Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16118 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, 55 tahun merupakan pasien baru yang berkunjung ke Puskesmas. Saat ini perawat akan melakukan pengkajian untuk masalah perawatan diri pada pasien. Menurut keluarga, pasien tidak merawat diri sejak dua minggu lalu. Penampilan tampak lusuh dan kotor. Hal-hal yang akan dikaji oleh perawat terkait masalah perawatan diri adalah ? Select one: a. Identifikasi masalah kebersihan kulit, rambut, gigi dan kuku b. Identifikasi masalah kebersihan badan; cara makan/minum; cara BAB/BAK dan cara berdandan/berhias c. Identifikasi pemahaman pasien tentang pentingnya perawatan diri d. Identifikasi masalah kebersihan kulit, rambut, gigi dan kuku; cara makan/minum; cara BAB/BAK dan cara berdandan/berhias e. Identifikasi masalah kebersihan kulit, rambut, dan kuku; cara makan/minum; cara BAB/BAK dan cara berdandan/berhias
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
d. Identifikasi masalah kebersihan kulit, rambut, gigi dan kuku; cara makan/minum; cara BAB/BAK dan cara berdandan/berhias
Penjelasan:
Berdasarkan kasus yang diberikan, seorang pasien perempuan berusia 55 tahun tidak merawat diri sejak dua minggu lalu, sehingga tampak lusuh dan kotor. Dalam situasi ini, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif terkait masalah perawatan diri pada pasien, yang mencakup:
1. Identifikasi masalah kebersihan kulit, rambut, gigi, dan kuku
2. Identifikasi masalah terkait cara makan/minum
3. Identifikasi masalah terkait cara BAB/BAK
4. Identifikasi masalah terkait cara berdandan/berhias
Hal-hal tersebut merupakan aspek-aspek penting dalam perawatan diri yang perlu dikaji oleh perawat untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah "Defisit Perawatan Diri", dengan penjelasan singkat sebagai berikut:
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
SLKI: Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri, seperti membantu pasien dalam melakukan perawatan kebersihan, makan/minum, BAB/BAK, dan berdandan/berhias. -
Article No. 16119 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita, 43 tahun, PNS sebulan tidak masuk kantor setelah kematian putri satu-satunya dari 4 orang anaknya karena leukemia . Klien sering menangis dan menyalahkan diri sendiri, mengapa ia sampai terlambat mengetahui anaknya sakit, seandainya saja ia lebih banyak punya waktu bersama anaknya. Menurut Kubler Ross, data ini menunjukkan proses kehilangan pada fase ? Select one: a. Bargaining b. Acceptance c. Anger d. Depresi e. Denial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, berdasarkan penjelasan yang diberikan, seorang wanita 43 tahun yang merupakan seorang PNS sedang mengalami proses kehilangan setelah kematian putri satu-satunya dari 4 anak yang dimilikinya karena leukemia. Menurut teori Kubler-Ross, data tersebut menunjukkan bahwa klien sedang berada pada fase depresi dalam proses kehilangan.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah:
1. Duka cita berduka yang diperpanjang (NANDA-I: 00136)
Definisi: Respon normal atau reaksi terhadap kehilangan yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, tidak mampu menerima kenyataan kehilangan, dan tidak dapat melanjutkan hidup tanpa objek yang hilang.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Duka cita berduka yang diperpanjang didefinisikan sebagai respon normal atau reaksi terhadap kehilangan yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, tidak mampu menerima kenyataan kehilangan, dan tidak dapat melanjutkan hidup tanpa objek yang hilang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat menerima kenyataan kehilangan, mengekspresikan perasaan sedih secara bertahap, dan mampu melanjutkan hidup tanpa objek yang hilang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan dukungan emosional, memfasilitasi ekspresi perasaan, membantu klien menerima kenyataan kehilangan, dan membantu klien menemukan makna dari kehilangan yang dialami.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, dapat disimpulkan bahwa kondisi klien saat ini menunjukkan fase depresi dalam proses kehilangan, dan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah duka cita berduka yang diperpanjang, dengan tujuan agar klien dapat menerima kenyataan kehilangan dan mampu melanjutkan hidup tanpa objek yang hilang. -
