Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16010 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 62 tahun tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) diantar oleh keluarganya. Pasien tampak gelisah, pucat, dan berkeringat dingin. Keluarga melaporkan pasien mengeluh nyeri dada hebat seperti tertindih benda berat sejak 30 menit yang lalu, menjalar ke lengan kiri dan rahang. Pasien juga mengeluh sesak napas dan lemas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan oklusi arteri koroner, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri dan rahang.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Penurunan rasa nyeri, yang ditandai dengan pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri, frekuensi nyeri, dan durasi nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dada dan infark miokard, ditandai dengan keluhan sesak napas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Perbaikan pola napas, yang ditandai dengan pasien menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan kemampuan mengambil napas dalam.
- SIKI: Manajemen jalan napas, yang meliputi tindakan untuk memelihara dan menjaga jalan napas tetap terbuka dan bebas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi kardiovaskular yang tidak stabil, ditandai dengan keluhan lemas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, yang ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa gejala.
- SIKI: Manajemen aktivitas, yang meliputi tindakan untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memulihkan tingkat aktivitas optimal.
Dalam memberikan perawatan, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 16011 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang anak berusia 3 tahun masuk IGD dengan keluhan demam tinggi, mual, muntah, tidak nafsu makan, badan lemah dan diare dengan frekuensi 2 kali per 24 jam. Hasil pengkajian : suhu tubuh anak 39,4˚C, kulit teraba hangat, frekuensi napas 30 x/menit dan frekuensi nadi 105 x/menit. Apakah masalah keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh anak 39,4°C, kulit teraba hangat.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak nafsu makan, mual, muntah, dan diare.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C).
2. Anak mencapai status nutrisi yang adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan dan tidak ada mual, muntah, serta diare.
3. Anak mampu beraktivitas secara mandiri tanpa merasa lemah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi:
a. Monitoring suhu tubuh secara berkala.
b. Pemberian antipiretik sesuai indikasi.
c. Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu.
d. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
a. Monitoring intake dan output cairan.
b. Pemberian cairan dan elektrolit intravena sesuai kebutuhan.
c. Pemberian nutrisi enteral (misal: ORAE) sesuai usia dan kebutuhan.
d. Edukasi kepada keluarga tentang pentingnya nutrisi dan perawatan anak saat sakit.
3. Intoleransi aktivitas:
a. Monitoring tanda-tanda vital saat beraktivitas.
b. Memberikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi anak.
c. Memfasilitasi istirahat yang cukup.
d. Memberikan dukungan psikologis dan motivasi pada anak dan keluarga.
Penjelasan rinci:
Anak berusia 3 tahun dengan keluhan demam tinggi, mual, muntah, tidak nafsu makan, badan lemah, dan diare mengindikasikan adanya proses infeksi yang menyebabkan hipertermia, gangguan nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah hipertermia berhubungan dengan infeksi, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan intoleransi aktivitas. Luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh kembali normal, status nutrisi yang adekuat, dan anak mampu beraktivitas secara mandiri. Intervensi yang diperlukan mencakup monitoring tanda-tanda vital, pemberian antipiretik dan cairan, pemberian nutrisi enteral, serta fasilitasi istirahat dan aktivitas yang sesuai. Edukasi kepada keluarga juga penting untuk mendukung perawatan anak secara komprehensif. -
Article No. 16012 | 22 Apr 2025
Klinis : Panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi panas.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
Definisi:
Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
Faktor Penyebab:
1. Infeksi
2. Dehidrasi
3. Obat-obatan
4. Gangguan termoregulasi
Karakteristik Mayor:
1. Suhu tubuh di atas 38,3°C (101°F)
2. Kulit hangat dan kering
Karakteristik Minor:
1. Rasa tidak nyaman
2. Pucat
3. Nadi cepat
4. Napas cepat
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Batasi aktivitas
3. Berikan cairan yang cukup
4. Berikan kompres dingin
5. Kontrol suhu lingkungan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan konsistensi dan kualitas dalam proses diagnostik keperawatan. Diagnosa keperawatan "Hipertermia" telah tercantum dalam SDKI dan memiliki definisi, faktor penyebab, karakteristik, serta intervensi keperawatan yang terstandarisasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan konsistensi dan kualitas dalam hasil atau outcome dari asuhan keperawatan. Untuk diagnosa "Hipertermia", SLKI mencakup indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan, seperti penurunan suhu tubuh, tanda-tanda vital yang membaik, dan peningkatan kenyamanan pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan konsistensi dan kualitas dalam intervensi atau tindakan keperawatan. Untuk diagnosa "Hipertermia", SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang terstandarisasi, seperti monitor tanda-tanda vital, berikan cairan yang cukup, dan berikan kompres dingin.
