Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19543 | 12 Jul 2025
Klinis : Sarah, seorang balita berusia 4 tahun, dibawa oleh orang tuanya untuk pemeriksaan rutin. Berat badan Sarah tercatat 8 kg, dengan tinggi badan 80 cm. Orang tuanya melaporkan bahwa anaknya tampak kurang semangat bermain dan sering terlihat lelah. Sarah sering rewel dan tidak nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan massa otot dan kekurangan energi yang jelas. Orang tuanya mengungkapkan bahwa mereka merasa khawatir dengan perkembangan Sarah yang tampaknya lebih lambat dibandingkan dengan teman- temannya. Tanda dan Gejala: • Berat badan 8 kg, tinggi badan 80 cm (di bawah standar pertumbuhan) • Penurunan massa otot • Tampak lemah dan kurang semangat bermain • Sering rewel dan tidak nafsu makan • Gangguan pola makan yang tidak teratur Pertanyaan: 1. Apa patofisiologi dari gagal tumbuh pada anak, khususnya terkait dengan masalah nutrisi dan metabolisme? 2. Berdasarkan tanda dan gejala yang ada, apa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Sarah? 3. Sebutkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Sa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan Anda secara rinci dan terperinci.
1. Patofisiologi gagal tumbuh pada anak terkait masalah nutrisi dan metabolisme:
Gagal tumbuh pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama terkait dengan masalah nutrisi dan metabolisme. Pada kasus Sarah, terdapat indikasi kekurangan asupan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan dan tinggi badan di bawah standar pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a. Asupan nutrisi yang tidak adekuat: Kurangnya asupan makanan yang bergizi dan seimbang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, terutama protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
b. Gangguan penyerapan nutrisi: Kondisi medis tertentu, seperti malabsorpsi atau infeksi saluran pencernaan, dapat mengganggu penyerapan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
c. Peningkatan kebutuhan nutrisi: Pada anak-anak, kebutuhan nutrisi dapat meningkat pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Jika asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka dapat menyebabkan gagal tumbuh.
d. Faktor metabolisme: Gangguan metabolisme, seperti hipotiroidisme atau kelainan hormonal lainnya, dapat menghambat proses metabolisme yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.
2. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan tanda dan gejala yang ada, diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Sarah adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan gejala: Berat badan di bawah standar pertumbuhan, penurunan massa otot, tampak lemah dan kurang semangat bermain, sering rewel dan tidak nafsu makan.
b. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
- Definisi: Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang tidak sesuai dengan tahap usia.
- Tanda dan gejala: Berat badan dan tinggi badan di bawah standar pertumbuhan, gangguan pola makan, orang tua mengungkapkan keterlambatan perkembangan dibandingkan teman sebaya.
3. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Berat badan meningkat sesuai standar pertumbuhan
b. Peningkatan massa otot
c. Peningkatan energi dan semangat bermain
d. Pola makan teratur dan nafsu makan meningkat
e. Perkembangan sesuai tahap usia
4. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kaji status nutrisi dan pola makan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
c. Edukasi orang tua tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
d. Monitoring berat badan dan pertumbuhan secara berkala
e. Stimulasi perkembangan dan aktivitas bermain yang sesuai usia
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, psikolog) untuk mengatasi keterlambatan perkembangan
g. Konseling dan dukungan psikologis bagi orang tua
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Sarah adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian status nutrisi, perencanaan diet yang sesuai, edukasi orang tua, monitoring pertumbuhan, stimulasi perkembangan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan, Sarah dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti peningkatan berat badan, massa otot, energi, pola makan, serta perkembangan yang sesuai dengan tahap usianya. -
Article No. 19544 | 12 Jul 2025
Klinis : Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Definisi SDKI:
Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Rentan mengalami perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Definisi SLKI:
Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
Tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku yang dapat menyebabkan bahaya atau kerugian terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Definisi SIKI:
Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan (J.15651)
Intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Kode SDKI: 00138
Kode SLKI: I.14544
Kode SIKI: J.15651
Dalam praktik keperawatan, diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan (00138) digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang rentan mengalami perilaku agresif yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544) dan Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan (J.15651) untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perilaku agresif tersebut. -
Article No. 19545 | 12 Jul 2025
Klinis : pasien post sc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien post SC (Sectio Caesarea) berdasarkan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien post SC:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- Penyebab: Pembedahan pada uterus (Sectio Caesarea).
