Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 13923 | 13 Mar 2025
Klinis : Adalah Seorang pasien wanita 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sembelit. Hasil anamnesa : buang air besar tidak teratur, tidak suka makan buah dan sayur serta minum yang kurang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah : Select one: a. Pola defekasi b. Warna feses c. Aktivitas d. Distensi abdomen e. Konsistensi feses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan dalam kapasitas sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien wanita 27 tahun dengan keluhan sembelit:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi (NANDA-I: 00011)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah penurunan frekuensi dan/atau kesulitan dalam defekasi yang disebabkan oleh faktor fisiologis, farmakologis, atau gaya hidup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Defekasi normal
2. Pola eliminasi usus teratur
3. Kenyamanan abdomen
4. Tidak ada tanda-tanda obstruksi usus
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen konstipasi
2. Edukasi tentang pola eliminasi usus yang sehat
3. Terapi nutrisi
4. Peningkatan aktivitas
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, fokus pemeriksaan yang perlu diperhatikan adalah:
d. Distensi abdomen
e. Konsistensi feses
Pemeriksaan tersebut dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda konstipasi dan mengarahkan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 13924 | 13 Mar 2025
Klinis : Anda sedang mendiskusikan tentang masalah pasien yang mengalami impaksi feses dan anda mendapatkan pengertian Impaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya feses pada daya penyerapan dari kolon dan rektum yang berkepanjangan. Ketika teman anda menanyakan dimanakah lokasi yang paling banyak menyimpan feses pada saat pasien mengalami impaksi maka jawaban anda adalah : Select one: a. Spinter b. Rektum c. Sigmoid d. Kolon e. Proximal kolon
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien dengan impaksi feses.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi pasien dengan impaksi feses, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
d. Konstipasi
Penjelasan Singkat:
Konstipasi adalah keadaan di mana pasien mengalami kesulitan dalam buang air besar atau tidak dapat buang air besar secara regular. Impaksi feses merupakan salah satu gejala dari konstipasi.
Lokasi yang paling banyak menyimpan feses pada saat pasien mengalami impaksi adalah:
d. Kolon
Penjelasan:
Pada kasus impaksi feses, feses tertahan dan menumpuk di dalam kolon, terutama pada bagian proksimal kolon. Kolon merupakan saluran pencernaan terbesar yang berfungsi menyimpan dan mengatur pembuangan feses. Jika terjadi gangguan pada fungsi kolon, seperti penurunan motilitas atau daya penyerapan, maka feses akan tertahan dan menyebabkan impaksi feses.
Dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat yang ahli, saya harap penjelasan ini dapat membantu anda memahami diagnosa keperawatan dan lokasi impaksi feses pada pasien. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 13925 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki 44 tahun , masuk unit gawat darurat akibat jatuh dari tangga dan terbentur pada bagian genetalia dan area sekitarnya , pasien tersebut mengalami total inkontinensia urin, menurut anda permasalahan eliminasi yang dialami oleh pasien terkait dengan : Select one: a. Injury spincter eksternal b. Edema prostat c. Spasme kandung kemih d. Retensi urin e. Trauma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: e. Trauma , dengan tone = akademis , persona=pakar,nurse
Diagnosa Keperawatan:
Trauma Genital Berat dengan Inkontinensia Urin Total
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 44 tahun masuk unit gawat darurat akibat jatuh dari tangga dan mengalami trauma pada area genital. Hal ini menyebabkan pasien mengalami inkontinensia urin total, yaitu ketidakmampuan untuk menahan urin secara kontinu.
Mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), permasalahan eliminasi yang dialami pasien terkait dengan:
Trauma, yaitu cedera fisik yang terjadi akibat jatuh dari tangga dan mengenai area genital. Trauma tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi sfingter eksternal, sehingga pasien mengalami inkontinensia urin total.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Trauma Genital Berat dengan Inkontinensia Urin Total. -
Article No. 13926 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien sesak dan tersedak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengalami sesak dan tersedak, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami sesak dan tersedak, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka, ditandai dengan pola napas yang normal, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen yang adekuat.