Article No. 16120 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita, 18 tahun, sudah 2 minggu mengurung diri, sejak pengumuman UAN SMA yang menyatakan dia adalah salah satu siswa yang tidak lulus. Orang tua klien mengatakan saat ini kondisi klien murung, tidak mau merawat diri, malu bertemu dengan siapapun, tidak mau makan , berkali-kali mengatakan dia adalah anak yang bodoh, memalukan orang tua, merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Masalah keperawatan dan penyebab yang tepat pada kasus diatas adalah ? Select one: a. Ketidakberdayaan b. Keputusasaan c. Harga diri rendah d. Isolasi sosial e. Resiko bunuh diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: e. Resiko bunuh diri
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kasus ini menggambarkan seorang wanita berusia 18 tahun yang mengalami reaksi yang sangat buruk setelah tidak lulus ujian akhir sekolah menengah. Gejala-gejala yang ditunjukkan, seperti mengurung diri, murung, tidak mau merawat diri, merasa malu, tidak mau makan, dan menyatakan bahwa hidupnya tidak berguna lagi, mengarah pada risiko bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko bunuh diri
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko bunuh diri adalah keadaan di mana individu memiliki niat dan rencana untuk mengakhiri hidupnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien menunjukkan kontrol diri yang meningkat.
2. Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
3. Klien menunjukkan penurunan intensi bunuh diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi faktor risiko bunuh diri.
2. Monitoring tanda-tanda perilaku bunuh diri.
3. Pemberian dukungan emosional.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan penanganan komprehensif.
Sebagai perawat, langkah-langkah intervensi yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, memantau tanda-tanda perilaku bunuh diri, memberikan dukungan emosional, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan penanganan yang komprehensif guna mencegah terjadinya bunuh diri. -
Article No. 16121 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 40 tahun dirawat di RSJ karena tidak mau berbicara dengan orang lain, lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mampu mengurus diri. Ketika perawat mendekati, tercium bau yang tidak sedap dari baju dan badan pasien. Ketika ditanyakan tentang kebersihan diri, pasien mengatakan malas mandi. Kondisi yang dialami oleh pasien disebabkan oleh karena ? Select one: a. Defisit pengetahuan b. Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan c. Gangguan mental emosional d. Gangguan konsep diri e. Perubahan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
c. Gangguan mental emosional
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala gangguan mental emosional, seperti:
- Tidak mau berbicara dengan orang lain
- Lebih suka mengurung diri di kamar
- Tidak mampu mengurus diri
- Malas mandi dan tidak menjaga kebersihan diri
Kondisi tersebut merupakan manifestasi dari gangguan mental emosional, seperti gejala depresi atau skizofrenia.
Sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan ini dapat dikategorikan dalam:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Isolasi sosial
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keterlibatan sosial
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Terapi perilaku, terapi aktivitas, terapi sosialisasi
Perawat perlu memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien dalam mengatasi gangguan mental emosionalnya, termasuk meningkatkan sosialisasi, pengaturan hygiene dan perawatan diri, serta kolaborasi dengan tim kesehatan mental lainnya. -
Article No. 16122 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang wanita, 45 tahun menjelaskan bahwa setiap malam ketakutan, selalu minta ditemani, tidak bisa tidur, dia mengatakan dikamarnya ada setan mukanya sangat jelek selalu mengganggunya. Dia sering marah pada anaknya yang tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Pasien sedang mengalami ? Select one: a. Delusi b. Sisip pikir c. Isi pikir d. Ilusi e. Halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, pasien ini tampaknya sedang mengalami **Halusinasi**. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
**Halusinasi** dengan definisi "Persepsi sensori palsu yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang sesuai".
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Melaporkan persepsi yang tidak nyata (penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, penciuman)
- Faktor Berhubungan: Gangguan psikiatri, stres, trauma masa lalu, kecemasan, depresi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mengenali halusinasi, pasien dapat menghentikan halusinasi, pasien dapat beristirahat dengan cukup
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi Realitas, Terapi Orientasi Realitas, Distraksi, Manajemen Lingkungan, Obat-obatan (jika diperlukan)
Sebagai perawat, kita perlu memberikan pendekatan yang empatik, membantu pasien mengenali halusinasi, dan mengajarkan strategi kontrol halusinasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 16123 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 16 tahun, mengungkapkan perasaan jengkelnya dengan membanting-banting barang, bicara kasar dan tidak terarah. Dia kesal karena ibunya tidak memasak hari ini. Berdasarkan kondisi pasien saat ini, tanda kemarahan secara fisik dapat terlihat dari ? Select one: a. Mengumpat b. Suara keras c. Bicara kasar d. Melukai diri sendiri dan orang lain e. Pandangan tajam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, tanda kemarahan secara fisik yang dapat terlihat adalah:
d. Melukai diri sendiri dan orang lain
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Ketidakmampuan individu yang dimanifestasikan melalui tindakan atau kata-kata yang menunjukkan intensi untuk melukai diri sendiri dan/atau orang lain.
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan:
- Bicara kasar dan tidak terarah
- Membanting-banting barang
- Pandangan mata yang tajam
- Nada bicara keras
- Berusaha melukai diri sendiri atau orang lain
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar. -
Article No. 16124 | 24 Apr 2025
Klinis : • Pasien mengatakan muntah darah ±4x pagi ini • Pasien mengatakan mual terus-menerus • Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Nyeri saat beraktivitas Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk R: Nyeri pada ulu hati (epigastrium) S: Dengan skala 7 T: Dengan intensitas nyeri terus-menerus • GCS: CM, E4 V5 M6 • Pasien tampak lemas • Pasien tampak mual terus-menerus • Pasien tampak meringis menahan nyeri • Hasil thorax menunjukkan kesan pulmo dan besar cor normal, sistema tulang intact • Hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil neutrofil 75.6%, limfosit 11.0%, monosit 11.2% • Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD : 110/85 mmHg Nadi : 93x/menit Respirasi : 22x/menit Suhu : 36.1oC SpO2 : 99% GDS : 101
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual (1618)
- Menyatakan kontrol terhadap mual
- Mendemonstrasikan teknik manajemen mual
- Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual
2. Kontrol Nyeri (1605)
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual (4520)
- Identifikasi penyebab mual
- Berikan informasi tentang penyebab, pencetus, dan penatalaksanaan mual
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antiemetik
- Ajarkan teknik manajemen mual (relaksasi, distraksi, dll)
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri (relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dll)
- Monitor respons pasien terhadap intervensi yang diberikan
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Nyeri Akut. Pasien mengeluhkan muntah darah, mual terus-menerus, dan nyeri pada ulu hati, sehingga kedua diagnosa tersebut merepresentasikan keadaan klinis pasien dengan tepat.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Mual dan Kontrol Nyeri. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengendalikan dan mengelola keluhan mual serta nyeri yang dialami, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Mual dan Manajemen Nyeri. Dalam Manajemen Mual, perawat harus mengidentifikasi penyebab mual, memberikan edukasi, melakukan kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antiemetik, serta mengajarkan teknik manajemen mual kepada pasien. Sedangkan dalam Manajemen Nyeri, perawat harus melakukan pengkajian nyeri komprehensif, berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik, mengajarkan teknik manajemen nyeri, memonitor respons pasien, dan mengevaluasi serta memodifikasi intervensi yang diberikan.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang efektif dengan tenaga medis diharapkan dapat membantu pasien mencapai kontrol yang optimal terhadap keluhan mual dan nyeri yang dialami. -
Article No. 16125 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 40 tahun, dirawat di RSJ, diagnose medis Skizofrenia Takterinci. Saat dikaji klien tidak mau berbicara dengan orang lain, lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mampu mengurus diri. Ketika perawat mendekati, tercium bau yang tidak sedap dari baju dan badan pasien. Ketika ditanyakan tentang kebersihan diri, klien mengatakan malas mandi. Apakah yang menyebabkan perubahan kondisi klien pada kasus tersebut ? Select one: a. Defisit pengetahuan b. Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan c. Gangguan mental emosional d. Gangguan konsep diri e. Perubahan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Penjelasan:
Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Dalam kasus ini, pasien laki-laki berusia 40 tahun dengan diagnosa medis Skizofrenia Tidak Terinci menunjukkan gejala-gejala yang terkait dengan defisit perawatan diri, seperti:
- Tidak mau berbicara dengan orang lain dan lebih suka mengurung diri di kamar
- Tidak mampu mengurus diri
- Terdapat bau tidak sedap dari baju dan badan pasien
- Ketika ditanya, pasien mengatakan malas mandi
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, defisit perawatan diri dapat disebabkan oleh:
- Gangguan fungsi kognitif (seperti pada kasus Skizofrenia)
- Kurangnya motivasi
- Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri
- Isolasi sosial
Dalam kasus ini, tampaknya penyebab utama defisit perawatan diri adalah gangguan mental emosional berupa Skizofrenia yang menyebabkan pasien tidak mampu mengurus diri dan menghindari interaksi sosial. -
Article No. 16126 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 40 tahun, dirawat di RSJ, diagnose medis Skizofrenia Takterinci. Saat dikaji klien tidak mau berbicara dengan orang lain, lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mampu mengurus diri. Ketika perawat mendekati, tercium bau yang tidak sedap dari baju dan badan pasien. Ketika ditanyakan tentang kebersihan diri, klien mengatakan malas mandi. Apakah yang menyebabkan perubahan kondisi klien pada kasus tersebut ? Select one: a. Defisit pengetahuan b. Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan c. Gangguan mental emosional d. Gangguan konsep diri e. Perubahan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
d. Gangguan Konsep Diri
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Gangguan Konsep Diri
- Definisi: Persepsi negatif individu terhadap dirinya sendiri.
- Faktor Risiko: Isolasi sosial, gangguan mental, penyakit kronis, perubahan fisik.
- Karakteristik: Menolak melakukan perawatan diri, menarik diri dari interaksi sosial, perilaku/penampilan yang tidak sesuai.
Pada kasus ini, pasien dengan diagnosis skizofrenia menunjukkan gejala menarik diri, tidak mampu merawat diri, dan menunjukkan perubahan penampilan yang tidak terawat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan konsep diri pada pasien, yang dapat disebabkan oleh gangguan mental yang dialaminya.
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Menciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Membantu pasien mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan diri
- Melibatkan keluarga dalam proses perawatan
- Membantu pasien meningkatkan aktivitas perawatan diri
Jadi, berdasarkan informasi yang diberikan, penyebab utama perubahan kondisi pasien adalah Gangguan Konsep Diri. -
Article No. 16127 | 24 Apr 2025
Klinis : Aktivitas pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang berfokus pada pencegahan tersier dilakukan melalui kegiatan ? Select one: a. Program penemuan kasus melalui deteksi dini b. Program pencegahan bunuh diri c. Program pencegahan penyalahgunaan obat d. Program mencegah dan menghilangkan stigma e. Program melalukan follow-up care dan rujukan kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
e. Program melalukan follow-up care dan rujukan kasus
Penjelasan:
Aktivitas pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang berfokus pada pencegahan tersier (tertiary prevention) adalah upaya untuk menghentikan atau memperkecil dampak dari suatu masalah kesehatan jiwa yang telah terjadi. Salah satu kegiatan dalam pencegahan tersier adalah melakukan follow-up care dan rujukan kasus.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kegiatan follow-up care dan rujukan kasus merupakan bagian dari intervensi keperawatan dalam pencegahan tersier masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Kegiatan ini meliputi:
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap kondisi klien.
2. Merujuk klien ke layanan kesehatan yang sesuai untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
3. Memastikan klien dapat mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan.
4. Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kesinambungan perawatan.
Dengan demikian, jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang diberikan adalah program melakukan follow-up care dan rujukan kasus.