4. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiponatremia:
- Pantau kadar elektrolit (natrium) pasien
- Atur pemberian cairan infus sesuai kebutuhan
- Konsultasikan dengan dokter untuk intervensi medis
5. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia:
- Pantau kadar elektrolit (kalium) pasien
- Berikan suplemen kalium jika diperlukan
- Konsultasikan dengan dokter untuk intervensi medis
6. Nyeri Kepala:
- Kaji karakteristik nyeri kepala pasien
- Berikan terapi analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Identifikasi dan atasi penyebab nyeri kepala
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas didasarkan pada kondisi Tn. S, nilai parameter laboratorium, serta tanda dan gejala yang dialami. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga kondisi Tn. S dapat stabil dan membaik selama menjalani hemodialisis rutin. -
Article No. 15917 | 21 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2 kali seminggu sudah 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata tampak sayup. Nilai Hb 7.0 gr/dL. Natrium 133.0 mmol/L. Kalium 2.91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26.09 mg/dL. Kreatinin 5.25 mgd/L. TD 189/107 mmHg. Suhu 36.7° C. Nadi 80 x/menit RR 28 x/menit. BB pre HD 75.7 Kg. BB kering 74 Kg. TB 163 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tn. S:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan uremia.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan ketidakseimbangan elektrolit:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya kelainan fisiologis.
- SLKI: Peningkatan kemampuan aktivitas fisik, psikologis, dan sosial.
- SIKI: Manajemen intoleransi aktivitas.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan:
- SDKI: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- SLKI: Keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SIKI: Manajemen keseimbangan cairan.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan uremia:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Manajemen nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri.
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
- Perawat harus mengidentifikasi dan mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien dengan gangguan ginjal yang menjalani hemodialisis.
- Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen cairan, elektrolit, dan anemia pada pasien hemodialisis.
- Perawat harus mampu memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas, kekurangan volume cairan, dan nyeri kronis pada pasien hemodialisis.
- Perawat harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan perawatan yang holistik dan berpusat pada pasien. -
Article No. 15918 | 21 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2x seminggu sudah 6 tahun. Datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata tampak sayup, nilai Hb 7.0 gr/dL. Natrium 133.0 mmol/L. Kalium 2.91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26.09 mg/dL. Kreatinin 5.25 mg/dL. TD 189/107 mmHg. Suhu 36.7°C. Nadi 80 x/menit. RR 28 x/menit. BB pre HD 75.7 Kg. BB kering 74 Kg. TB 163 cm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. S, pasien hemodialisis (HD) rutin 2 kali seminggu selama 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak napas, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mata tampak sayup. Hasil laboratorium menunjukkan nilai Hb 7,0 g/dL, Natrium 133,0 mmol/L, Kalium 2,91 mmol/L, Ureum 56 mg/dL, BUN 26,09 mg/dL, dan Kreatinin 5,25 mg/dL. Tanda vital menunjukkan TD 189/107 mmHg, Suhu 36,7°C, Nadi 80 x/menit, dan RR 28 x/menit. Berat badan pre-HD 75,7 kg dan berat badan kering 74 kg. Tinggi badan 163 cm.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. S adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan hipovolemia.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan hemodialisis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Klien dapat mengelola aktivitas untuk mencegah kelelahan.
- Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Klien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik.
- Klien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Klien tidak mengalami pembengkakan atau edema perifer.
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Klien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan volume cairan.
- Klien dapat mengelola asupan cairan sesuai dengan kebutuhan.
4. Kurang Pengetahuan:
- Klien dapat menjelaskan proses penyakit dan tujuan hemodialisis.
- Klien dapat menjelaskan pentingnya mematuhi regimen pengobatan dan diet.
- Klien dapat menjelaskan tanda-tanda komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur aktivitas dan istirahat klien.
- Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pantau tanda-tanda vital dan status perfusi.
- Berikan dukungan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan hipovolemia.
3. Kelebihan Volume Cairan:
- Pantau asupan dan keluaran cairan.
- Anjurkan pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan.
- Lakukan pengaturan cairan selama hemodialisis.
4. Kurang Pengetahuan:
- Identifikasi tingkat pengetahuan klien.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit dan tujuan hemodialisis.
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pengaturan diet, pengobatan, dan pengelolaan komplikasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, membangun kolaborasi dengan tim kesehatan lain, dan melibatkan klien serta keluarga dalam proses perawatan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi keperawatan perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan tercapainya tujuan yang diharapkan. -
Article No. 15919 | 21 Apr 2025
Klinis : Needle Decompression
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi "Needle Decompression" dalam format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S26.19
- Deskripsi: Cedera jantung lainnya, tanpa luka terbuka ke rongga dada
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.04
- Deskripsi: Thoracentesis; drainase jarum (aspirasi) rongga pleura untuk mengeluarkan cairan atau gas
Penjelasan:
Kondisi "Needle Decompression" merujuk pada tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi seperti pneumotoraks atau efusi pleura dengan cara memasukkan jarum ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan udara atau cairan yang terperangkap. Kode ICD-10 S26.19 digunakan untuk mengkodekan cedera jantung lainnya tanpa luka terbuka ke rongga dada, yang dapat terkait dengan kondisi yang memerlukan tindakan needle decompression. Sementara itu, kode ICD-9-CM 34.04 mengacu pada tindakan thoracentesis, yaitu drainase jarum (aspirasi) rongga pleura untuk mengeluarkan cairan atau gas, yang merupakan prosedur yang sering dilakukan dalam kasus needle decompression. -
Article No. 15920 | 21 Apr 2025
Klinis : Nyeri Kronis (D.0078) b.d Infiltrasi tumor d.d pasien mengeluh nyeri pada perut, ekspresi wajah meringis dan memegang perut, nyeri terasa seperti teriris-iris (Q), nyeri terus menerus (T), skala nyeri 5 (S), wajah tampak lemah dan mengantuk di pagi hari karena sulit tidur akibat nyeri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis (D.0078) berhubungan dengan infiltrasi tumor, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, ekspresi wajah meringis dan memegang perut, nyeri terasa seperti teriris-iris, nyeri terus menerus, skala nyeri 5, serta wajah tampak lemah dan mengantuk di pagi hari karena sulit tidur akibat nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan skala nyeri dari 5 menjadi 3 atau kurang.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman selama 6-8 jam per hari.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).
5. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, frekuensi, durasi, kualitas)
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang sesuai
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi)
e. Monitor efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Manajemen Aktivitas
a. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi
b. Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi dalam beraktivitas
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana latihan fisik yang sesuai
3. Manajemen Tidur
a. Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya
b. Ajarkan teknik relaksasi dan higiene tidur
c. Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, suara)
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
4. Dukungan Psikologis
a. Kaji respon psikologis pasien terhadap nyeri kronis
b. Berikan dukungan emosional dan ajarkan strategi koping yang adaptif
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Nyeri Kronis (D.0078) karena pasien menunjukkan gejala nyeri yang terus-menerus dan kronis akibat infiltrasi tumor. Luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, peningkatan kualitas tidur, stabilitas tanda-tanda vital, dan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen aktivitas, manajemen tidur, dan dukungan psikologis untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. -
Article No. 15921 | 21 Apr 2025
Klinis : mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi mual dan muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Mual dan Muntah (Nausea and Vomiting)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual dan muntah merupakan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat diikuti dengan keinginan untuk mengeluarkan isi perut. Diagnosa ini berkaitan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan fungsi gastrointestinal, efek samping pengobatan, dan berbagai kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, luaran yang diharapkan dari penanganan mual dan muntah adalah:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual dan muntah.
2. Pasien dapat mempertahankan intake cairan yang adekuat.
3. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pasien dapat melaporkan peningkatan kenyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual dan muntah antara lain:
1. Manajemen mual dan muntah, termasuk pemberian antiemetik, manajemen diet, dan teknik relaksasi.
2. Pemantauan intake dan output cairan serta keseimbangan elektrolit.
3. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyebab, manajemen, dan pencegahan mual dan muntah.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan medis yang komprehensif.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi kondisi mual dan muntah pada pasien. -
Article No. 15922 | 21 Apr 2025
Klinis : pasien tidak demam, nafus makan menurun, pasien muntah 1x isi makanan dan dahak hari sabtu, kadang suka keringat dingin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah analisis keperawatan yang dapat dilakukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Intake Nutrisi Tidak Adekuat
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan yang dapat menyebabkan asupan nutrisi tidak mencukupi.
- Pasien juga mengalami muntah yang dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen
- Gejala seperti keringat dingin dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Intake Nutrisi Tidak Adekuat
- Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan atau mempertahankan berat badan ideal.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Pasien tidak lagi mengalami keluhan seperti muntah atau penurunan nafsu makan.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen
- Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
- Tanda-tanda vital pasien, seperti frekuensi napas, nadi, dan tekanan darah, akan stabil selama beraktivitas.
- Pasien tidak lagi mengalami keluhan seperti keringat dingin saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Intake Nutrisi Tidak Adekuat
- Kaji asupan nutrisi pasien, termasuk jumlah, jenis, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
- Pantau berat badan pasien secara berkala dan lakukan intervensi jika terjadi penurunan berat badan.
- Berikan antiemetik (obat untuk mengatasi muntah) jika diperlukan untuk mengatasi keluhan muntah.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen
- Kaji tanda-tanda vital pasien sebelum, selama, dan setelah beraktivitas.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien, seperti latihan pernapasan atau latihan gerak ringan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu menstabilkan tanda-tanda vital.
- Berikan oksigen suplemental jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Kolaborasi dengan fisioterapi atau ahli rehabilitasi untuk menyusun program latihan yang tepat.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengalami peningkatan kondisi kesehatan secara optimal. -
Article No. 15923 | 21 Apr 2025
Klinis : rudapaksa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis "rudapaksa" dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, dengan format dan penjelasan yang diminta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T74.1
- Deskripsi: Sindrom penyalahgunaan fisik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.41
- Deskripsi: Konseling untuk penyalahgunaan fisik
Penjelasan:
Kode ICD-10 T74.1 (Sindrom penyalahgunaan fisik) digunakan untuk mengkodekan kasus "rudapaksa" atau penyalahgunaan fisik terhadap individu. Kode ini mencakup kondisi seperti penganiayaan fisik, pemerkosaan, dan perlakuan kasar lainnya yang menyebabkan cedera atau trauma fisik.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 95.41 (Konseling untuk penyalahgunaan fisik) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis atau prosedur yang dilakukan untuk memberikan konseling atau dukungan psikologis bagi individu yang mengalami penyalahgunaan fisik. Prosedur ini dapat mencakup konseling individual, konseling kelompok, atau intervensi terapeutik lainnya yang bertujuan untuk membantu korban mengatasi trauma dan dampak psikologis dari penyalahgunaan yang dialaminya.
Penggunaan kode-kode ini dalam dokumentasi medis sangat penting untuk mencatat informasi yang akurat dan komprehensif terkait kasus "rudapaksa" dan penanganan medis yang diberikan.