2. Ventilasi: Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas, kedalaman napas, dan volume tidal yang normal.
3. Pertukaran Gas: Pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, ditandai dengan nilai pH, PaO2, dan PaCO2 yang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Jalan Napas
- Pantau pola napas, suara napas tambahan, dan saturasi oksigen pasien secara berkala.
- Pantau tanda-tanda vital pasien, termasuk laju napas, kedalaman napas, dan irama napas.
- Pantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan tanda-tanda distres pernapasan.
2. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan kepala agak terangkat untuk memfasilitasi pernafasan.
- Lakukan suction pada jalan napas pasien jika diperlukan untuk mengeluarkan sekresi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk mengelola jalan napas pasien secara komprehensif.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan untuk membantu membersihkan jalan napas.
- Beri informasi tentang tanda-tanda komplikasi yang harus dilaporkan segera.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka, ventilasi yang efektif, serta pertukaran gas yang adekuat, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 13927 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien sesak dan tersedak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi sesak dan tersedak adalah "Gangguan Pertukaran Gas" (SDKI, 2017). Gangguan Pertukaran Gas didefinisikan sebagai "Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveoli, yang mengakibatkan penurunan oksigenasi dan/atau peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah" (SDKI, 2017).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pertukaran Gas: Pasien menunjukkan peningkatan oksigenasi, penurunan sesak napas, dan perbaikan status pernapasan.
2. Pengendalian Batuk: Pasien dapat mengendalikan batuk dan tidak lagi tersedak.
3. Pemeliharaan Jalan Napas: Pasien mempertahankan jalan napas terbuka dan lancar.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan (penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, sianosis)
- Pantau oksigenasi (SpO2, gas darah, dll.)
2. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi lanjutan (intubasi, trakeostomi, dll.)
3. Manajemen Batuk
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan obat antitusif jika perlu
- Pantau dan catat karakteristik batuk
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab dan proses penyakit
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan mengendalikan batuk
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Gangguan Pertukaran Gas" dipilih karena pasien mengalami sesak napas dan tersedak, yang menunjukkan adanya gangguan pada pertukaran gas di alveoli paru-paru. Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan oksigenasi dan peningkatan karbon dioksida dalam darah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup peningkatan pertukaran gas, pengendalian batuk, dan pemeliharaan jalan napas terbuka. Luaran ini bertujuan untuk mengatasi masalah pernapasan pasien dan memperbaiki status oksigenasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi pemantauan pernapasan, manajemen jalan napas, manajemen batuk, serta edukasi pasien dan keluarga. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan kondisi pernapasan pasien dapat membaik dan komplikasi dapat dicegah.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi sesak napas dan tersedak pada pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dibutuhkan untuk memberikan intervensi lanjutan yang sesuai. -
Article No. 13928 | 13 Mar 2025
Klinis : Intervensi perawatan pada klien dengan gangguan integritas kulit adalah : Pilih satu: a. Jaga di take out put b. Melakukan perawatan luka c. Lakukan perbaikan nutrisi d. Jaga nutrisi e. Pantau tan – tanda penting
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban: b. Melakukan perawatan luka
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
- Gangguan Integritas Kulit
2. Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Gangguan Integritas Kulit adalah kerusakan atau hilangnya lapisan epidermis, dermis, dan/atau jaringan di bawahnya.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Integritas Kulit adalah pemulihan struktur dan fungsi lapisan kulit (epidermis, dermis, dan jaringan di bawahnya).
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Perawatan Luka adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu.
Berdasarkan pemahaman di atas, intervensi perawatan yang paling sesuai untuk klien dengan gangguan integritas kulit adalah melakukan perawatan luka (opsi b). Hal ini karena perawatan luka merupakan intervensi yang spesifik dan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ditegakkan.
Opsi lainnya tidak sesuai, seperti menjaga di tempat tidur (a), memperbaiki nutrisi (c dan d), atau memantau tanda-tanda vital (e), yang tidak berfokus pada penanganan langsung terhadap gangguan integritas kulit.
