Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14064 | 14 Mar 2025
Klinis : meningitis neonatal infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi meningitis neonatal, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Meningitis Neonatal
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri dan Ketidaknyamanan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen dari sumber eksternal atau internal yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf.
3. Gangguan Pola Tidur: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Bebas Infeksi, Tanda-tanda Vital Stabil, Perfusi Jaringan Adekuat.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Tidak Ada Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial, Fungsi Neurologis Membaik.
3. Gangguan Pola Tidur: Pola Tidur Membaik, Istirahat Terpenuhi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Sistemik: Pencegahan Infeksi, Pemantauan Tanda-tanda Infeksi, Perawatan Akses Intravena.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral: Pemantauan Tanda-tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial, Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial.
3. Gangguan Pola Tidur: Manajemen Nyeri, Intervensi Kenyamanan.
Harapan saya, penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pendekatan keperawatan untuk mengelola kondisi meningitis neonatal berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Silakan tanyakan jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 14065 | 14 Mar 2025
Klinis : PDA(Patent ductus arterious): duktus arteriosus yang tidak menutup setelah lahir ,menyebabkan masalah aliran darah pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan aliran darah yang tidak adekuat akibat PDA.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan sirkulasi darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Faktor Berhubungan: Kegagalan kompensasi kardiovaskular, obstruksi aliran darah.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, ekstremitas hangat, capillary refill time normal.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tenaga medis terkait.
Dalam kasus PDA, diagnosa keperawatan yang utama adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer akibat adanya aliran darah yang tidak adekuat melalui duktus arteriosus yang tidak menutup. Hal ini memerlukan pemantauan ketat, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk mengelola kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 14066 | 14 Mar 2025
Klinis : kelainan jantung bawaan: seperti tetralogi fallot atautranspasisi arteri besar pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Penjelasan: Bayi dengan kelainan jantung bawaan seperti tetralogi Fallot atau transposisi arteri besar mengalami peningkatan kebutuhan energi dan nutrisi, namun sering kesulitan dalam mengonsumsi makanan secara adekuat. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan.
2. Intoleransi aktivitas
- Penjelasan: Kelainan jantung bawaan dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik karena penurunan kapasitas kardiovaskular dan oksigenasi yang tidak adekuat. Bayi akan cepat lelah dan mengalami sesak napas.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral
- Penjelasan: Kelainan jantung bawaan dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan oksigenasi ke otak, meningkatkan risiko terjadinya disfungsi neurologis atau kerusakan otak.
4. Risiko hipertermia
- Penjelasan: Bayi dengan kelainan jantung bawaan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertermia karena gangguan kontrol suhu tubuh akibat penurunan fungsi jantung.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI memberikan definisi, karakteristik, faktor terkait, dan rumusan diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI membantu perawat dalam menetapkan tujuan dan hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan panduan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI memberikan deskripsi tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berpusat pada pasien, termasuk dalam penanganan bayi dengan kelainan jantung bawaan. -
Article No. 14067 | 14 Mar 2025
Klinis : Oliguria: produksi urine yang sangat sedikit,menunjukkan gangguan fungsi ginjal pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal pada bayi dengan oliguria (produksi urine yang sangat sedikit).
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan volume, komposisi, atau distribusi cairan dan elektrolit dalam batas normal.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal, dengan indikator seperti produksi urine dalam batas normal, kadar elektrolit dalam darah yang stabil, dan tanda-tanda vital yang stabil.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital dan intake-output cairan, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, serta kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi penggantian cairan dan elektrolit yang tepat.
Peran perawat sangat penting dalam mengevaluasi dan memantau kondisi bayi, serta berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk memastikan tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal demi pemulihan fungsi ginjal pada bayi dengan oliguria. -
Article No. 14068 | 14 Mar 2025
Klinis : hiponatremia atau hipernatremia: ketidak seimbangan kadar natrum yang memengaruhi fungsi tubuh pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiponatremia atau hipernatremia pada bayi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiponatremia/Hipernatremia
Definisi: Keadaan di mana kadar natrium dalam darah berada di bawah (hiponatremia) atau di atas (hipernatremia) rentang normal, yang dapat memengaruhi fungsi tubuh.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Elektrolit: Hiponatremia/Hipernatremia adalah kondisi di mana terjadi penurunan (hiponatremia) atau peningkatan (hipernatremia) kadar natrium dalam darah yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan cairan yang tidak adekuat, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan pada mekanisme homeostasis tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hiponatremia/hipernatremia adalah tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit, perbaikan tanda-tanda vital, serta tidak adanya komplikasi terkait ketidakseimbangan natrium.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan kadar natrium, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sangat penting untuk mengelola kondisi hiponatremia atau hipernatremia pada bayi. -
Article No. 14069 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan saluran gastrointestinal, ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital pasien. -
Article No. 14070 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut bagian bawah, mual dan nafsu makan berkurang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dideskripsikan, yaitu nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan nafsu makan berkurang, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.1
- Deskripsi: Nyeri perut bagian atas
2. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
3. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
4. Kode ICD-10:
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, pasien dapat didiagnosis dengan nyeri ulu hati, nyeri perut bagian bawah, mual, dan anoreksia. Tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan mengelola kondisi ini dapat mencakup:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.13
- Deskripsi: Endoskopi atas (esofagoskopi, gastroduodenoskopi, dengan atau tanpa biopsi)
Endoskopi atas dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab gejala-gejala yang dialami pasien, seperti penyakit refluks gastroesofageal, gastritis, atau kondisi lainnya.
- Kode: 88.76
- Deskripsi: Tes diagnostik: Analisis darah, kimia klinis
Tes diagnostik darah dapat dilakukan untuk mengevaluasi parameter biokimia yang dapat membantu mengidentifikasi penyebab gejala-gejala yang dialami pasien.
Dalam menentukan diagnosis dan rencana penatalaksanaan yang tepat, dokter atau perekam medis akan mempertimbangkan hasil pemeriksaan fisik, riwayat medis pasien, dan temuan dari pemeriksaan diagnostik yang dilakukan. -
Article No. 14071 | 14 Mar 2025
Klinis : hiponatremia atau hipernatremia: ketidakseimbangan kadar natrum yang memengaruhi fungsi tubuh bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Hiponatremia atau Hipernatremia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah keadaan di mana terjadi perubahan dalam komposisi atau distribusi cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular. Hiponatremia atau hipernatremia dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh bayi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah:
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Natrium dalam batas normal
2. Tanda-tanda Vital: Stabil
3. Status Neurologi: Baik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring Cairan dan Elektrolit
2. Pemberian Cairan dan Elektrolit sesuai Kebutuhan
3. Manajemen Hiponatremia atau Hipernatremia
4. Edukasi kepada Keluarga tentang Pemantauan Tanda dan Gejala Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemantauan ketat dan pemberian intervensi yang tepat untuk mengatasi kondisi hiponatremia atau hipernatremia pada bayi, guna mencegah komplikasi yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh bayi secara keseluruhan. -
Article No. 14072 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan, 26 tahun, dirawat di RSJ sejak 7 hari yang lalu, karena mengurung diri di kamar sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan dirinya merasa malu karena sering mengalami penyakit kulit. Hasil pemeriksaan: pakaian tidak rapi, malas berinteraksi dengan orang lain, suara terdengar pelan saat bicara, kontak mata kurang. Pasien meyakini dirinya perempuan yang sial dan tidak berguna. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Isolasi Sosial". Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang ditunjukkan, seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan kontak mata yang kurang. Pasien juga merasa malu dan meyakini dirinya sebagai perempuan yang sial dan tidak berguna, yang mengarah pada perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Interaksi Sosial
- Pasien dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dengan orang lain.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara terbuka.
- Pasien dapat membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
2. Peningkatan Harga Diri
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan penerimaan diri.
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
3. Penurunan Kecemasan
- Pasien dapat mengenali dan mengungkapkan perasaan cemas yang dialami.
- Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang tenang dan rileks.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Peningkatan Interaksi Sosial:
- Fasilitasi Interaksi Sosial
- Terapi Kelompok
- Terapi Aktivitas Kelompok
2. Intervensi untuk Peningkatan Harga Diri:
- Diskusi Harga Diri
- Afirmasi Diri
- Terapi Reminisens
3. Intervensi untuk Penurunan Kecemasan:
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Terapi Kognitif
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Isolasi Sosial" didasarkan pada gejala-gejala yang ditunjukkan pasien, seperti mengurung diri di kamar, malas berinteraksi dengan orang lain, dan kontak mata yang kurang. Pasien juga merasa malu dan meyakini dirinya sebagai perempuan yang sial dan tidak berguna, yang mengarah pada perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada peningkatan interaksi sosial, peningkatan harga diri, dan penurunan kecemasan. Peningkatan interaksi sosial akan membantu pasien untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara terbuka, serta membangun hubungan positif dengan orang lain. Peningkatan harga diri akan membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya, menunjukkan penerimaan diri, serta mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya sendiri. Penurunan kecemasan akan membantu pasien untuk mengenali dan mengungkapkan perasaan cemas yang dialami, menerapkan teknik relaksasi, serta menunjukkan perilaku yang tenang dan rileks.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi fasilitasi interaksi sosial, terapi kelompok, terapi aktivitas kelompok, diskusi harga diri, afirmasi diri, terapi reminisens, manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan terapi kognitif. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai peningkatan interaksi sosial, peningkatan harga diri, dan penurunan kecemasan, sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 14073 | 14 Mar 2025
Klinis : IKTIOSIS: kelainan kulit bawaan yang menyebab kan kulit sangat kering dan bersisik pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Iktiosis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Keterbatasan Mobilitas Fisik akibat Iktiosis.
Penjelasan:
Iktiosis adalah kelainan kulit bawaan yang menyebabkan kulit menjadi sangat kering, bersisik, dan kaku. Kondisi ini dapat menyebabkan keterbatasan mobilitas fisik dan intoleransi terhadap aktivitas pada pasien. Pasien dapat mengalami kelelahan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik, psikologis, perkembangan, atau lingkungan.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan mobilitas fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik.
- Kriteria Hasil: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Aktivitas, Latihan Mobilitas, Perawatan Kulit.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan toleransi aktivitas, meningkatkan kemampuan mobilitas, dan menjaga integritas kulit.
Dalam penanganan pasien dengan Iktiosis, perawat perlu memperhatikan keterbatasan mobilitas fisik yang dialami pasien dan memberikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas, mobilitas, dan perawatan kulit secara optimal.