Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14158 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi Tidak Terkontrol
- SDKI: Pola Sirkulasi Tidak Efektif
- SLKI: Kontrol Hipertensi
- SIKI: Manajemen Hipertensi
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Manajemen Gangguan Mobilitas Fisik
4. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
5. Risiko Dekubitus
- SDKI: Risiko Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Peningkatan Integritas Kulit
- SIKI: Manajemen Risiko Dekubitus
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi Tidak Terkontrol:
- Pola Sirkulasi Tidak Efektif: Ketidakmampuan sistem kardiovaskular untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
- Kontrol Hipertensi: Kemampuan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi.
- Manajemen Hipertensi: Intervensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Peningkatan Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk meningkatkan toleransi dan kinerja dalam melakukan aktivitas.
- Manajemen Intoleransi Aktivitas: Intervensi untuk meningkatkan toleransi dan kinerja dalam aktivitas.
3. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
- Peningkatan Mobilitas: Kemampuan untuk meningkatkan pergerakan fisik.
- Manajemen Gangguan Mobilitas Fisik: Intervensi untuk meningkatkan pergerakan fisik.
4. Nyeri Akut:
- Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Risiko Dekubitus:
- Risiko Gangguan Integritas Kulit: Kemungkinan terjadinya kerusakan pada lapisan kulit.
- Peningkatan Integritas Kulit: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan kulit.
- Manajemen Risiko Dekubitus: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya luka dekubitus. -
Article No. 14159 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko cedera berhubungan dengan imobilitas
4. Nyeri akut berhubungan dengan edema ekstremitas
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan aktivitas
6. Risiko infeksi berhubungan dengan luka dekubitus
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
- SDKI: Pola napas yang tidak efektif untuk mempertahankan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Meningkatkan ventilasi paru, mengelola jalan napas, dan mengurangi kelelahan.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, dan fisik pernapasan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
- SDKI: Asupan makanan dan cairan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Manajemen nutrisi, monitoring status nutrisi, dan edukasi diet.
- SIKI: Pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral/parenteral, dan konseling gizi.
3. Resiko cedera berhubungan dengan imobilitas
- SDKI: Peningkatan kerentanan terhadap luka, kerusakan jaringan, atau disfungsi fisik.
- SLKI: Manajemen aktivitas, perawatan kulit, dan pencegahan komplikasi imobilitas.
- SIKI: Mobilisasi, perawatan kulit, dan manajemen risiko jatuh.
4. Nyeri akut berhubungan dengan edema ekstremitas
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
- SLKI: Manajemen nyeri, relaksasi, dan terapi komplementer.
- SIKI: Pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan teknik nonfarmakologis.
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan aktivitas
- SDKI: Penurunan kekuatan dan daya tahan otot.
- SLKI: Peningkatan aktivitas, rehabilitasi, dan konseling.
- SIKI: Latihan fisik, perawatan mandiri, dan pemberian bantuan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan luka dekubitus
- SDKI: Peningkatan rentan terhadap serangan organisme patogen.
- SLKI: Manajemen luka, pencegahan infeksi, dan perawatan kulit.
- SIKI: Perawatan luka, pemberian antibiotik, dan edukasi pencegahan infeksi. -
Article No. 14160 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan cairan.
SDKI:
Kelebihan volume cairan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan dalam kompartemen tubuh. Tanda dan gejala yang muncul antara lain edema, takikardia, hipertensi, dan batuk.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, dengan indikator seperti tekanan darah dalam batas normal, tidak ada edema, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, mengatur intake dan output cairan, memberikan diuretik sesuai resep, dan mengajarkan klien serta keluarga manajemen cairan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan mempertahankan aktivitas.