Jadi, intervensi keperawatan yang paling tepat untuk klien dengan gangguan integritas kulit adalah melakukan perawatan luka. -
Article No. 13930 | 13 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan, 65 tahun dirawat di unit stroke , sehubungan dengan permasalahan yang dialami oleh klien dilakukan tindakan kolaboratif pemasangan kateter pada jam 20.30 , sebagai perawat yang bertugas pada jam 09.00 WIB anda melakukan observasi didapatkan data dari urin bag jumlah urin 500 ml, keadaan ini disebut : Select one: a. Polyuria b. Inkontinensia c. Anuria d. Oliguria e. Retensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Respons saya sebagai perawat profesional:
Diagnosa Keperawatan: Retensi Urin
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, kondisi pasien yang menunjukkan jumlah urin dalam urin bag sebanyak 500 ml setelah pemasangan kateter pada jam 20.30 menunjukkan adanya retensi urin.
Retensi urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap, menyebabkan penumpukan urin dalam kandung kemih. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau cedera pada sistem saraf pusat atau perifer yang memengaruhi fungsi berkemih.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai dengan kasus ini adalah:
SDKI: Retensi Urin
SLKI: Pengeluaran Urin Lancar
SIKI: Perawatan Kateter Urin
Sebagai perawat yang bertugas pada jam 09.00 WIB, saya akan melakukan observasi lebih lanjut untuk memantau kondisi pasien dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk memastikan pengeluaran urin yang lancar. -
Article No. 13931 | 13 Mar 2025
Klinis : digesti adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pencernaan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Pencernaan
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana terjadi penurunan atau peningkatan dalam fungsi pencernaan, yang dapat ditandai dengan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, diare, atau konstipasi.
- SLKI: Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi pencernaan yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nutrisi, manajemen eliminasi, manajemen rasa nyaman, dan edukasi terkait proses pencernaan.
Diagnosa ini mencerminkan masalah utama yang terkait dengan gangguan pada sistem pencernaan pasien. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, menentukan penyebab, dan mengembangkan rencana perawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 13932 | 13 Mar 2025
Klinis : Merupakan pergerakan air (zat terlarut ) melalui membrane semipermiabel dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi lebih tinggi: Select one: a. Transport aktif b. Transport pasif c. Difusi d. Osmosis e. Filtrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
d. Osmosis
Penjelasan:
Osmosis merupakan perpindahan air (zat terlarut) melalui membran semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi lebih tinggi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut di kedua sisi membran, dimana air akan berpindah dari konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah menuju konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.
Adapun penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan. SDKI terdiri dari berbagai diagnosa keperawatan yang telah terstandarisasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan yang telah dilakukan. SLKI terdiri dari berbagai luaran/outcome keperawatan yang telah terstandarisasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. SIKI terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang telah terstandarisasi.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang jelas dan terstruktur bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar. -
Article No. 13933 | 13 Mar 2025
Klinis : Pasien muntah muntah dan lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengalami muntah-muntah dan lemas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami muntah-muntah dan lemas adalah "Ketidakseimbangan Cairan" (00025). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gejala kehilangan cairan dan elektrolit akibat muntah-muntah yang dapat menyebabkan lemas. Ketidakseimbangan cairan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi jika tidak segera ditangani dengan baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang adekuat, seperti membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang baik, nadi yang kuat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Keseimbangan Elektrolit: Pasien menunjukkan kadar elektrolit dalam batas normal, seperti natrium, kalium, dan klorida.
3. Vital Signs yang Stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh yang berada dalam batas normal.
4. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat ketidakseimbangan cairan, seperti hipovolemia, hipotensi, atau gangguan fungsi organ.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Lakukan pemantauan tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang mungkin terjadi.
2. Pemantauan Intake dan Output: Catat dan pantau secara ketat jumlah asupan cairan (oral maupun parenteral) dan output cairan (urin, muntah, diare) untuk mengetahui keseimbangan cairan pasien.
3. Intervensi Hidrasi: Berikan cairan intravena (IV) atau cairan oral sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat muntah-muntah. Pilih jenis cairan yang sesuai dengan kebutuhan elektrolit pasien.
4. Pemberian Antiemetik: Berikan obat antiemetik yang sesuai untuk mengurangi atau menghentikan gejala muntah-muntah pada pasien.
5. Edukasi Pasien: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta cara mengatasi gejala muntah-muntah.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, atau farmasis, untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan optimal bagi pasien.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, stabilitas tanda vital, serta tidak terjadi komplikasi akibat ketidakseimbangan cairan.