Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14074 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K30
- Deskripsi: Dispepsia
Dispepsia adalah kondisi yang ditandai dengan nyeri atau ketidaknyamanan di area ulu hati, yang dapat disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, obat-obatan, stres, atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.13
- Deskripsi: Endoskopi lambung dengan biopsi
Jika diperlukan, prosedur endoskopi lambung dengan biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyebab dispepsia yang dialami pasien, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori atau kelainan lainnya pada lambung.
Evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akan diperlukan untuk menentukan penyebab yang spesifik dan memberikan penanganan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 14075 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K30
- Deskripsi: Dispepsia
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan nafsu makan berkurang. Gejala-gejala ini sesuai dengan sindrom dispepsia, yang didefinisikan sebagai keluhan atau rasa tidak nyaman di bagian atas abdomen. Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi H. pylori, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit lain pada saluran pencernaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini. Penanganan awal dapat berupa pemeriksaan fisik, pengambilan riwayat pasien, dan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab dispepsia.
Penjelasan:
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang disebutkan. Penanganan awal yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik, pengambilan riwayat pasien, dan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab dispepsia yang dialami oleh pasien. Tindakan medis lebih lanjut akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi kondisi pasien. -
Article No. 14076 | 14 Mar 2025
Klinis : muka dan kaki bengkak karena konsumsi obat herbal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.3
- Deskripsi: Angioedema, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami pembengkakan pada wajah dan kaki akibat konsumsi obat herbal. Kondisi ini dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 T78.3 (Angioedema, tidak diklasifikasi di tempat lain).
Angioedema adalah pembengkakan yang terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam (dermis dan subkutis) dan dapat menyebabkan pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau organ tubuh lainnya. Dalam kasus ini, angioedema disebabkan oleh reaksi yang dikaitkan dengan konsumsi obat herbal.
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini, karena penanganan yang dilakukan akan bergantung pada kondisi pasien dan tindakan medis yang diperlukan, seperti pemberian obat antihistamin, kortikosteroid, atau dukungan lainnya.
Dokter atau perekam medik harus mempertimbangkan semua gejala, riwayat medis, dan hasil pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan menentukan tindakan medis yang sesuai. -
Article No. 14077 | 14 Mar 2025
Klinis : jaundice (ikterus neonatal): Kadar bilirubin tinggi yang menyebab kan kulit dan mata bayi menguning pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi jaundice (ikterus neonatal) pada bayi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan dan elektrolit yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
- Faktor Risiko: Peningkatan kadar bilirubin pada bayi dengan jaundice dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, output urin adekuat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, pemeriksaan laboratorium (kadar bilirubin, elektrolit), edukasi kepada keluarga tentang tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta pemberian terapi sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam menangani kasus jaundice (ikterus neonatal) pada bayi, perawat berperan penting dalam memantau dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin. -
Article No. 14078 | 14 Mar 2025
Klinis : gagal tumbuh (falluer to thriue):bayi tidak mencapai pertumbuhan yang sesuai usia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
Definisi:
Gagal tumbuh (Failure to Thrive) adalah kondisi di mana bayi atau anak-anak tidak mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti malnutrisi, penyakit kronis, atau kondisi psikososial.
Etiologi:
- Malnutrisi (asupan nutrisi yang tidak adekuat)
- Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
- Penyakit kronis (seperti penyakit jantung, ginjal, atau gangguan endokrin)
- Faktor psikososial (penelantaran, deprivasi emosional, atau stres berat)
Tanda dan Gejala:
- Berat badan dan tinggi badan di bawah persentil yang sesuai untuk usia dan jenis kelamin
- Perkembangan motorik dan mental yang terlambat
- Perubahan perilaku (apatis, tidak responsif, atau sulit makan)
- Riwayat penyakit atau malnutrisi sebelumnya
Intervensi Keperawatan:
1. Asuhan Gizi
- Evaluasi status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Edukasi dan dukungan keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi
2. Pemantauan Pertumbuhan
- Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan parameter pertumbuhan lainnya secara teratur
- Evaluasi perkembangan motorik dan mental
3. Manajemen Penyakit Dasar
- Identifikasi dan penatalaksanaan penyakit atau kondisi yang mendasari
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, dll.)
4. Dukungan Psikososial
- Identifikasi faktor psikososial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
- Edukasi dan konseling keluarga untuk meningkatkan keterlibatan dan interaksi
- Rujukan ke layanan konseling atau psikologi, jika diperlukan
Hasil yang Diharapkan:
- Bayi/anak mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin
- Perkembangan motorik dan mental yang sesuai
- Peningkatan asupan nutrisi dan status gizi yang optimal
- Keluarga mampu merawat dan mendukung proses tumbuh kembang anak
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi kondisi gagal tumbuh pada bayi dan anak-anak. -
Article No. 14079 | 14 Mar 2025
Klinis : gagal tumbuh (falluer to thriue):bayi tidak mencapai pertumbuhan yang sesuai usia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), gagal tumbuh (failure to thrive) didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan bayi atau anak untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sesuai dengan potensi genetik dan usia". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah nutrisi, penyakit kronis, atau faktor psikososial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertumbuhan sesuai usia
2. Berat badan sesuai usia
3. Perkembangan sesuai usia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
2. Asuhan nutrisi
3. Stimulasi perkembangan
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (pediatri, gizi, dll.)
5. Dukungan psikologis bagi keluarga
Sebagai perawat, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Melakukan pengkajian komprehensif terkait status pertumbuhan dan perkembangan bayi/anak.
2. Mengevaluasi asupan nutrisi dan memastikan kecukupan kalori, protein, vitamin, dan mineral.
3. Memberikan edukasi dan konseling kepada keluarga mengenai manajemen nutrisi dan stimulasi perkembangan yang tepat.
4. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter pediatri dan ahli gizi, untuk mengatasi akar penyebab gagal tumbuh.
5. Memberikan dukungan psikologis dan emosional bagi keluarga dalam menghadapi kondisi ini.
Tujuan akhir dari asuhan keperawatan adalah untuk memastikan bayi atau anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai usia. -
Article No. 13882 | 13 Mar 2025
Klinis : Ny.A (50 tahun) datang ke RS dengan keluhan sering merasa pusing dan nyeri di kepala, terutama setelah bekerja keras di rumah. Ia juga merasa cepat lelah dan sesekali merasa jantung berdebar-debar. Pasien menyatakan memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga (ayah dan kakak).Hasil pemeriksaan TTV TD: 160/100 mmHg,Nadi 90x/mnt,rr : 20 x/mnt,SpO2 95%,Suhu: 37.0o C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi Ny.A yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Hipertensi tidak terkontrol
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi nilai normal yang tidak terkendali.
Karakteristik Definisi: Peningkatan tekanan darah, sakit kepala, rasa berat di kepala, pusing, dan gangguan penglihatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan Darah Terkontrol
Definisi: Tekanan darah pasien berada dalam rentang normal atau sesuai dengan target yang diharapkan.
Kriteria Hasil:
a. Tekanan darah sistolik berada dalam rentang 120-129 mmHg
b. Tekanan darah diastolik berada dalam rentang 80-84 mmHg
c. Pasien dapat memonitor tekanan darah secara mandiri
d. Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
2. Manajemen Pengetahuan Kesehatan
Definisi: Kemampuan pasien untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan informasi terkait kesehatan.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menyebutkan penyebab hipertensi
b. Pasien dapat menyebutkan gejala hipertensi
c. Pasien dapat menyebutkan komplikasi potensial dari hipertensi
d. Pasien dapat menyebutkan tindakan penanganan hipertensi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertensi
a. Kaji tanda dan gejala hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan rasa berat di kepala
b. Ukur dan pantau tekanan darah secara teratur
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk menurunkan tekanan darah
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi
2. Edukasi Kesehatan
a. Berikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, meliputi definisi, penyebab, gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan
b. Ajarkan pasien cara mengenali tanda dan gejala hipertensi
c. Dorong pasien untuk melakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri
d. Beri edukasi tentang gaya hidup sehat, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres
3. Manajemen Kelelahan
a. Kaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya
b. Ajarkan teknik manajemen energi, seperti mengatur aktivitas dan istirahat
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kelelahan, seperti penyakit penyerta
Demikian penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi Ny.A. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati menjawabnya. -
Article No. 13883 | 13 Mar 2025
Klinis : Lansia berumur 67 tahun susah mendengar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam menerima, memproses, mempertahankan, atau menggunakan informasi sensori yang diterima melalui pendengaran.
- Penyebab: Faktor usia, paparan bising, infeksi telinga, trauma, herediter, dan penyakit sistemik.
- Gejala: Sulit mendengar pembicaraan orang lain, sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya, dan merasa frustasi karena keterbatasan pendengaran.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat menggunakan alat bantu dengar dengan efektif, dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, dan dapat beradaptasi dengan keterbatasan pendengaran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pengkajian pendengaran, terapi latihan pendengaran, edukasi penggunaan alat bantu dengar, dan modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi komunikasi.
Dalam konteks lansia berusia 67 tahun yang mengalami gangguan pendengaran, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi yang sesuai, dan memfasilitasi klien untuk beradaptasi dengan keterbatasan pendengaran yang dimilikinya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan komunikasi klien. -
Article No. 13884 | 13 Mar 2025
Klinis : pasien mengelu batuk pilek demam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala yang dipaparkan, yaitu batuk, pilek, dan demam, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi saluran pernapasan atas, tidak spesifik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 J06.9 digunakan untuk infeksi saluran pernapasan atas yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik. Hal ini mencakup kondisi umum seperti infeksi saluran napas atas, infeksi saluran napas yang tidak dispesifikasikan, dan demam karena infeksi saluran napas.
- Gejala batuk, pilek, dan demam yang dipaparkan sesuai dengan kriteria diagnosis untuk infeksi saluran pernapasan atas yang tidak spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk kondisi ini.
- Deskripsi: Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai.
Secara umum, penanganan untuk kondisi ini biasanya berupa manajemen gejala, seperti pemberian obat-obatan simptomatik, istirahat yang cukup, dan menjaga hidrasi. Namun, jika gejala berlanjut atau memburuk, pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akan diperlukan untuk menentukan diagnosis yang lebih spesifik dan rencana pengobatan yang sesuai. -
Article No. 13885 | 13 Mar 2025
Klinis : pusing berputar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pusing berputar.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Posisi Tubuh
Penjelasan:
Risiko Ketidakstabilan Posisi Tubuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan posisi tubuh yang tidak terkontrol dan tidak stabil, yang dapat menyebabkan cedera.
SDKI:
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan posisi tubuh yang tidak terkontrol dan tidak stabil, yang dapat menyebabkan cedera.
Karakteristik Definisi:
1. Riwayat jatuh
2. Gangguan keseimbangan
3. Gangguan koordinasi
4. Pusing / vertigo
5. Lingkungan yang tidak aman
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Individu dapat mempertahankan posisi tubuh yang stabil
2. Individu dapat mempertahankan keseimbangan tubuh
3. Individu dapat terhindar dari risiko cedera akibat jatuh
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor risiko ketidakstabilan posisi tubuh
2. Ajarkan latihan keseimbangan dan koordinasi
3. Fasilitasi penggunaan alat bantu mobilisasi yang sesuai
4. Modifikasi lingkungan untuk mencegah risiko jatuh
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk manajemen pusing/vertigo
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko ketidakstabilan posisi tubuh, seperti riwayat jatuh, gangguan keseimbangan, dan pusing/vertigo. Selanjutnya, saya akan mengembangkan rencana perawatan yang berfokus pada intervensi-intervensi untuk mempertahankan stabilitas posisi tubuh, meningkatkan keseimbangan, dan mencegah risiko cedera akibat jatuh.