Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13991 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 50 tahun dirawat di bangsal Dahlia, sehubungan dengan permasalahan yang dialami pasien melakukan tindakan kolaboratif pemasangan kateter sejak jam 18.00 WIB, sebagai perawat yang bertugas pada jam 06.00 WIB dan melakukan observasi diperoleh data dari kantong urin jumlah urin 100 ml, keadaan ini meliputi : Pilih satu: a. Disuria b. Distensi c. Inkontinensia d. Anuria e. Poliuria
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat yang akan membantu Anda dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Berdasarkan data yang Anda berikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosa sebagai:
Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia (c. Inkontinensia)
Penjelasan singkat:
- SDKI: Inkontinensia adalah ketidakmampuan untuk menahan atau mengontrol pengeluaran urin.
- SLKI: Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan kontinensia urin.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemasangan kateter urin, observasi output urin, manajemen inkontinensia, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dalam kasus ini, pasien telah dilakukan tindakan kolaboratif pemasangan kateter urin sejak jam 18.00 WIB. Sebagai perawat yang bertugas pada jam 06.00 WIB, Anda melakukan observasi dan menemukan bahwa jumlah urin dalam kantong urin adalah 100 ml. Hal ini sesuai dengan diagnosa Inkontinensia, dimana pasien tidak dapat menahan atau mengontrol pengeluaran urin.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 13992 | 13 Mar 2025
Klinis : Lokasi vena yang biasa diberikan terapi intravena adalah : Select one: a. Vena medialis b. Vena radialis c. Vena temporalis d. Vena femoralis e. Vena Bachlialis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Halo, saya adalah perawat profesional yang akan membantu Anda dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi lokasi vena yang biasa diberikan terapi intravena.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan pemberian terapi intravena.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko intoleransi aktivitas adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan adanya kemungkinan terjadinya penurunan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat faktor-faktor internal maupun eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada diagnosis ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen pemberian terapi intravena, dan edukasi kepada pasien serta keluarga.
Berdasarkan soal, lokasi vena yang biasa diberikan terapi intravena adalah:
Jawaban: e. Vena Bachlialis
Vena Bachlialis adalah salah satu lokasi vena yang sering digunakan untuk pemberian terapi intravena karena aksesibilitas yang baik dan ukuran vena yang cukup besar. Namun, tindakan pemberian terapi intravena tetap memerlukan pemantauan yang ketat untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 13993 | 13 Mar 2025
Klinis : Hambatan internal dalam pencapaian kebutuhan aktualisasi diri ….. Select one: a. Yakin terhadap potensi diri b. Perasaan ragu mengungkapkan potensi diri c. Budaya masyarakat yang tidak mendukung d. Tahu akan potensi diri e. Lingkungan yang tidak kondusif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
b. Perasaan ragu mengungkapkan potensi diri
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "Hambatan internal dalam pencapaian kebutuhan aktualisasi diri", maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Perasaan ragu mengungkapkan potensi diri".
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Perasaan ragu mengungkapkan potensi diri merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya ketidakpastian klien dalam mengekspresikan atau mewujudkan potensi dirinya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mengungkapkan potensi dirinya secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan dukungan dan motivasi, membantu klien mengidentifikasi potensi dirinya, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan potensi.
Persona: Pakar/Perawat
Tone: Akademis -
Article No. 13994 | 13 Mar 2025
Klinis : Persiapan pasien akan operasi diberikan terapi intravena dengan tujuan sebagai berikut : Select one: a. Melakukan pada pasien yang tidak sadar b. Memberikan prosedur tepat dan hemat c. Mempermudah prosedur pengobatan d. Memberikan cairan tubuh dan mengkoreksi asam basa e. Pengobatan jangka waktu Panjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah: d. Memberikan cairan tubuh dan mengkoreksi asam basa.
Penjelasan:
Dalam persiapan pasien untuk operasi, pemberian terapi intravena bertujuan untuk memberikan cairan tubuh dan mengkoreksi asam basa. Tujuan ini sesuai dengan kebutuhan pasien yang akan menjalani operasi, di mana stabilitas cairan dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan dan elektrolit akibat prosedur pembedahan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, pemberian terapi intravena sesuai dengan tujuan memberikan cairan tubuh dan mengkoreksi asam basa, yang dapat ditangani melalui intervensi keperawatan yang sesuai dengan SIKI. -
Article No. 13995 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang ibu usia 40 tahun sudah dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan terasa panas, pusing dan merasa lemas,sulit memulai tidur, keadaan umum lemah , kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital Suhu = 39 0 C, Nadi = 94 x/mnt, Pernapasan = 18X/mnt, TD = 120/80 mmHg. Pemeriksaan fisik rambut rontok, bibir kering dan pecah-pecah, rasa haus, turgor kurang elastis. Data penunjang untuk masalah kekurangan volume cairan pada kasus diatas adalah : Select one: a. Suhu = 39 0 C, Pernapasan = 18X/mnt b. Rambut rontok, pusing c. Bibir kering dan pecah-pecah, rasa haus, turgor kurang elastis d. Keadaan umum lemah, kesadaran CM e. Sulit memulai tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kehilangan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intrasellular yang melebihi jumlah asupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Keseimbangan Cairan Terpelihara, yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit dan mukosa dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Memantau tanda-tanda vital, Mengkaji intake dan output cairan, Memberikan cairan sesuai kebutuhan, Mengoptimalkan status nutrisi, serta Memberikan edukasi tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
Berdasarkan data yang diberikan, tanda-tanda kekurangan volume cairan yang nampak adalah suhu tinggi, bibir kering dan pecah-pecah, turgor kulit kurang elastis, serta keadaan umum lemah. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan. -
Article No. 13997 | 13 Mar 2025
Klinis : Pemberian obat yang dimasukkan ke dalam saluran pencernaan dengan aturan pakai 3 X 1 merupakan contoh pemberian obat secara : Select one: a. Sistemik b. Reaksi tempat yang sakit c. Lokal d. Kemotrapi e. Pemberian obat diminum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pemberian obat yang dimasukkan ke dalam saluran pencernaan dengan aturan pakai 3 x 1 merupakan contoh pemberian obat secara e. Pemberian obat diminum.
Penjelasan:
Pemberian obat secara oral atau melalui saluran pencernaan (diminum) merupakan salah satu cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Obat yang diberikan secara oral akan diserap oleh saluran pencernaan dan masuk ke dalam aliran darah, sehingga efeknya akan tersebar secara sistemik di seluruh tubuh.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pemberian Obat Oral
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kepatuhan Minum Obat
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Pemberian Obat
Dalam standar SDKI-SLKI-SIKI, pemberian obat oral ini termasuk dalam domain manajemen terapeutik, dengan fokus pada kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat sesuai aturan pakai yang diberikan oleh petugas kesehatan. Perawat berperan penting dalam memastikan pasien menerima dan mengonsumsi obat dengan tepat untuk mencapai hasil terapeutik yang optimal. -
Article No. 13998 | 13 Mar 2025
Klinis : Pengkajian kulit yang harus diperhatikan saat perawat membantu klien mandi adalah : Select one: a. Lesi, warna kulit b. Keadaan mukosa, getah, ikterik c. Botak, ketombe, berkutu d. Bentuk , ikterik, mukosa e. Warna kulit, lesi, pruritus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
e. Warna kulit, lesi, pruritus
Penjelasan:
Saat perawat membantu klien mandi, pengkajian kulit yang harus diperhatikan adalah:
1. Warna kulit: normal, pucat, kemerahan, kekuningan, dll.
2. Lesi: adanya kelainan pada kulit seperti bintik-bintik, benjolan, lecet, dll.
3. Pruritus: adanya rasa gatal pada kulit.
Standar diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) adalah alat bantu bagi perawat dalam menentukan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 13999 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki 42 tahun , di rawat di bangsal dahlia akibat jatuh dari pohon , pasien tersebut mengalami inkontinensia urin, menurut anda permasalahan keperawatan terkait gangguan eliminasi yang dialami oleh pasien adalah : Select one: a. Gangguan rasa nyaman b. Perubahan dalam eliminasi urin c. Gangguan activity daily living d. Resiko deficit volume cairan e. Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, permasalahan keperawatan terkait gangguan eliminasi yang dialami oleh pasien adalah:
b. Perubahan dalam eliminasi urin
Penjelasan:
Pasien mengalami inkontinensia urin, yang merupakan gangguan pada eliminasi urin. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Perubahan dalam eliminasi urin" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Penjelasan singkat:
- SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia, disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar lainnya yang juga disusun oleh PPNI.
- Diagnosis keperawatan "Perubahan dalam eliminasi urin" menggambarkan adanya perubahan atau gangguan pada proses eliminasi urin, seperti inkontinensia yang dialami oleh pasien.
Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya menyimpulkan bahwa diagnosis keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah "Perubahan dalam eliminasi urin". -
Article No. 14000 | 13 Mar 2025
Klinis : Kasus 7 (penginderaan) Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang disertai demam tinggi sejak 3 hari terakhir. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami infeksi telinga tengah berulang sejak kecil, dan sebelumnya telah mengalami otitis media akut sekitar 2 minggu lalu, tetapi tidak mendapatkan pengobatan antibiotik secara tuntas. Sejak dua hari terakhir, orang tua pasien juga memperhatikan bahwa telinga kanan anak terlihat menonjol, dan ada pembengkakan serta kemerahan di belakang telinga. Anak juga mengeluhkan sakit kepala dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Tampak lemah, menangis karena nyeri. Tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg. HR: 110x/menit. RR: 24x/menit. Suhu: 39,2°C. Telinga kanan: Pinna telinga terdorong ke depan. Pembengkakan dan kemerahan (+) di daerah mastoid. Nyeri tekan mastoid (+). Otorrhea purulen (+) dari liang telinga. Neurologis: Tidak ditemukan tanda-tanda defisit neurologis saat ini. Hasil Pemeriksaan Penunjang Otoscopic Examination (Pemeriksaan Otoskopi): Membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak, Adanya cairan purulen dalam liang telinga. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap: Leukositosis (15.500/μL) → indikasi infeksi, CRP meningkat (>10 mg/L)→ indikasi inflamasi aktif, LED meningkat (45 mm/jam) indikasi infeksi atau inflamasi. Kultur cairan telinga: Pertumbuhan bakteri (Streptococcus pneumoniae /Staphylococcus aureus) (+). Pemeriksaan Radiologi: X-ray Mastoid: Tampak pemusnahan trabekula tulang mastoid yang mengindikasikan mastoiditis. CT-Scan Temporal Bone: Efusi cairan purulen dalam rongga mastoid, Erosi tulang mastoid (+), Tidak ditemukan abses intrakranial atau komplikasi lainnya. Diagnosis Medis: Mastoiditis akut akibat otitis media supuratif kronik. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi antibiotik IV, analgesik, serta evaluasi pembedahan (mastoidectomy) jika tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus penginderaan yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Infeksi telinga tengah dan mastoiditis.
- Karakteristik: Pasien mengeluhkan nyeri hebat di belakang telinga kanan, menangis karena nyeri.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Riwayat infeksi telinga tengah berulang, otitis media akut yang tidak diobati dengan tuntas, pemusnahan trabekula tulang mastoid.
- Tanda dan Gejala: Demam tinggi, leukositosis, CRP meningkat, kultur cairan telinga positif pertumbuhan bakteri.
3. Gangguan Persepsi Sensori: Pendengaran
- Definisi: Perubahan dalam kemampuan menerima rangsangan auditori.
- Penyebab: Infeksi telinga tengah dan mastoiditis dengan efusi cairan purulen dalam rongga mastoid dan erosi tulang mastoid.
- Karakteristik: Otorrhea purulen dari liang telinga kanan, membran timpani tampak menonjol, berwarna merah, dan tidak dapat bergerak.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, tampak rileks, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
2. Pencegahan Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi peningkatan tanda dan gejala infeksi, tidak ada komplikasi infeksi, hasil kultur negatif.
3. Pendengaran Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluhan gangguan pendengaran, hasil pemeriksaan otoskopi membaik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi faktor penyebab nyeri
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan durasi nyeri
- Berikan analgesik sesuai dengan resep
- Berikan terapi panas/dingin pada area yang nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
2. Pencegahan Infeksi
- Pantau tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan teknik aseptik saat perawatan
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai hasil kultur
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
3. Peningkatan Pendengaran
- Pantau fungsi pendengaran melalui pemeriksaan otoskopi
- Berikan tindakan pembersihan telinga sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberikan terapi farmakologis (antibiotik, antiperadangan)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan telinga
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah pada kasus penginderaan yang diberikan. Pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang berlaku. -
Article No. 14001 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang Laki-laki, 20 tahun. Tidur dengan kondisi aktivitas fisiologis menurun, tanda vital dan metabolisme menurun bertahap. Mudah terbangun . Orang tersebut dalam tahapan tidur: Select one: a. NREM tahap 1 b. REM c. NREM tahap 4 d. NREM e. REM tahap 1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi yang Anda berikan, dengan menggunakan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yaitu SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, yaitu seorang laki-laki berusia 20 tahun yang mengalami penurunan aktivitas fisiologis, tanda vital, dan metabolisme secara bertahap serta mudah terbangun, maka dapat diidentifikasi bahwa kondisi tersebut sesuai dengan NREM (Non-Rapid Eye Movement) tahap 4.
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur Terjaga
- SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan aktivitas fisiologis, tanda vital, dan metabolisme yang menunjukkan kondisi NREM tahap 4, yang merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gejala-gejala ini terkait dengan gangguan pola tidur, di mana pasien mudah terbangun dan tidak dapat mempertahankan tidur yang berkualitas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Identifikasi pola tidur dan faktor yang mempengaruhinya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab gangguan tidur
- Implementasi teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur yang lebih baik
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas
Dengan penerapan intervensi yang tepat, diharapkan dapat membantu pasien mencapai pola tidur yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup.