Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14144 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko gangguan metabolisme glukosa terkait efek samping obat antipsikotik (olanzapine)
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: intake lebih dari kebutuhan terkait hiperglikemia
3. Risiko gangguan proses pikir terkait psikosis akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko gangguan metabolisme glukosa: Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah.
- Risiko ketidakseimbangan nutrisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan tubuh.
- Risiko gangguan proses pikir: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan dalam kemampuan berpikir, memproses informasi, dan membuat keputusan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengelolaan diabetes
- Keseimbangan cairan
- Fungsi kognitif
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan kadar glukosa darah
- Manajemen insulin
- Terapi nutrisi
- Terapi psikofarmaka
- Orientasi realitas
- Stimulasi kognitif
Dalam kasus ini, perawat harus fokus pada pemantauan kadar glukosa darah, manajemen insulin, terapi nutrisi, serta intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan proses pikir akibat psikosis akut. Penghentian penggunaan olanzapine juga perlu dipertimbangkan untuk mencegah efek samping yang dapat memperburuk kondisi pasien. -
Article No. 14145 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Regulasi Kadar Glukosa Darah
SDKI: Ketidakmampuan dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SLKI: Kadar glukosa darah yang stabil dalam rentang normal.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa darah, serta mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.
2. Diagnosa Keperawatan: Resiko Penurunan Stabilitas Psikologis
SDKI: Kerentanan dalam mempertahankan integritas fungsi psikologis.
SLKI: Stabilitas psikologis yang memadai.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan menjaga stabilitas psikologis pasien, serta mengatasi gejala psikosis.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Koping
SDKI: Ketidakmampuan untuk beradaptasi secara konstruktif terhadap stressor.
SLKI: Koping yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang sehat dalam menghadapi kondisi penyakitnya.
Penjelasan singkat:
- Pasien mengalami hiperglikemia akibat efek samping penggunaan obat antipsikotik olanzapine, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa darah.
- Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatri (bipolar, penyalahgunaan obat) yang dapat mempengaruhi stabilitas psikologis, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk menjaga stabilitas psikologis dan mengatasi gejala psikosis.
- Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan mengembangkan mekanisme koping yang efektif terhadap kondisi penyakitnya, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk membantu pengembangan koping yang sehat. -
Article No. 14146 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan (Risiko Tinggi)
- SDKI: Kelebihan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, dan Manajemen Diabetes.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Hipertensi, dan Manajemen Diabetes.
2. Intoleransi Aktivitas (Risiko Tinggi)
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Aktivitas, Manajemen Energi, dan Manajemen Kelelahan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Latihan Aktivitas Terkontrol, Manajemen Energi, dan Manajemen Kelelahan.
3. Risiko Hiperglikemia
- SDKI: Risiko hiperglikemia adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Gula Darah, Manajemen Insulin, dan Edukasi Manajemen Diabetes.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Kadar Gula Darah, Manajemen Insulin, dan Edukasi Manajemen Diabetes.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 14147 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah beberapa diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Metabolisme Glukosa (10054)
- SDKI: Gangguan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar glukosa darah.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola keseimbangan glukosa darah, mencegah komplikasi, dan mempromosikan gaya hidup yang sehat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau, mengevaluasi, dan mengelola kadar glukosa darah, serta menyediakan edukasi terkait manajemen diabetes.
2. Diagnosis Keperawatan: Risiko Hiperglikemia (10046)
- SDKI: Risiko peningkatan kadar glukosa darah di atas rentang normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah, mengelola, dan memonitor hiperglikemia.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau kadar glukosa darah, memfasilitasi pemberian insulin, dan mengidentifikasi serta mengatasi faktor penyebab hiperglikemia.
3. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi dan meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengevaluasi kapasitas fisik, merencanakan aktivitas, dan memantau respons tubuh terhadap aktivitas.
4. Diagnosis Keperawatan: Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan (00025)
- SDKI: Risiko perubahan volume, komposisi, atau distribusi cairan tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memantau, mengelola, dan mempertahankan keseimbangan cairan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau input dan output cairan, mengevaluasi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan, dan memfasilitasi pemberian cairan sesuai kebutuhan.
Dalam penerapan standar tersebut, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan prioritas diagnosis keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, serta melakukan pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 14148 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki, usia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan kesemutan dan kelemahan pada tungkai kanan, terutama setelah duduk dalam waktu lama. Riwayat pekerjaan pasien sebagai pekerja konstruksi yang sering mengangkat beban berat. Skala nyeri 7/10 menurut Numerical Rating Scale (NRS). Data hasil pemeriksaan fisik: Inspeksi: Postur tubuh pasien tampak cenderung miring ke satu sisi untuk menghindari nyeri, Palpasi: Teraba ketegangan otot paraspinal di daerah lumbal. Pemeriksaan neurologis: Tes Lasegue (+) pada tungkai kanan (nyeri meningkat saat tungkai diangkat ≥30°), Refleks patella kanan menurun, Kekuatan otot tungkai kanan 3/5 (kelemahan motorik). Hasil Pemeriksaan Penunjang MRI Lumbal: Herniasi nukleus pulposus (HNP) L4-L5 dengan kompresi pada akar saraf L5, Penipisan diskus intervertebralis L4-L5. Rontgen Lumbal: Penyempitan celah intervertebralis L4-L5, Spondilosis ringan. EMG (Elektromiografi): Menunjukkan adanya radikulopati L5 pada tungkai kanan. Pasien diberikan terapi farmakologis (NSAID dan pelemas otot) serta fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas. Namun, pasien masih merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) pada L4-L5 dengan kompresi akar saraf L5.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan kelemahan motorik pada tungkai kanan.
3. Risiko Cidera berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik pada tungkai kanan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) pada L4-L5 dengan kompresi akar saraf L5:
- SDKI: Nyeri Akut - Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Nyeri Terkontrol - Kriteria Hasil: Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
- SIKI: Manajemen Nyeri - Intervensi: Mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, memberikan tindakan farmakologis, dan melakukan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan kelemahan motorik pada tungkai kanan:
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik - Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- SLKI: Mobilitas Fisik Terpulihkan - Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan pergerakan fisik dengan baik.
- SIKI: Peningkatan Mobilitas - Intervensi: Memfasilitasi latihan fisik, memantau kemajuan, dan melibatkan pasien dalam perawatan.
3. Risiko Cidera berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik pada tungkai kanan:
- SDKI: Risiko Cidera - Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat menimbulkan kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh.
- SLKI: Keselamatan Terjaga - Kriteria Hasil: Pasien bebas dari bahaya dan cedera.
- SIKI: Pencegahan Cidera - Intervensi: Mengidentifikasi faktor risiko, memberikan edukasi, dan menyediakan peralatan bantu untuk mencegah cedera.
Dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI tersebut, diharapkan perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 14149 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang perawatan bedah karena pasca appendiktomi. Hasil pengkajian: mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah ketika digerakan dan berkurang ketika diam, nyeri menjalar sampai kuadran kanan atas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan appendiktomi, ditandai dengan keluhan nyeri di abdomen kanan bawah seperti diremas-remas, skala nyeri 7 (0-10), nyeri bertambah saat digerakkan, dan menjalar sampai kuadran kanan atas.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
3. Ketidaknyamanan berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi analgesik
3. Teknik relaksasi
4. Terapi modalitas nyeri
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri akut pasca operasi appendiktomi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan manajemen nyeri yang komprehensif, termasuk pemberian analgesik sesuai instruksi dokter, mengajarkan teknik relaksasi, dan penerapan terapi modalitas nyeri lainnya untuk membantu menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol nyerinya. -
Article No. 14150 | 14 Mar 2025
Klinis : Demam hari ke-3, demam naik turun. Keluhan disertai BAB cair, frekuensi 3x/hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu demam hari ke-3 dengan demam naik turun, disertai diare dengan frekuensi 3 kali per hari, maka diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Dehidrasi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
- Faktor Berhubungan: Diare, muntah, kurang asupan cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Indikator Hasil: Keseimbangan cairan, Intake Nutrisi, Tanda-tanda Vital.
- Target Luaran: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien mempertahankan status hidrasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Monitoring Intake dan Output Cairan, Manajemen Diare, Edukasi Pasien dan Keluarga terkait Pencegahan Dehidrasi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse
Dalam konteks ini, perawat berperan memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencegah dan mengatasi risiko dehidrasi akibat diare yang dialami pasien. Hal ini dilakukan melalui pemantauan cairan, pengelolaan diare, serta edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 14151 | 14 Mar 2025
Klinis : Panas badan 2 hari, nyeri perut atas dan mual juga nyeri menelan, sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan gejala-gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal, biasanya karena proses patologis.
2. Nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
3. Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
4. Gangguan Pola Menelan
Definisi: Kesulitan atau ketidakmampuan untuk menelan makanan atau cairan dengan normal.
Penjelasan Singkat:
1. Hipertermia:
- Penyebab: Infeksi, peradangan, atau respons tubuh terhadap agen patogen.
- Gejala: Peningkatan suhu tubuh, menggigil, dan peningkatan frekuensi denyut jantung.
- Intervensi keperawatan: Pemantauan suhu tubuh, pemberian obat penurun demam, dan manajemen lingkungan yang nyaman.
2. Nyeri:
- Penyebab: Peradangan, infeksi, atau kerusakan jaringan.
- Gejala: Rasa sakit atau tidak nyaman di perut bagian atas dan kepala.
- Intervensi keperawatan: Pengkajian nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan teknik pengalihan nyeri.
3. Mual:
- Penyebab: Infeksi, peradangan, atau gangguan gastrointestinal.
- Gejala: Rasa tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- Intervensi keperawatan: Pemberian antiemetik, manajemen diet, dan teknik relaksasi.
4. Gangguan Pola Menelan:
- Penyebab: Infeksi, radang, atau gangguan saluran pencernaan.
- Gejala: Kesulitan atau rasa sakit saat menelan makanan atau cairan.
- Intervensi keperawatan: Pengkajian pola menelan, modifikasi diet, terapi menelan, dan pemberian nutrisi alternatif.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 14152 | 14 Mar 2025
Klinis : Ny. A, 24 tahun, sebelumnya adalah karyawan yang aktif dan ceria, mengalami perubahan drastis setelah pemerkosaan dua bulan lalu. Ia menarik diri, mengurung diri di kamar, dan menolak berkomunikasi. Keluarganya awalnya mengira ia hanya butuh waktu untuk pulih, namun mereka khawatir ketika Ny. A menolak makan bersama, berhenti bekerja, dan tidak aktif di media sosial. Ny. A menunjukkan tanda-tanda defisit nutrisi, seperti penurunan berat badan sebesar 6 kg dalam dua bulan terakhir (dari 55 kg menjadi 49 kg), dengan IMT 17,5 kg/m² (berat badan kurang). Ia hanya mengonsumsi kurang dari 500 kalori per hari selama dua minggu terakhir, jauh dari kebutuhan rata-rata 1800-2000 kalori/hari. Ny. A tampak lemah dengan skor kekuatan otot 3/5, dan tekanan darah rendah (90/60 mmHg). Keluarganya menyadari bahwa asupan makanan Ny. A tidak mencukupi, memicu kekhawatiran lebih lanjut. Ny. A juga menunjukkan gejala penurunan energi dan kelelahan akibat asupan makanan yang tidak memadai. Jika didekati, ia hanya diam atau menangis. Saat disentuh ibunya, Ny. A terkejut dan menangis histeris, menunjukkan trauma mendalam. Di rumah sakit, ia memperlihatkan isolasi sosial yang berat, menghindari kontak mata, duduk meringkuk di sudut kamar, dan menolak berbicara atau mengikuti terapi kelompok. Ketakutan dan perasaan tidak berharga mendominasi pikirannya. Hasil pengkajian menunjukkan Ny. A memiliki riwayat penyakit psikososial, termasuk perundungan (bully) saat kelas 1 SD. Saat ini, ia mengeluh takut dan merasa tidak berharga, serta mulai minum obat psikososial untuk mengatasi kondisinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Defisit Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan gaya hidup, cedera psikologis, depresi.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, IMT rendah, asupan kalori tidak adekuat, gejala seperti lemah, kelelahan.
2. Trauma Emosional
- Definisi: Respon psikologis maladaptif terhadap pengalaman traumatis.
- Faktor yang Berhubungan: Pemerkosaan, riwayat pelecehan/perundungan.
- Tanda dan Gejala: Menarik diri, menghindari kontak, takut, perasaan tidak berharga, gejala stres pascatrauma.
3. Isolasi Sosial
- Definisi: Pengalaman subjektif dan obyektif akan kurangnya hubungan sosial yang memuaskan.
- Faktor yang Berhubungan: Depresi, trauma, gangguan psikologis.
- Tanda dan Gejala: Mengurung diri, menolak komunikasi, menghindari interaksi sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Defisit Nutrisi:
- Peningkatan status nutrisi: Berat badan kembali normal, asupan kalori adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Perbaikan status fisik: Peningkatan kekuatan otot, tekanan darah normal.
2. Trauma Emosional:
- Penurunan gejala trauma: Berkurangnya ketakutan, perasaan tidak berharga, dan gejala stres pascatrauma.
- Peningkatan koping adaptif: Kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan pengalaman traumatis.
3. Isolasi Sosial:
- Peningkatan interaksi sosial: Keterlibatan dalam aktivitas sosial, komunikasi dengan orang lain.
- Perbaikan fungsi psikososial: Peningkatan harga diri, kepercayaan diri, dan kesejahteraan emosional.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Defisit Nutrisi:
- Pengkajian nutrisi dan status gizi yang komprehensif.
- Perencanaan dan implementasi program nutrisi yang tepat, dengan pemantauan asupan dan berat badan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun intervensi nutrisi yang sesuai.
- Pemberian dukungan emosional dan pendidikan kesehatan terkait pentingnya nutrisi.
2. Trauma Emosional:
- Terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi pikiran dan perasaan maladaptif terkait trauma.
- Terapi eksposur bertahap untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan.
- Pemberian dukungan emosional dan konseling psikologis.
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental untuk terapi yang komprehensif.
3. Isolasi Sosial:
- Asesmen kebutuhan dan preferensi sosial klien.
- Intervensi untuk memfasilitasi interaksi sosial, seperti terapi kelompok, aktivitas rekreasional.
- Pemberian dukungan emosional dan bimbingan untuk membangun keterampilan komunikasi.
- Kolaborasi dengan keluarga dan komunitas untuk mendukung reintegrasi sosial.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun sosial, serta melibatkan tim multidisiplin untuk mencapai luaran yang optimal bagi Ny. A. -
Article No. 14050 | 14 Mar 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru-paru, terbuka.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria usia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, sehingga diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
2. Jika diperlukan untuk konfirmasi diagnosis atau mengevaluasi lesi di paru, prosedur ICD-9-CM 87.44 (biopsi paru-paru, terbuka) dapat dilakukan. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan paru-paru melalui tindakan pembedahan untuk analisis lebih lanjut.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM harus divalidasi dan dikonfirmasi oleh profesional kesehatan yang berkualifikasi, seperti dokter atau perekam medis, berdasarkan evaluasi klinis yang komprehensif.