Dalam penerapan asuhan keperawatan, perawat harus memastikan penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keamanan dalam praktik keperawatan. -
Article No. 16013 | 22 Apr 2025
Klinis : Spo dibawah 94
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan (NANDA-I)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Perfusi Jaringan didefinisikan sebagai ketidakcukupan sirkulasi darah ke satu atau lebih bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) menjadi normal (> 94%).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian oksigen sesuai indikasi
3. Pengaturan posisi tubuh untuk memfasilitasi ventilasi
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan kondisi pasien
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk meningkatkan perfusi jaringan dan mempertahankan saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal. -
Article No. 16014 | 22 Apr 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan pertukaran gas sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi darah dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab:
1. Gangguan ventilasi
2. Gangguan perfusi
3. Perubahan difusi gas
4. Perubahan tekanan oksigen atau karbon dioksida
Karakteristik Mayor:
1. Perubahan status pernapasan (frekuensi, kedalaman, pola)
2. Perubahan warna kulit dan membran mukosa
3. Perubahan hasil oksimetri dan analisis gas darah
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Standar diagnosa ini memberikan panduan komprehensif mengenai definisi, penyebab, karakteristik, dan faktor terkait dari diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar luaran ini menyediakan target atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa "Gangguan Pertukaran Gas", seperti peningkatan oksigenasi, perbaikan status pernapasan, dan stabilitas hemodinamik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar intervensi ini memberikan panduan komprehensif mengenai tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa "Gangguan Pertukaran Gas", seperti pengaturan posisi, pemberian oksigen, manajemen ventilasi, dan pemantauan status pernapasan.
Dengan adanya SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, sistematis, dan berkualitas untuk mengatasi kondisi gangguan pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 15872 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien mengalami ruam wajah yang semakin memburuk saat terpapar sinar matahari. Apa edukasi keperawatan yang paling tepat? Select one: a. Gunakan minyak esensial di wajah b. Gunakan pelembap berbahan dasar alkohol c. Gunakan tabir surya SPF ≥30 dan hindari sinar UV d. Jemur pagi hari untuk meningkatkan imun e. Hindari menggunakan tabir surya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang mengalami ruam wajah yang semakin memburuk saat terpapar sinar matahari, maka diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah:
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan toleransi terhadap paparan sinar matahari.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik terhadap paparan sinar matahari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang paling tepat adalah:
c. Gunakan tabir surya SPF ≥30 dan hindari sinar UV
Edukasi keperawatan yang paling tepat adalah: Mengajarkan pasien untuk menggunakan tabir surya dengan SPF ≥30 dan menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada saat puncak UV (pukul 10.00-15.00).
Dengan intervensi dan edukasi yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dan toleransi terhadap paparan sinar matahari dapat meningkat. -
Article No. 15873 | 21 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang rawat penyakit saraf dengan keluhan penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan didapatkan pasien melokasir area nyeri, tidak dapat menyebutkan waktu, tempat dengan tepat, dan tidak mampu mengenali suaminya.. Pada saat Perawat mendekat ke klien, mata klien masih menutup. Apakah langkah selanjutnya yang harus dilakukan perawat sesuai kasus diatas ? Select one: a. menanyakan kepada klien saat pemeriksaan untuk menyebutkan siang atau malam b. menganjurkan klien untuk menyebutkan siapa orang yang ada didekatnya c. memanggil nama klien d. menanyakan dimana klien berada e. memberikan rangsang nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Persepsi Sensori Perubahan Persepsi Sensori (PPSP)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Perubahan Persepsi Sensori: Persepsi yang tidak akurat terhadap stimulus lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mengenali lingkungan sekitarnya dan dapat berkomunikasi dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
2. Memberikan orientasi realitas untuk membantu klien mengenali lingkungan
3. Melakukan stimulasi sensori untuk meningkatkan persepsi klien
4. Memfasilitasi komunikasi klien
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan perawat sesuai kasus di atas adalah:
c. Memanggil nama klien.
