Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16175 | 24 Apr 2025
Klinis : Intolerasi aktifitas untuk ibu anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intolerasi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intolerasi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, disebabkan oleh keterbatasan fisik atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas, dengan kriteria hasil seperti pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, tanda-tanda vital stabil saat beraktivitas, dan pasien melaporkan peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen aktivitas, manajemen kelelahan, serta optimalisasi fungsi fisik. Hal ini meliputi pengaturan aktivitas, pemberian edukasi terkait manajemen energi, serta latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Kondisi Ibu Anemia:
Pada kasus ibu anemia, intolerasi aktivitas dapat terjadi akibat penurunan kemampuan transport oksigen dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan pasien mudah lelah, lemah, serta mengalami sesak napas saat beraktivitas. Oleh karena itu, intervensi keperawatan harus mempertimbangkan kondisi anemia dan fokus pada manajemen aktivitas serta peningkatan toleransi fisik pasien. -
Article No. 16176 | 24 Apr 2025
Klinis : Perifusi prifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak. Kondisi ini ditandai dengan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan integritas jaringan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan "Penurunan Perfusi Jaringan Perifer" memiliki definisi sebagai "Berkurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan integritas jaringan".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini adalah "Perfusi Jaringan Perifer", yang memiliki definisi "Kemampuan aliran darah yang adekuat untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer".
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Penurunan Perfusi Jaringan Perifer" mencakup:
1. Manajemen Perfusi Jaringan
2. Manajemen Hipovolemia
3. Manajemen Anemia
4. Edukasi Kesehatan
Dengan penerapan standar keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak. -
Article No. 16177 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok
Penjelasan Singkat:
Sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan untuk kondisi "Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak":
1. Definisi Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok adalah keadaan ketidakseimbangan antara volume cairan, volume darah, dan kemampuan jantung untuk memompa, yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan perfusi jaringan.
2. Faktor Risiko:
Anemia pada ibu dan anak merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya syok. Anemia menyebabkan penurunan volume darah sehingga dapat memicu terjadinya syok.
3. Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terjadi perubahan status mental
- Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
- Tidak terjadi hipovolemia
- Tidak terjadi gangguan fungsi organ
4. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Kaji status hidrasi dan perfusi jaringan
- Kolaborasi pemberian terapi cairan dan obat-obatan sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko syok dan pencegahannya
- Berikan dukungan emosional dan fisik untuk mengurangi kecemasan
Dengan pemantauan yang ketat, pemberian intervensi yang tepat, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan dapat mencegah terjadinya syok pada pasien dengan anemia ibu dan anak. -
Article No. 16178 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak
Definisi:
Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami penurunan volume cairan tubuh dan gangguan perfusi jaringan yang dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan akibat penurunan kadar hemoglobin.
Faktor Risiko:
1. Perdarahan akut
2. Malnutrisi
3. Infeksi
4. Penyakit kronis
Tanda dan Gejala:
1. Takikardia
2. Hipotensi
3. Kelelahan
4. Pusing
5. Pucat
6. Dispnea
7. Oliguria
Tujuan Keperawatan:
1. Klien tidak mengalami syok
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat anemia
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Kaji tanda dan gejala syok
2. Kaji kadar hemoglobin
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Kolaborasi pemberian terapi anemia
5. Pantau intake dan output cairan
6. Edukasi tentang anemia dan pencegahan komplikasi
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak terjadi penurunan volume cairan tubuh
3. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
4. Tidak terjadi komplikasi akibat anemia
Intervensi Khusus (SIKI):
1. Manajemen Syok
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Anemia
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko syok pada anemia ibu dan anak. -
Article No. 16179 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi risiko syok pada anemia ibu dan anak, dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Syok Berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Intravaskular Sekunder Akibat Anemia pada Ibu dan Anak
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Syok: Keadaan yang menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya gangguan sirkulasi darah yang dapat mengancam kehidupan akibat penurunan volume cairan intravaskular.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan volume cairan intravaskular sekunder akibat anemia pada ibu dan anak.
2. SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Stabilitas Hemodinamik: Kemampuan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat melalui pengaturan sirkulasi darah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Mengkaji secara berkala kondisi sirkulasi darah, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Manajemen Cairan: Memberikan cairan intravena atau oral untuk mempertahankan volume cairan intravaskular yang adekuat.
c. Pemberian Terapi Anemia: Memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
d. Edukasi Pencegahan Syok: Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda awal syok dan tindakan segera yang perlu dilakukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencegah terjadinya syok pada pasien dengan anemia, sehingga stabilitas hemodinamik dapat dipertahankan. -
Article No. 16180 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu, seperti kondisi kesehatan, penanganan penyakit, prosedur, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
Faktor Terkait:
- Kurangnya paparan terhadap informasi
- Salah persepsi
- Kurangnya minat atau motivasi
Karakteristik Mayor:
- Meminta penjelasan atau informasi tambahan
- Mengungkapkan misinterpretasi informasi
- Gagal mengikuti instruksi
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Domain: Persepsi Kesehatan/Pemeliharaan Kesehatan
- Kelas: Pengetahuan Kesehatan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran: Pengetahuan Kesehatan
- Indikator:
1. Menjelaskan penyebab anemia pada ibu dan anak
2. Menyebutkan tanda dan gejala anemia pada ibu dan anak
3. Menjelaskan perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi:
1. Manajemen Edukasi Kesehatan
2. Konseling Kesehatan
3. Pengajaran: Proses Penyakit
Penjelasan singkat:
Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak merupakan keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan terhadap informasi, salah persepsi, atau kurangnya minat dan motivasi. Perawat dapat memberikan intervensi berupa manajemen edukasi kesehatan, konseling kesehatan, dan pengajaran proses penyakit untuk meningkatkan pengetahuan klien terkait anemia pada ibu dan anak. -
Article No. 16181 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang anemia ibu dan anak.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai keterbatasan kognitif yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau familiaritas dengan topik tertentu.
- Dalam kasus ini, pasien memiliki keterbatasan pengetahuan terkait anemia pada ibu dan anak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dengan diagnosa ini adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang anemia ibu dan anak.
- Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, pencegahan, dan penatalaksanaan anemia pada ibu dan anak.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Edukasi kesehatan: memberikan informasi dan penjelasan tentang anemia, termasuk penyebab, gejala, dampak, dan cara pencegahan serta penatalaksanaannya.
b. Konseling: membantu pasien memahami kondisi anemia dan menyusun rencana untuk meningkatkan pengetahuan dan mengatasi defisit pengetahuan.
c. Fasilitasi kelompok edukasi: mengorganisir sesi edukasi kelompok untuk berbagi informasi dan pengalaman terkait anemia pada ibu dan anak.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi yang komprehensif kepada pasien.
Dengan menggunakan kerangka SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, dan intervensi yang sistematis untuk mengatasi defisit pengetahuan pada pasien dengan anemia ibu dan anak. -
Article No. 16182 | 24 Apr 2025
Klinis : • Pasien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu demam naik turun • Pasien mengatakan muntah >5x pagi ini • Pasien mengatakan mual terus-menerus • Pasien mengatakan lemas • Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kiri DO: • GCS: CM, E4 V5 M6 • Pasien tampak lemas • Pasien tampak pucat • Turgor kulit kering • CRT >3 detik • Pasien tampak mual muntah terus-menerus • Hasil thorax menunjukkan kesan pulmo dan besar cor normal, sistema tulang intact • Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 120/78 mmHg Nadi: 110x/menit Respirasi: 24x/menit Suhu: 38.5oC SpO2: 98% GDS: 89mg/dL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan demam yang naik turun dan suhu tubuh 38,5°C.
2. Mual muntah berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan mual terus-menerus dan muntah lebih dari 5 kali pagi ini.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan pasien tampak lemas.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan nyeri pada perut bagian kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36-37,5°C).
2. Mual muntah teratasi: Pasien tidak mengalami mual dan muntah lagi.
3. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
4. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu.
c. Berikan cairan intravena untuk rehidrasi.
d. Berikan obat penurun demam sesuai resep dokter.
2. Mual muntah:
a. Monitor frekuensi, durasi, dan jumlah muntah.
b. Berikan antiemetik sesuai resep dokter.
c. Anjurkan pasien untuk makan makanan ringan dan mudah dicerna.
d. Siapkan emesis basin dan jaga kebersihan mulut pasien.
3. Intoleransi aktivitas:
a. Kaji tingkat kelemahan pasien dan kapasitas aktivitas.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
d. Berikan dukungan psikologis dan motivasi kepada pasien.
4. Nyeri akut:
a. Kaji karakteristik nyeri pasien (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi).
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan peningkatan penanganan nyeri.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 16183 | 24 Apr 2025
Klinis : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh perubahan kemampuan untuk bergerak dengan mudah, lancar, dan terkoordinasi.
Faktor Berhubungan:
Patah tulang
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Keterbatasan rentang gerak sendi
2. Nyeri saat bergerak
3. Kekuatan otot yang menurun
4. Perubahan postur tubuh
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik terganggu
2. Nyeri
3. Kelemahan otot
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik membaik
2. Nyeri berkurang
3. Kekuatan otot meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas
2. Manajemen nyeri
3. Latihan fisik
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan patah tulang mengalami kerusakan mobilitas fisik yang ditandai dengan keterbatasan rentang gerak sendi, nyeri saat bergerak, penurunan kekuatan otot, dan perubahan postur tubuh. Perawat akan melakukan intervensi keperawatan seperti manajemen aktivitas, manajemen nyeri, dan latihan fisik untuk membantu pasien mencapai tujuan peningkatan mobilitas fisik, penurunan nyeri, dan peningkatan kekuatan otot. -
Article No. 16185 | 24 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 37 tahun dibawa ke RSJ Soeharto Herdjan oleh keluarganya karena memukul ayahnya dengan barang perabotan hingga ayahnya mengalami luka-luka dan harus dibawa ke rumah sakit pada 1 hari sebelumnya. Hal tersebut dilakukan klien karena kesal permintaannya untuk dibelikan pakaian baru tidak dipenuhi oleh keluarganya. Keluarga mengatakan, klien sudah pernah menjalani perawatan di RSJ Soeharto Heeerdjan pada akhir desember tahun 2023, dan maret 2024. Klien tiddak mau minum obat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit karena merasa ia tidak sakit. Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga yaitu ayah klien dengan gejala marah-marah dan mendengar suara—suara. Menurut keluarga klien memiliki kepribadian yang tempremental, gampang emosi. Hasil pengkajian di ruangan elang didapatkan data: Klien mengatakan masih kesal dengan keluarganya karena membawanya ke RSJ. Penyebab kesal klien yang lainnya adalah keluarganya sering membanding bandingkan dirinya dengan kedua kakaknya yang sudah sukses dan memiliki pekerjaan yang bagus. Klien memiliki pengalaman tidak menyenangkan yaitu pada tahun 2022 diberhentikan kerja tanpa alasan, lalu mencoba untuk mencari pekerjaan namun selalu gagal. Kondisi ini membuat klien merasa malu, tidak berharga dan merasa menjadi anak yang gagal membanggakan orangtuanya. Saat interaksi, klien tampak berbicara cepat, suara tajam dan keras, jelas, tegang, ekspresi tegang, emosinya labil mengikuti cerita pengalamannya. Klien dirawat dengan BPJS dengan diagnosa medis Skizofrenia. Terapi yang di berikan aripriprazole 1x5mg, lorazepam 1x1mg, dan trihexilpenidyl 1x2mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perilaku individu yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan yang ditandai dengan kemarahan, agresi, atau kekerasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak terjadi perilaku kekerasan
2. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan
3. Klien mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang konstruktif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi pemicu perilaku kekerasan
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Fasilitasi aktivitas terapeutik
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
Penjelasan:
Klien memiliki riwayat perilaku kekerasan yang ditujukan kepada keluarganya, yaitu memukul ayahnya dengan barang perabotan hingga menyebabkan luka. Hal ini terjadi karena klien merasa kesal dengan keluarganya yang tidak memenuhi permintaannya untuk dibelikan pakaian baru. Klien juga memiliki riwayat gangguan jiwa dalam keluarga, yaitu ayahnya yang menunjukkan gejala marah-marah dan mendengar suara-suara. Selain itu, klien memiliki kepribadian yang temperamental dan gampang emosi.