SDKI:
Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan. Tanda dan gejala yang muncul antara lain kelelahan, sesak napas, dan tidak mampu melakukan aktivitas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan indikator seperti mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih dan tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengatur aktivitas dan istirahat, membatasi aktivitas yang melelahkan, dan mengajarkan teknik-teknik penghematan energi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
SDKI:
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tanda dan gejala yang muncul antara lain keluhan nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, dan perilaku verbal maupun non-verbal.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mengendalikan nyeri, dengan indikator seperti nyeri terkontrol, tidak ada keluhan nyeri, dan mampu menggunakan teknik manajemen nyeri.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan analgesik sesuai resep, mengajarkan teknik manajemen nyeri, dan memantau efektivitas intervensi. -
Article No. 14161 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 54 tahun ( RM 35-4418) pada tanggal 13 Desember 2019, dirawat di ruang rawat penyakit dalam. Hasil pemeriksaan TD 160/120 mmHg, RR 24 X/mnt, Sh 36 C, HR 78 X/mnt, BB 120 kg, TB 150 cm. Hasil rontgen thorax terdapat kardiomegali 63 %, terdapat edema pada kedua tungkai bawah. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 8 tahun lalu, tidak memiliki riwayat DM. Pasien mengeluh batuk tidak berdahak, mudah lelah, tidak bisa kekamar mandi, ADL di tempat tidur. Dilakukan pemeriksaan EKG ST everted. Posisi pasien semi fowler, terdapat luka dekubitus grade 2, dan pasien mengatakan nyeri grade 4. Edema pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil lab saat ini : Hb : 11.8 , Ht : 35.7, Leukosit 9.400, trombosit : 198000, GDS : 372, SGPT : 27, Ureum : 29, creatinin : 1,23 , pH : 7.43, pO2 : 101 , PCO2 : 32.2, BE : 0.2, Na : 145, K : 3.5, APTT : 35.4/32.4, PT : 10.6 / 11.7 Hasil radiologi : 12/12/2019 rontgen dada, kesan jantung cardiomegali 63%, paru corakan hilus kasar bilateral. Terapi yang didapat : NaCl 0.9 % 500 cc/12 jam, insulin 3 X 10 iu SC, Nifedipine 3X10 mg PO, Furosemide 3 X 10 mg IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan cardiomegali dan hipertensi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan stamina.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka dekubitus grade 2.
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka dekubitus.
5. Edema berhubungan dengan hipertensi dan gagal jantung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
3. Risiko infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
4. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
5. Edema: Akumulasi cairan di dalam jaringan interstisial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jantung yang efektif, gejala jantung berkurang, status kardiovaskular stabil.
2. Toleransi aktivitas meningkat, mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih.
3. Tidak terjadi infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Nyeri terkontrol, skala nyeri menurun, tidak ada tanda-tanda infeksi.
5. Edema berkurang, tidak ada akumulasi cairan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, edukasi manajemen hipertensi.
2. Manajemen aktivitas, peningkatan toleransi aktivitas, latihan fisik.
3. Perawatan luka, pemantauan tanda infeksi, edukasi perawatan luka.
4. Manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin.
5. Pemantauan edema, manajemen cairan, pemberian diuretik.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Memantau tanda-tanda vital secara berkala, memastikan pemberian obat-obatan sesuai terapi, dan memberikan edukasi mengenai manajemen hipertensi.
2. Merencanakan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien, melakukan latihan fisik secara bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Melakukan perawatan luka dekubitus secara rutin, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi mengenai perawatan luka.
4. Mengelola nyeri dengan pemberian analgesik dan kompres hangat/dingin, serta mengkaji efektivitas intervensi.
5. Memantau edema, mengelola cairan dan pemberian diuretik sesuai terapi. -
Article No. 14162 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pria, usia 30 tahun, dirawat di RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor tanpa helm. Pasien mengalami benturan keras pada punggung akibat terjatuh ke aspal. Setelah kecelakaan, pasien tidak dapat menggerakkan kedua kakinya dan mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil serta buang air besar. Data pemeriksaan fisik: Kesadaran: GCS 15 (E4V5M6), Tekanan darah: 100/70 mmHg, HR: 68x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 36,8°C. Pemeriksaan neurologis: Paraplegia (kekuatan otot ekstremitas bawah 0/5), Refleks tendon patela dan Achilles menurun, Sensasi nyeri dan suhu hilang mulai dari area perut ke bawah, Tonus otot ekstremitas bawah menurun (flasid), Tes Babinski bilateral (+). Pemeriksaan kandung kemih: Retensi urin (+), distensi kandung kemih teraba. Hasil Pemeriksaan Penunjang: X-ray (Rontgen) Tulang Belakang: Fraktur kompresi pada vertebra torakalis T10-T11. CT-Scan Lumbal-Torakal: Dislokasi minimal pada T10-T11 dengan kemungkinan adanya hematoma epidural. MRI Tulang Belakang: Cedera medula spinalis pars torakalis dengan edema dan kompresi saraf. EMG (Elektromiografi): Tidak ada aktivitas motorik pada ekstremitas bawah. Pasien dirawat di ruang perawatan dengan pemasangan kateter urin untuk mengatasi retensi urin dan pemantauan ketat tanda-tanda vital. Rencana terapi meliputi pemberian kortikosteroid, fisioterapi, serta pertimbangan operasi dekompresi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis
- SDKI: Mobilitas Fisik Terganggu
- SLKI: Peningkatan Kemampuan Mobilitas
- SIKI: Terapi Latihan Motorik, Terapi Manajemen Nyeri, Terapi Manajemen Spastisitas
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi
- SDKI: Inkontinensia Urine
- SLKI: Kontrol Berkemih
- SIKI: Terapi Latihan Berkemih, Kateterisasi Urine, Edukasi Inkontinensia Urine
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Integritas Kulit
- SIKI: Perawatan Kulit, Terapi Posisi, Edukasi Pencegahan Luka Tekan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Cedera Medula Spinalis Pars Torakalis:
Pasien mengalami paraplegia (kelumpuhan pada kedua ekstremitas bawah) akibat cedera medula spinalis di bagian torakal. Ini menyebabkan gangguan mobilitas fisik yang perlu diatasi melalui terapi latihan motorik, manajemen nyeri, dan manajemen spastisitas.
2. Inkontinensia Urine Terkait Disfungsi Neurologi:
Pasien mengalami retensi urin dan distensi kandung kemih akibat disfungsi neurologis. Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi terapi latihan berkemih, kateterisasi urin, dan edukasi inkontinensia urin.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Terkait Imobilitas:
Pasien berisiko mengalami kerusakan integritas kulit seperti luka tekan akibat imobilitas yang lama. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah perawatan kulit, terapi posisi, dan edukasi pencegahan luka tekan.
Penanganan keperawatan yang komprehensif, meliputi aspek fisik, fungsional, dan edukasi, sangat penting untuk meningkatkan outcome pasien dengan kondisi ini. -
Article No. 14163 | 15 Mar 2025
Klinis : Pola Nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Pola Nafas tidak efektif":
- Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif", yang didefinisikan sebagai "Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi".
- Pola Napas Tidak Efektif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan neuromuskular, penyakit paru-paru, atau obstruksi jalan napas. Kondisi ini dapat mengakibatkan hipoksemia, hiperkarbia, dan kelelahan otot pernapasan, yang dapat berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diukur melalui SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), yaitu:
a. Pola Napas Efektif: "Pasien dapat menunjukkan pola napas yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi".
b. Pertukaran Gas Adekuat: "Pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang sesuai dengan kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida".
c. Ventilasi Adekuat: "Pasien dapat menunjukkan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi".
- Pencapaian Luaran/Output ini akan menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan telah efektif dalam mengatasi masalah Pola Napas Tidak Efektif pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Berdasarkan Diagnosa Keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dan Luaran/Output yang diharapkan, berikut adalah beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Jalan Napas: Intervensi ini bertujuan untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat. Contoh tindakan dapat berupa pengisapan lendir, pemberian oksigen, atau pengaturan posisi pasien.
b. Terapi Pernapasan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pola napas, ventilasi, dan pertukaran gas. Contoh tindakan dapat berupa latihan pernapasan, penggunaan alat bantu pernapasan, atau pemberian inhalasi bronkodilator.
c. Manajemen Energi: Intervensi ini bertujuan untuk meminimalkan kelelahan otot pernapasan dan memaksimalkan penggunaan energi pasien. Contoh tindakan dapat berupa pengaturan aktivitas, pemberian istirahat yang cukup, atau pemberian nutrisi yang adekuat.
d. Pemantauan Pernapasan: Intervensi ini bertujuan untuk mengevaluasi status pernapasan pasien secara berkala. Contoh tindakan dapat berupa pengukuran frekuensi napas, pengukuran oksimetri, atau pemantauan tanda-tanda vital.
Dengan menerapkan Intervensi Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, sehingga Pola Napas Tidak Efektif dapat diatasi secara efektif. -
Article No. 14164 | 15 Mar 2025
Klinis : Ny. A umur 20 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan bentuk berdahak pemeriksaan lainnya TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/ menit, S : 36 °c, Rr : 20x/ menit sebutkan diagnosa nya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. A:
Berdasarkan keluhan dan data pemeriksaan yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk Ny. A adalah:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Penyebab: Sekresi berlebih, edema, keletihan otot pernapasan.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, pola napas berubah, bunyi napas tambahan, sputum berlebih.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan Ny. A dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
Bersihan Jalan Nafas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihnya jalan napas.
Kriteria Hasil:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Tidak ada bunyi napas tambahan
3. Tidak ada sputum berlebih
4. Tidak ada sesak napas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Nafas
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sputum jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam dada
- Pantau pola napas, irama, dan frekuensi napas
2. Manajemen Ventilasi
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan
- Pantau Saturasi Oksigen (SpO2)
- Berikan posisi semi-Fowler untuk meningkatkan ventilasi
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri dan pengaruhnya terhadap pernapasan
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan dan instruksi dokter
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai kondisi dan tatalaksana perawatan
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan Ny. A dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihnya jalan napas.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum. -
Article No. 14165 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien An. P (5 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan anak rewel, BAB cair dengan frekuensi 4 kali per 24 jam, mual muntah, sakit perut dan mata cekung. Hasil pengkajian : suhu 37,3˚C, frekuensi napas 34 x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit dan BB 12 kg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien An. P (5 tahun) yang dibawa ke Puskesmas dengan keluhan anak rewel, BAB cair dengan frekuensi 4 kali per 24 jam, mual muntah, sakit perut, dan mata cekung, serta hasil pengkajian yang menunjukkan suhu 37,3°C, frekuensi napas 34 x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit, dan berat badan 12 kg, maka diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan diare dan muntah ditandai dengan BAB cair, frekuensi 4 kali per 24 jam, mata cekung, dan berat badan 12 kg.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Dehidrasi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen hidrasi, manajemen diare, dan pemantauan tanda-tanda vital.
2. Mual Muntah berhubungan dengan gastroenteritis ditandai dengan keluhan mual, muntah, dan sakit perut.
Penjelasan singkat:
SDKI: Mual Muntah adalah sensasi tidak nyaman yang dialami individu yang dapat menyebabkan keinginan untuk mengeluarkan isi lambung.
SLKI: Pasien dapat menunjukkan penurunan frekuensi dan durasi mual dan muntah.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen mual dan muntah, pengaturan diet, dan pemberian antiemetik.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan kebijakan di Puskesmas setempat. -
Article No. 14166 | 15 Mar 2025
Klinis : Seorang pasien An. P (5 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan anak rewel, BAB cair dengan frekuensi 4 kali per 24 jam, mual muntah, sakit perut dan mata cekung. Hasil pengkajian : suhu 37,3˚C, frekuensi napas 34 x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit dan BB 12 kg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki risiko mengalami perubahan cairan dan elektrolit yang dapat mengancam kehidupan.
- Penyebab: Diare, muntah, kurang asupan cairan.
- Gejala: Frekuensi BAB cair 4 kali/24 jam, mual muntah, sakit perut, mata cekung, suhu 37,3°C, frekuensi napas 34x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, BB 12 kg.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI antara lain:
- Manajemen cairan
- Manajemen nutrisi
- Manajemen muntah
- Manajemen nyeri
- Pemantauan status cairan
Evaluasi luaran keperawatan berdasarkan SLKI dapat meliputi:
- Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara
- Gejala dehidrasi teratasi
- Tidak terjadi komplikasi akibat kehilangan cairan -
Article No. 14167 | 15 Mar 2025
Klinis : sulit menelan karena sulit mengeluarkan sputum, makan melalui ngt tapi sering lepas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sebutkan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Makan Berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Makan Berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan adalah ketidakmampuan individu untuk menelan makanan atau cairan secara efektif, yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam menelan, regurgitasi, dan aspirasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman, tidak terjadi aspirasi, dan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: melakukan assesmen kemampuan menelan, memberikan posisi yang tepat saat makan, mengatur konsistensi makanan, mengajarkan teknik menelan yang efektif, memantau asupan nutrisi, dan mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami kesulitan menelan karena sulit mengeluarkan sputum, dan sering melepas selang NGT (Nasogastric Tube) saat makan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah: mengevaluasi kemampuan menelan, memberikan posisi yang nyaman saat makan, mengatur konsistensi makanan, mengajarkan teknik menelan yang efektif, memantau asupan nutrisi, dan mencegah komplikasi seperti aspirasi.