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluhkan nyeri pada area insisi, tampak meringis, dan skala nyeri tinggi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
- Penyebab: Proses pembedahan yang dilakukan, luka insisi, dan faktor risiko lainnya.
- Gejala dan Tanda: Peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase pada area insisi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, dan muntah setelah pembedahan.
- Gejala dan Tanda: Berat badan menurun, asupan nutrisi rendah, dan kadar albumin serum rendah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien mempertahankan aktivitas sesuai toleransi.
2. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada area insisi.
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda infeksi (suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Pasien dapat merawat luka insisi dengan benar.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan rekomendasi.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
- Kadar albumin serum kembali normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan obat analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengoptimalkan pengelolaan nyeri.
2. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Edukasikan pasien tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Berikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan, baik secara oral maupun parenteral jika diperlukan.
- Pantau berat badan dan kadar albumin serum pasien.
- Edukasikan pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada tiga diagnosa keperawatan utama, diharapkan pasien post SC dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisinya dengan optimal. -
Article No. 19546 | 12 Jul 2025
Klinis : Atas bahu tidak bisa buat menengok kebawah dan keatas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu keterbatasan pergerakan atas bahu untuk menengok ke bawah dan ke atas, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M75.1
- Deskripsi: Frozen shoulder (Frozen shoulder)
Penjelasan:
- Kode M75.1 dalam ICD-10 mengacu pada kondisi yang dikenal sebagai "frozen shoulder" atau "adhesive capsulitis". Ini merupakan kondisi yang ditandai dengan keterbatasan gerakan aktif dan pasif pada sendi bahu, terutama dalam gerakan menengok ke bawah dan ke atas.
- Frozen shoulder dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera bahu, penyakit metabolik (misalnya diabetes), atau perubahan pada struktur jaringan di sekitar sendi bahu.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.92
- Deskripsi: Manipulation of shoulder under anesthesia (Manipulasi bahu di bawah anestesi)
Penjelasan:
- Kode 81.92 dalam ICD-9-CM Procedure mengacu pada manipulasi sendi bahu di bawah anestesi. Ini merupakan salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi frozen shoulder, dengan tujuan meningkatkan jangkauan gerakan dan mengurangi nyeri.
- Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi atau dokter rehabilitasi medis, dan dilakukan di bawah anestesi umum atau regional agar pasien tidak merasakan nyeri selama manipulasi.
Dalam penatalaksanaan frozen shoulder, selain manipulasi bahu, pengobatan lain yang mungkin dilakukan mencakup terapi fisik, pemberian obat anti-inflamasi, dan suntikan kortikosteroid pada sendi bahu. -
Article No. 19547 | 12 Jul 2025
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: [R-013]
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Kode SLKI: [P-007]
Definisi: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada individu.
Kode SIKI: [I-013]
Definisi: Tindakan perawatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada individu.
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti prosedur invasif, imunitas yang lemah, atau paparan lingkungan yang tidak higienis.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi mencakup tindakan pencegahan, seperti higiene personal, sterilisasi alat, dan tindakan aseptik. Selain itu, pemantauan tanda-tanda infeksi dan pemberian edukasi kepada pasien juga merupakan bagian penting dari pengelolaan risiko infeksi.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) memberikan struktur yang terstandarisasi dalam mendokumentasikan dan mengomunikasikan diagnosa, intervensi, dan hasil keperawatan. Hal ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan efektif. -
Article No. 19548 | 12 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun, Bapak Hasan, di rawat di rumah sakit dengan keluhan cepat lelah dan sesak napas saat berjalan dari ruang tamu ke kamar tidur. Keluhan dirasakan sejak seminggu terakhir dan semakin memburuk. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan baru didiagnosis dengan gagal jantung. Saat diperiksa, tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 125x/menit, pernapasan 28x/menit, dan saturasi oksigen 91%. Pasien terlihat lemah, berkeringat saat berbicara, dan mengatakan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Gagal jantung, hipertensi.