Alasan:
Pada kasus ini, klien mengalami penurunan kesadaran dan tidak dapat menyebutkan waktu, tempat, serta tidak dapat mengenali suaminya. Memanggil nama klien merupakan langkah awal untuk memberikan orientasi realitas dan membantu klien mengenali lingkungannya. Hal ini sesuai dengan intervensi pada SIKI untuk mengatasi diagnosis Perubahan Persepsi Sensori. -
Article No. 15874 | 21 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, 58 tahun dirawat di rumah sakit karena mengalami kelemahan pada kedua kaki. Perawat melakukan pemeriksaan kekuatan otot. Hasilnya adalah kekuatan otot dengan skor 4. Apa kesimpulan dari hasil pemeriksaan pada klien tersebut? Select one: a. Mampu bergerak tapi tidak mampu melawan gravitasi b. Mampu melawan tahanan ringan c. Bebas bergerak mampu melawan tahanan kuat d. Mampu bergerak melawan gravitasi e. Terdapat kontraksi otot tapi tidak menghasilkan gerakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, skor kekuatan otot klien adalah 4, maka kesimpulannya adalah:
d. Mampu bergerak melawan gravitasi
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), skor kekuatan otot 4 menunjukkan bahwa:
"Pasien mampu bergerak melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan ringan."
Hal ini berarti pasien masih memiliki kekuatan otot yang baik untuk dapat bergerak melawan gravitasi, meskipun belum mampu melawan tahanan kuat. Ini sesuai dengan kondisi yang digambarkan, di mana pasien mengalami kelemahan pada kedua kaki namun masih dapat bergerak.
Jadi, kesimpulan yang tepat dari hasil pemeriksaan tersebut adalah bahwa pasien mampu bergerak melawan gravitasi. -
Article No. 15875 | 21 Apr 2025
Klinis : Cairan purulen pada mastoiditis berasal dari: Select one: a. Rongga telinga tengah b. Rongga mulut c. Rongga sinus d. Infeksi saluran kemih e. Kulit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Rongga Telinga Tengah Berhubungan dengan Mastoiditis
Penjelasan:
a. Rongga telinga tengah
Jawaban yang tepat adalah a. Rongga telinga tengah.
Mastoiditis adalah infeksi pada tulang mastoid yang merupakan bagian dari tulang temporal di belakang telinga. Infeksi ini dapat menyebabkan cairan purulen (nanah) yang berasal dari rongga telinga tengah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Rongga Telinga Tengah adalah kondisi rentan terhadap masuknya agen patogen ke dalam rongga telinga tengah yang dapat menyebabkan inflamasi dan peningkatan produksi cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Bebas Infeksi Rongga Telinga Tengah, yaitu tidak ada tanda-tanda infeksi pada rongga telinga tengah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Infeksi, yaitu upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi pada rongga telinga tengah.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 15876 | 21 Apr 2025
Klinis : SESAK, RONKHI, BATUK SAAT BERBARING, URIN SEDIKIT, OLIGURI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Faktor yang berhubungan: Perubahan mekanis paru, perubahan sistem saraf pusat, kelelahan otot pernapasan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, obstruksi jalan napas.
3. Penurunan volume urin (SDKI)
Definisi: Penurunan volume urin yang dikeluarkan dari normal.
Faktor yang berhubungan: Peningkatan kehilangan cairan, gangguan mekanisme regulasi cairan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas: Tercapainya pola napas yang efektif.
2. Bersihan jalan napas: Tercapainya bersihan jalan napas yang efektif.
3. Volume urin: Tercapainya volume urin yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif.
Aktivitas: Posisikan pasien, lakukan tindakan suction, berikan oksigen, monitor fungsi pernapasan.
2. Manajemen batuk
Tujuan: Memfasilitasi pembersihan jalan napas.
Aktivitas: Anjurkan batuk efektif, lakukan tindakan suction, berikan obat yang membantu pengeluaran sekret.
3. Manajemen cairan
Tujuan: Mempertahankan volume cairan yang adekuat.
Aktivitas: Monitor intake dan output cairan, berikan cairan intravena jika diperlukan, pantau tanda-tanda dehidrasi.
Saya harap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan.