Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14051 | 14 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Faktor yang Berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, adanya lesi di paru.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Faktor yang Berhubungan: Keterbatasan energi karena penyakit.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penerapan standar ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berpusat pada pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya bersedia untuk membantu. Terima kasih. -
Article No. 14052 | 14 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, obstruksi jalan napas, dan penurunan kemampuan batuk.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator:
a. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
b. Pasien tidak mengalami sesak napas.
c. Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
d. Terdengar suara napas vesikuler pada kedua lapang paru.
e. Radiologi paru menunjukkan perbaikan lesi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas, jika perlu.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
d. Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
2. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien.
b. Berikan makanan tinggi kalori dan protein sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
3. Manajemen Kenyamanan
a. Berikan terapi analgesik untuk mengurangi batuk yang tidak produktif.
b. Terapkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru, yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas dan penurunan kemampuan batuk.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif. Indikatornya meliputi kemampuan pasien untuk batuk efektif, tidak mengalami sesak napas, mempertahankan saturasi oksigen, suara napas vesikuler, dan perbaikan lesi pada radiologi paru.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Nutrisi, dan Manajemen Kenyamanan. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk membersihkan jalan napas, memfasilitasi ventilasi, dan meningkatkan kemampuan batuk. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk memperbaiki status nutrisi yang mungkin terganggu akibat hilangnya nafsu makan. Manajemen Kenyamanan bertujuan untuk mengurangi gejala yang mengganggu kenyamanan pasien, seperti batuk dan kecemasan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Bersihan Jalan Napas Efektif, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 14053 | 14 Mar 2025
Klinis : intervensi hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "intervensi hipertermia berhubungan dengan proses penyakit" adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas kisaran normal, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu atau kegagalan mekanisme homeostasis untuk mengendalikan suhu tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh: Menunjukkan suhu tubuh dalam kisaran normal (36,5°C - 37,5°C).
- Indikator:
- Suhu tubuh berada dalam kisaran normal.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada gejala hipertermia.
2. Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan.
- Indikator:
- Pasien melaporkan berkurangnya rasa tidak nyaman.
- Pasien tampak tenang dan relaks.
- Pasien dapat beristirahat dengan baik.
3. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami tentang hipertermia dan strategi penanganannya.
- Indikator:
- Pasien dan/atau keluarga dapat menjelaskan penyebab hipertermia.
- Pasien dan/atau keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda hipertermia.
- Pasien dan/atau keluarga dapat menyebutkan intervensi untuk mengatasi hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Suhu Tubuh
- Tujuan: Memantau suhu tubuh pasien secara teratur untuk mendeteksi dan mengatasi hipertermia.
- Intervensi:
- Mengukur suhu tubuh pasien sesuai jadwal.
- Memantau tanda-tanda vital lainnya (denyut nadi, laju pernapasan, tekanan darah).
- Mengamati tanda-tanda klinis hipertermia, seperti kulit kemerahan, berkeringat, dan peningkatan denyut nadi.
2. Manajemen Suhu Tubuh
- Tujuan: Menurunkan suhu tubuh pasien ke dalam kisaran normal.
- Intervensi:
- Memberikan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi.
- Mengatur suhu lingkungan sesuai kenyamanan pasien.
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang cukup.
- Memberikan cairan dan makanan yang cukup.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang hipertermia dan penanganannya.
- Intervensi:
- Menjelaskan penyebab dan tanda-tanda hipertermia.
- Mengajarkan teknik manajemen suhu tubuh yang dapat dilakukan di rumah.
- Memberikan informasi tentang obat-obatan yang dapat digunakan untuk menurunkan suhu.
- Mendorong pasien dan keluarga untuk memantau suhu tubuh secara berkala.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu suhu tubuh kembali dalam kisaran normal, peningkatan kenyamanan, serta pemahaman yang baik tentang hipertermia dan cara penanganannya. -
Article No. 14054 | 14 Mar 2025
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi nilai normal. Diagnosis keperawatan yang terkait dengan hipertensi antara lain:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
- Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan hipertensi antara lain:
- Perfusi jaringan perifer
- Manajemen kesehatan
- Status nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang terkait dengan hipertensi antara lain:
- Manajemen perfusi jaringan
- Edukasi kesehatan
- Manajemen nutrisi
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya dapat membantu Anda memahami dan mengelola hipertensi secara komprehensif berdasarkan standar asuhan keperawatan yang berlaku di Indonesia. Saya siap memberikan informasi lebih lanjut jika Anda memiliki pertanyaan lainnya. -
Article No. 14055 | 14 Mar 2025
Klinis : ketidakpatuhan gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakpatuhan dengan gangguan mobilitas fisik:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakpatuhan (00079) - Perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan rencana kesehatan yang disepakati bersama antara individu dan tenaga kesehatan.
Definisi SDKI:
Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana terapi yang disepakati bersama antara individu dan tenaga kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman, ketidakpercayaan, atau kesulitan dalam mengikuti rencana terapi.
Definisi SLKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakpatuhan antara lain:
1. Identifikasi pemahaman dan keyakinan pasien terhadap rencana terapi.
2. Berikan edukasi dan dukungan untuk meningkatkan kepatuhan.
3. Libatkan keluarga dalam mendukung kepatuhan pasien.
4. Evaluasi secara berkala tingkat kepatuhan pasien.
Definisi SIKI:
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah:
1. Pasien menunjukkan kepatuhan terhadap rencana terapi.
2. Pasien memahami pentingnya kepatuhan terhadap rencana terapi.
3. Pasien memiliki motivasi untuk patuh terhadap rencana terapi.
4. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhannya.
Dalam kasus ini, ketidakpatuhan dapat terkait dengan gangguan mobilitas fisik yang dialami pasien. Sehingga penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien dan memberikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan kepatuhan dan memulihkan mobilitas fisik pasien. -
Article No. 14056 | 14 Mar 2025
Klinis : DS: 1. Pasien laki laki berusia 61 tahun. 2. Pasien sudah mengalami ulkus di kedua kakinya selama sepuluh tahun terakhir, di area metatarsophalangeal. Ulkus ini tidak pernah sembuh sepenuhnya selama periode ini. 3. Dia tidak pernah mengalami amputasi parsial maupun total. 4. Pasien beberapa kali dirawat di rumah sakit karena infeksi berulang dan pernah menjalani debridemen dan antibiotik IV beberapa kali. 5. Amputasi pernah disarankan sebelumnya, tetapi dia selalu menolaknya. 6. Saat ini dan menurut pasien sendiri, meskipun ia menyadari pertimbangan utama dalam menangani ulkus kaki diabetik, kepatuhannya belum konsisten sebagaimana mestinya, terutama terkait pelepasan tekanan dan pelepasan beban pada area tersebut. 7. Ia tidak merokok dan tidak pernah merokok serta melaporkan tidak ada kebiasaan buruk yang lebih parah. DO : 1. Ulkus di kaki kanan berukuran 2x3 cm dan di kaki kiri 4x3 cm. 2. Ulkus memiliki hiperkeratosis dalam jumlah besar, tepi bengkak, eksudasi, dan bau tidak sedap. Area di antara jari-jari lembab, lembut, dan juga berbau. 3. Denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan sangat lemah. 4. Onikomikosis terdapat di semua kuku. 5. Nilai HbA1c pasien 7,4% (indikator kendali metabolik).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulkus kaki diabetik yang kronik dan infeksi berulang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat berbagai faktor, seperti penurunan perfusi, imobilitas, nutrisi yang tidak adekuat, dan kelembaban.
- Faktor Risiko: Ulkus kaki diabetik yang kronik, riwayat infeksi berulang, dan ketidakpatuhan dalam perawatan kaki.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit terpelihara, Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, Tidak terjadi infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, Manajemen risiko, Pencegahan infeksi, Edukasi perawatan kaki diabetik. -
Article No. 14057 | 14 Mar 2025
Klinis : denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan sangat lemat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosis Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan Singkat:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana terjadi penurunan suplai darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan pembuluh darah, penyakit jantung, atau masalah sirkulasi. Dalam kasus ini, lemahnya denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan menunjukkan adanya gangguan aliran darah ke ekstremitas bawah.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00204
Definisi: Penurunan suplai darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 01503
Judul: Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 11012
Judul: Manajemen Perfusi Perifer
Definisi: Serangkaian tindakan untuk memantau, mempertahankan, dan meningkatkan aliran darah ke jaringan perifer.
Harap perhatikan bahwa ini adalah contoh standar berdasarkan informasi yang Anda berikan. Evaluasi dan perencanaan keperawatan yang lebih rinci harus dilakukan oleh perawat yang menangani pasien secara langsung. -
Article No. 14058 | 14 Mar 2025
Klinis : denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior di kaki kanan sangat lemat. Nilai HbA1c pasien 7,4% (indikator kendali metabolik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer membaik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen perfusi perifer
- Peningkatan sirkulasi
- Perawatan kaki diabetes
Penjelasan singkat:
Penurunan perfusi jaringan perifer di kaki kanan ditandai dengan denyut nadi pedal dorsal dan tibialis posterior yang sangat lemah. Faktor yang berkontribusi adalah kontrol glikemik yang belum optimal (HbA1c 7,4%). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen perfusi perifer, peningkatan sirkulasi, dan perawatan kaki diabetes untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan perfusi jaringan perifer. -
Article No. 14059 | 14 Mar 2025
Klinis : Slki nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi SLKI nyeri akut.
Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi SLKI nyeri akut adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan sesuai dengan skala nyeri yang disepakati.
2. Durasi nyeri menurun: Pasien dapat melaporkan penurunan durasi atau lama nyeri yang dirasakan.
3. Ekspresi nyeri menurun: Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah dan perilaku yang menunjukkan penurunan rasa nyeri.
4. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
5. Kenyamanan meningkat: Pasien dapat melaporkan peningkatan kenyamanan setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan strategi penanganan nyeri yang sesuai.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
2. Dukungan Emosional:
- Berikan empati dan validasi perasaan pasien terkait pengalaman nyeri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien.
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya terkait nyeri.
- Berikan reinforcement positif atas upaya pasien dalam mengelola nyeri.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, karakteristik, dan manajemen nyeri.
- Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologis yang dapat digunakan pasien untuk mengelola nyeri.
- Jelaskan efek samping dan tata cara penggunaan analgesik yang tepat.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat, durasi, dan ekspresi nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri, serta peningkatan kenyamanan secara keseluruhan. -
Article No. 14060 | 14 Mar 2025
Klinis : RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (Post URP) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri pasien menurun dengan kriteria hasil (L.08066) Keluhan nyeri menurun Meringis menurun Pola tidur membaik Manajement nyeri (L.08238) Observasi Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualits, intensitas nyeri Identifikasi skla nyeri Terapeutik Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi asa nyeri (kompres hangat/dingin) Fasilitasi istirahat dan tidur Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik Buatkan rasionalnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G89.12
- Deskripsi: Nyeri akut pasca-operasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.05
- Deskripsi: Manajemen nyeri, penggunaan teknik nonfarmakologis
Rasionalnya adalah sebagai berikut:
Pasien dengan riwayat operasi (post URP) dapat mengalami nyeri akut sebagai dampak dari tindakan pembedahan. Kode ICD-10 G89.12 (Nyeri akut pasca-operasi) sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan intervensi keperawatan yang ditetapkan adalah untuk menurunkan tingkat nyeri pasien dalam jangka waktu 3x24 jam, dengan kriteria hasil berupa penurunan keluhan nyeri, pengurangan meringis, serta perbaikan pola tidur.
Rencana intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup:
1. Manajemen nyeri (L.08238):
- Observasi: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri, serta skala nyeri yang dialami pasien.
- Terapeutik: Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, seperti kompres hangat/dingin, serta memfasilitasi istirahat dan tidur pasien.
- Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mengelola nyeri secara komprehensif, meliputi aspek pengkajian, intervensi nonfarmakologis, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik, sehingga dapat menurunkan tingkat nyeri pasien sesuai tujuan yang ditetapkan.