Gejala dan Tanda: Sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, nadi cepat, pernapasan cepat, penurunan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Perfusi Jantung Membaik
Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Frekuensi nadi dalam batas normal
c. Pernapasan dalam batas normal
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
e. Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Jantung
a. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, saturasi oksigen) secara teratur.
b. Auskultasi suara jantung dan paru untuk mendeteksi adanya abnormalitas.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat-obatan jantung.
d. Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit jantung.
2. Manajemen Pernapasan
a. Monitor pola pernapasan dan tingkat kenyamanan pernapasan pasien.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
c. Latih pasien teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan fisik yang sesuai.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen pernapasan.
3. Manajemen Kelelahan
a. Monitor tanda-tanda kelelahan pada pasien.
b. Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi pada pasien.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen kelelahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak" dipilih karena pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan aliran darah dan oksigen ke jantung, seperti sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, nadi cepat, pernapasan cepat, dan penurunan saturasi oksigen. Hal ini disebabkan oleh kondisi gagal jantung dan hipertensi yang diderita pasien.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jantung Membaik", yang ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas, serta peningkatan saturasi oksigen. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang mencakup manajemen jantung, manajemen pernapasan, dan manajemen kelelahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, auskultasi jantung dan paru, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi, pengaturan aktivitas dan istirahat, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk memperbaiki perfusi jantung, mempertahankan pernapasan yang efektif, dan mengatasi kelelahan yang dialami pasien. -
Article No. 19549 | 12 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun, Bapak Hasan, di rawat di rumah sakit dengan keluhan cepat lelah dan sesak napas saat berjalan dari ruang tamu ke kamar tidur. Keluhan dirasakan sejak seminggu terakhir dan semakin memburuk. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan baru didiagnosis dengan gagal jantung. Saat diperiksa, tekanan darah 150/95 mmHg, nadi 125x/menit, pernapasan 28x/menit, dan saturasi oksigen 91%. Pasien terlihat lemah, berkeringat saat berbicara, dan mengatakan tidak kuat berjalan jauh karena langsung ngos-ngosan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI untuk Pasien Gagal Jantung**
**Nama Pasien**: Bapak Hasan
**Usia**: 67 tahun
**Kondisi Klinis**: Gagal jantung dengan gejala cepat lelah, sesak napas (dispnea), takikardia, dan saturasi oksigen rendah (91%).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: D.0016)**
**Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi**: Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat penurunan fungsi jantung, menyebabkan hipoksemia dan sesak napas.
**Faktor yang Berhubungan**:
- Penurunan curah jantung (gagal jantung).
- Peningkatan tekanan hidrostatik pulmonal (edema paru).
- Kelelahan otot pernapasan sekunder akibat hipoksia.
---
### **2. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI – Kode: L.04012)**
**Mempertahankan Pertukaran Gas yang Adekuat**
**Indikator**:
- Saturasi oksigen ≥95% dalam 24–48 jam.
- Frekuensi pernapasan 12–20x/menit dalam 2 hari.
- Pasien melaporkan penurunan sesak napas saat aktivitas minimal (Skala Borg ≤3).
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: I.09010, I.08003, I.13001)**
#### **a. Manajemen Jalan Napas (I.09010)**
- **Posisi Semi-Fowler/High Fowler** untuk memaksimalkan ekspansi paru.
- **Pemberian Oksigen** (2–4 L/menit via nasal kanul) sesuai indikasi.
- **Pantau tanda vital dan saturasi oksigen** setiap 2–4 jam.
#### **b. Edukasi Aktivitas Fisik (I.08003)**
- **Anjurkan istirahat antara aktivitas** untuk mengurangi beban jantung.
- **Latihan napas dalam** (diafragma) untuk meningkatkan ventilasi.
- **Batasi aktivitas berat** dan gunakan teknik penghematan energi.
#### **c. Manajemen Kecemasan (I.13001)**
- **Ajarkan relaksasi** (nafas dalam, guided imagery) untuk mengurangi stres.
- **Berikan penjelasan tentang kondisi** untuk meningkatkan kooperasi.
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (D.0016)**: Gangguan pertukaran gas dipilih karena hipoksemia (SpO₂ 91%) dan dispnea akibat gagal jantung.
- **SLKI (L.04012)**: Fokus pada perbaikan oksigenasi dan toleransi aktivitas.
- **SIKI**: Intervensi gabungan fisik dan psikologis untuk menstabilkan kondisi.
**Referensi**:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
---
**Catatan**: Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen dan aktivitas dalam 24 jam untuk menyesuaikan intervensi. -
Article No. 19550 | 12 Jul 2025
Klinis : mual muntah kehamilan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi mual muntah pada kehamilan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O21.0
- Deskripsi: Hiperemesis gravidarum dengan dehydrasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena untuk rehidrasi
Penjelasan:
Mual muntah pada kehamilan, yang juga dikenal sebagai hiperemesis gravidarum, merupakan kondisi di mana wanita hamil mengalami mual dan muntah yang signifikan hingga menyebabkan dehidrasi. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah O21.0, yang menggambarkan hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi.
Dalam penanganan kasus ini, salah satu tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian cairan intravena untuk rehidrasi pasien. Kode ICD-9-CM yang sesuai untuk prosedur ini adalah 99.75, yang menggambarkan pemberian cairan intravena untuk rehidrasi.
Penting untuk mencatat bahwa kode-kode ini digunakan oleh tenaga medis, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi medis dan tindakan yang dilakukan dalam perawatan pasien. Penggunaan kode yang tepat membantu dalam proses penagihan, pengumpulan data epidemiologi, dan analisis tren kesehatan. -
Article No. 19551 | 12 Jul 2025
Klinis : harga diri rendah situasional
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "harga diri rendah situasional" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Harga Diri Rendah Situasional
Definisi: Perasaan negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak adekuat, yang disebabkan oleh situasi spesifik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Harga Diri
Definisi: Penilaian individu terhadap rasa keberhargaan dan kemampuan diri.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
b. Pasien dapat menunjukkan penerimaan diri.
c. Pasien dapat menunjukkan rasa percaya diri.
d. Pasien dapat menunjukkan rasa berharga.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Harga Diri
Definisi: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji faktor-faktor yang memengaruhi harga diri pasien, seperti pengalaman masa lalu, budaya, dan kondisi saat ini.
b. Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri.
c. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan persepsi terhadap diri sendiri.
d. Berikan umpan balik positif secara spesifik mengenai kemampuan dan potensi pasien.
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait asuhan keperawatan.
f. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan rasa percaya diri.
g. Berikan reinforcement positif saat pasien menunjukkan peningkatan harga diri.
h. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor) jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan "Harga Diri Rendah Situasional" merupakan kondisi di mana pasien mengalami perasaan negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak adekuat, yang disebabkan oleh situasi spesifik. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, budaya, atau kondisi saat ini yang mempengaruhi penilaian pasien terhadap dirinya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mencapai peningkatan harga diri. Kriteria hasil yang diharapkan mencakup pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, menunjukkan penerimaan diri, rasa percaya diri, dan rasa berharga. Ini menunjukkan bahwa pasien dapat memiliki penilaian positif terhadap dirinya sendiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Peningkatan Harga Diri. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri. Aktivitas keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi harga diri, membantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan persepsi terhadap diri sendiri, memberikan umpan balik positif, melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan, mendorong pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, memberikan reinforcement positif, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Melalui intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya, sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan harga diri. -
Article No. 19552 | 12 Jul 2025
Klinis : SLKI untuk diagnosa gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran atau hasil keperawatan, sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan.
Untuk diagnosa gangguan rasa nyaman, berikut penjelasan singkat SLKI beserta kodenya dan definisinya:
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: 00014
Judul: Kenyamanan
Definisi: Tingkat rasa tenang, relaks, dan bebas dari ketidaknyamanan.
Penjelasan:
Luaran ini menggambarkan tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh individu, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Individu yang mencapai kenyamanan akan merasa tenang, relaks, dan bebas dari ketidaknyamanan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat