Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14137 | 14 Mar 2025
Klinis : pasien batuk filek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien batuk pilek adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, edema mukosa, iritasi saluran napas.
Gejala dan Tanda: Batuk yang tidak produktif, napas cuping hidung, suara napas tambahan, sesak napas, hipoksemia.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Memfasilitasi pemeliharaan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan suction untuk membersihkan sekresi dari jalan napas
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan dalam
- Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
- Berikan obat-obatan untuk mengurangi produksi sekret (ekspektoran, mukolitik)
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala
Penjelasan:
Pada pasien dengan kondisi batuk pilek, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini disebabkan oleh produksi sekret yang berlebihan, edema mukosa, dan iritasi saluran napas yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, di mana pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret, dengan frekuensi pernapasan normal, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi suction untuk membersihkan sekret, mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan dalam, pemberian humidifikasi oksigen, pemberian obat-obatan untuk mengurangi produksi sekret, serta pemantauan tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Bersihan Jalan Napas yang efektif, sehingga dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 14138 | 14 Mar 2025
Klinis : pasien batuk filek, nyeri tenggorokan, susah menelan, Bab keras
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan, dengan tone yang akademis dan persona sebagai perawat pakar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, kerusakan refleks batuk, dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
- Gejala dan tanda: Batuk produktif, adanya suara napas tambahan, sesak napas, dan sianosis.
b. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Proses inflamasi pada tenggorokan.
- Gejala dan tanda: Nyeri tenggorokan saat menelan, sulit menelan, dan adanya rasa nyeri.
c. Risiko Dehidrasi
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Asupan cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan melalui diare.
- Gejala dan tanda: Susah menelan, kulit kering, dan BAB keras.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien menunjukkan suara napas tambahan yang minimal.
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal.
b. Kontrol Nyeri
- Pasien melaporkan nyeri tenggorokan yang berkurang.
- Pasien dapat menelan dengan lebih mudah.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Hidrasi yang Adekuat
- Pasien dapat minum cairan yang cukup.
- Pasien menunjukkan turgor kulit yang baik.
- Pasien memiliki pola defekasi yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas.
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi batuk dan pengeluaran sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan bernapas dalam.
- Lakukan tindakan suction jika diperlukan.
- Pantau status pernapasan dan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Nyeri Akut
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Berikan obat analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
- Pantau efektivitas penanganan nyeri dan respon pasien.
c. Risiko Dehidrasi
- Identifikasi faktor risiko dehidrasi, seperti asupan cairan yang tidak adekuat dan diare.
- Pantau intake dan output cairan serta tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang cukup.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan diare dan hidrasi yang efektif.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 14139 | 14 Mar 2025
Klinis : Sesak, pusing, sakit perut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan gejala yang Anda sampaikan, yaitu sesak, pusing, dan sakit perut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak napas)
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo dan pusing
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul, tidak dijelaskan lebih lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk gejala sesak, pusing, dan sakit perut. Penanganan medis yang mungkin dilakukan adalah:
- Pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat medis pasien
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urin, dll.) untuk menentukan penyebab gejala
- Pemeriksaan pencitraan (misalnya X-ray, CT scan, MRI) untuk melihat kondisi internal tubuh
- Pemberian terapi simptomatik (misalnya obat-obatan untuk mengurangi gejala)
- Rujukan ke spesialis terkait (misalnya kardiolog, neurolog, gastroenterolog) jika diperlukan
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode ICD-10 yang paling sesuai untuk menggambarkan gejala yang dialami pasien dan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan diagnosis spesifik dan tindakan medis yang diperlukan. -
Article No. 14140 | 14 Mar 2025
Klinis : Sesak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis "Sesak" dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak nafas)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan Klasifikasi Internasional Penyakit (ICD-10), kode R06.0 digunakan untuk mendiagnosis kondisi "Dispnea (sesak nafas)". Sesak nafas merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti penyakit paru-paru, penyakit jantung, anemia, atau gangguan metabolik.
Jika pasien membutuhkan pemberian oksigen sebagai tatalaksana untuk mengatasi sesak nafas, kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 93.90 - Pemberian oksigen, tidak spesifik. Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti menggunakan kanula nasal, masker oksigen, atau alat bantu pernapasan lainnya, tergantung pada derajat keparahan dan penyebab sesak nafas.
Pemilihan kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur ICD-9-CM harus disesuaikan dengan temuan klinis, pemeriksaan fisik, dan hasil investigasi penunjang lainnya untuk memastikan pengkodean yang akurat dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 14141 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SLKI: Kontrol Glikemik
- SIKI: Manajemen Kadar Glukosa Darah
2. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Pengendalian Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
3. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Pengendalian Perilaku Kekerasan
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
- SDKI: Keadaan di mana individu/kelompok berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal.
- SLKI: Tindakan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi untuk memantau, mengendalikan, dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Kecemasan:
- SDKI: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
- SLKI: Tindakan untuk membantu individu mengatasi perasaan khawatir, takut, dan tegang.
- SIKI: Intervensi untuk membantu individu mengenali, mengekspresikan, dan mengelola perasaan cemas.
3. Risiko Perilaku Kekerasan:
- SDKI: Keadaan di mana individu/kelompok berisiko melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- SLKI: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan perilaku kekerasan.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan menangani perilaku kekerasan.
Dalam kondisi pasien ini, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah, Kecemasan, dan Risiko Perilaku Kekerasan. Intervensi keperawatan yang sesuai akan berfokus pada pemantauan, pengendalian, dan manajemen kadar glukosa darah, pengelolaan kecemasan, serta pencegahan dan penanganan perilaku kekerasan. -
Article No. 14142 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko ketidakseimbangan glukosa darah berhubungan dengan efek samping penggunaan olanzapine.
2. Risiko penyalahgunaan zat berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan kokain dan amfetamin.
3. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan kondisi psikosis akut.
Penjelasan singkat:
1. Risiko ketidakseimbangan glukosa darah berhubungan dengan efek samping penggunaan olanzapine:
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Glukosa Darah
- SLKI: Kadar Glukosa Darah Terkendali
- SIKI: Pemantauan Glukosa Darah, Manajemen Diabetes Mellitus
2. Risiko penyalahgunaan zat berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan kokain dan amfetamin:
- SDKI: Risiko Penyalahgunaan Zat
- SLKI: Ketahanan terhadap Penyalahgunaan Zat
- SIKI: Manajemen Penyalahgunaan Zat, Konseling Penyalahgunaan Zat
3. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan kondisi psikosis akut:
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Perilaku Kekerasan Terkendali
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan, Terapi Perilaku Kognitif
Dalam mengelola kasus ini, perawat perlu melakukan pemantauan glukosa darah secara ketat, manajemen diabetes mellitus, konseling terkait penyalahgunaan zat, serta intervensi untuk mengelola perilaku kekerasan. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan psikolog, juga diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 14143 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI: Definisi - Adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan perubahan kadar glukosa darah yang tidak stabil.
- SLKI: Tujuan - Pasien menunjukkan kadar glukosa darah yang stabil.
- SIKI: Intervensi - Pantau kadar glukosa darah secara teratur, Kolaborasi pemberian insulin sesuai indikasi, Edukasi manajemen diet dan aktivitas fisik.
2. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Definisi - Adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan pasien berperilaku agresif.
- SLKI: Tujuan - Pasien dapat mengendalikan perilaku agresifnya.
- SIKI: Intervensi - Batasi pasien di lingkungan yang aman, Berikan obat-obatan sesuai indikasi, Libatkan keluarga dalam pemberian terapi.
3. Risiko Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Definisi - Adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
- SLKI: Tujuan - Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Intervensi - Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan, Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan diri.
Penjelasan Singkat:
Pasien ini memiliki riwayat bipolar, penyalahgunaan narkoba, hipertensi, dan diabetes gestasional. Saat masuk, pasien mengalami psikosis akut dengan agitasi berat sehingga diberikan klorpromazin dan lorazepam. Olanzapine kemudian diberikan dan ditingkatkan hingga 25 mg, namun pada hari ke-15 pasien mengalami poliuria, polidipsia, dan hiperglikemia yang dicurigai sebagai efek samping dari olanzapine. Olanzapine dihentikan dan terapi insulin dimulai.
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah, Risiko Perilaku Kekerasan, dan Risiko Defisit Perawatan Diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan kadar glukosa darah, kolaborasi pemberian insulin, edukasi diet dan aktivitas fisik, pembatasan pasien di lingkungan yang aman, pemberian obat-obatan sesuai indikasi, serta bantuan dalam aktivitas perawatan diri. -
Article No. 14144 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko gangguan metabolisme glukosa terkait efek samping obat antipsikotik (olanzapine)
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: intake lebih dari kebutuhan terkait hiperglikemia
3. Risiko gangguan proses pikir terkait psikosis akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko gangguan metabolisme glukosa: Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah.
- Risiko ketidakseimbangan nutrisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan tubuh.
- Risiko gangguan proses pikir: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan dalam kemampuan berpikir, memproses informasi, dan membuat keputusan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengelolaan diabetes
- Keseimbangan cairan
- Fungsi kognitif
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan kadar glukosa darah
- Manajemen insulin
- Terapi nutrisi
- Terapi psikofarmaka
- Orientasi realitas
- Stimulasi kognitif
Dalam kasus ini, perawat harus fokus pada pemantauan kadar glukosa darah, manajemen insulin, terapi nutrisi, serta intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan proses pikir akibat psikosis akut. Penghentian penggunaan olanzapine juga perlu dipertimbangkan untuk mencegah efek samping yang dapat memperburuk kondisi pasien. -
Article No. 14145 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Regulasi Kadar Glukosa Darah
SDKI: Ketidakmampuan dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SLKI: Kadar glukosa darah yang stabil dalam rentang normal.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa darah, serta mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.
2. Diagnosa Keperawatan: Resiko Penurunan Stabilitas Psikologis
SDKI: Kerentanan dalam mempertahankan integritas fungsi psikologis.
SLKI: Stabilitas psikologis yang memadai.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan menjaga stabilitas psikologis pasien, serta mengatasi gejala psikosis.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Koping
SDKI: Ketidakmampuan untuk beradaptasi secara konstruktif terhadap stressor.
SLKI: Koping yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang sehat dalam menghadapi kondisi penyakitnya.
Penjelasan singkat:
- Pasien mengalami hiperglikemia akibat efek samping penggunaan obat antipsikotik olanzapine, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa darah.
- Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatri (bipolar, penyalahgunaan obat) yang dapat mempengaruhi stabilitas psikologis, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk menjaga stabilitas psikologis dan mengatasi gejala psikosis.
- Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan mengembangkan mekanisme koping yang efektif terhadap kondisi penyakitnya, sehingga diperlukan intervensi keperawatan untuk membantu pengembangan koping yang sehat. -
Article No. 14146 | 14 Mar 2025
Klinis : Seorang wanita 33 tahun dengan riwayat bipolar, penyalahgunaan kokain dan amfetamin, hipertensi, serta diabetes gestasional dirawat karena psikosis akut. Saat masuk, pasien menerima klorpromazin dan lorazepam karena agitasi berat. Olanzapine 5 mg dimulai pada hari ke-3 dan ditingkatkan hingga 25 mg. Pada hari ke-15, pasien mengalami poliuria dan polidipsia dengan kadar glukosa darah >500 mg/dL. Olanzapine dihentikan pada hari ke-17 karena dicurigai memicu hiperglikemia. Pada hari ke-16, HbA1c tercatat 8%, dan terapi insulin dimulai: • Hari 16: Insulin aspart diberikan dan insulin detemir 15 unit dua kali sehari dimulai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan (Risiko Tinggi)
- SDKI: Kelebihan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Cairan, Manajemen Cairan, dan Manajemen Diabetes.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Hipertensi, dan Manajemen Diabetes.
2. Intoleransi Aktivitas (Risiko Tinggi)
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Aktivitas, Manajemen Energi, dan Manajemen Kelelahan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Latihan Aktivitas Terkontrol, Manajemen Energi, dan Manajemen Kelelahan.
3. Risiko Hiperglikemia
- SDKI: Risiko hiperglikemia adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Gula Darah, Manajemen Insulin, dan Edukasi Manajemen Diabetes.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Kadar Gula Darah, Manajemen Insulin, dan Edukasi Manajemen Diabetes.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.