Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21494 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus gagal jantung akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.1
- Deskripsi: Gagal jantung akut (acute heart failure)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 427.31
- Deskripsi: Fibrilasi atrial (atrial fibrillation)
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I50.1 untuk gagal jantung akut didasarkan pada gejala pasien yang mengalami sesak napas, edema ekstremitas bawah, dan tanda-tanda gagal jantung lainnya yang terjadi dalam waktu singkat.
- Kode ICD-9-CM 427.31 untuk fibrilasi atrial didasarkan pada temuan EKG yang menunjukkan adanya fibrilasi atrial.
- Tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk penanganan pasien ini dapat berupa terapi diuretik, vasodilator, antikoagulan, dan manajemen ritme jantung. -
Article No. 21495 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus gagal jantung akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.1
- Deskripsi: Gagal jantung akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: tidak ada kode prosedur yang spesifik, tapi beberapa tindakan mungkin dilakukan seperti:
- 99.21 - Pemberian oksigen
- 99.19 - Pemberian obat-obatan intravena lain
- 99.04 - Pemantauan tekanan darah
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi gagal jantung dekompensasi akut. Gejala-gejala yang ditunjukkan, seperti sesak napas, edema, distress pernapasan, dan irama jantung tidak teratur (atrial fibrilasi), mengarah pada diagnosis gagal jantung akut.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah I50.1 - Gagal jantung akut. Ini mencakup berbagai bentuk dekompensasi jantung akut, seperti edema paru akut, gagal jantung kanan akut, dan gagal jantung kiri akut.
Untuk prosedur, tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik, tetapi pasien mungkin memerlukan tindakan seperti pemberian oksigen (99.21), pemberian obat-obatan intravena (99.19), dan pemantauan tekanan darah (99.04) sebagai bagian dari penatalaksanaan kondisi gagal jantung akut. -
Article No. 21496 | 04 Sep 2025
Klinis : Kasus gagal jantung akut Seorang perempuan berusia 62 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan merasa lemas dan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas bertambah sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas hilang timbul dipengaruhi aktivitas. Hasil pengkajian: Frekuensi nafas 26 kali/menit, nafas cepat dan dangkal. Sesak nafas semakin berat pada posisi berbaring. Terdapat bunyi nafas ronkhi. Pasien batuk dengan sputum berwarna putih, berbusa Pasien merasa dada berdebar cepat, frekuensi nadi 118 kali/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, SaO2 95 %, Distensi vena jugularis, Kulit pucat, dingin dan berkeringat Pasien mengeluh pusing dan terlihat gelisah. Terdapat edema pada ekstremitas bawah Hasil EKG: Rate 106, Gel P sulit diidentifikasi, PR interval didak dapat dihitung, Komplek QRS tidak teratur. Atrial Fibrilation Diagnosa medis: gagal jantung dekompensasi akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00032 Gangguan Pola Napas
b. Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama dan frekuensi yang normal.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00026 Intoleransi Aktivitas
b. Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00027 Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
b. Definisi: Pengurangan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00092 Kecemasan
b. Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak jelas atau tidak diketahui.
5. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00193 Edema
b. Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) merupakan daftar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Masing-masing diagnosa keperawatan di atas memiliki kode dan definisi yang terstandarisasi, sehingga perawat dapat menggunakannya dalam praktik keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 21497 | 04 Sep 2025
Klinis : kebas tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi kebas tangan berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensasi Perifer (00422)
Definisi SDKI:
Gangguan Sensasi Perifer adalah ketidakmampuan merasakan atau menyadari rangsangan di bagian tubuh secara normal.
Definisi SLKI:
Pemulihan Sensasi (D0201)
Upaya untuk memulihkan sensasi normal pada bagian tubuh yang terganggu.
Definisi SIKI:
1. Menilai sensasi perifer (J0201)
Kode: J0201
Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait sensasi perifer.
2. Memfasilitasi pemulihan sensasi (J0202)
Kode: J0202
Definisi: Melakukan tindakan untuk membantu pemulihan sensasi normal pada bagian tubuh yang terganggu.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kebas pada tangan, yang merupakan indikasi adanya gangguan sensasi perifer. Perawat perlu menilai sensasi perifer pasien untuk mengidentifikasi penyebab dan tingkat keparahan gangguan. Selanjutnya, perawat dapat memfasilitasi pemulihan sensasi melalui intervensi yang sesuai, seperti latihan sensorik, stimulasi listrik, atau penggunaan alat bantu. Tujuannya adalah untuk memulihkan sensasi normal pada tangan pasien. -
Article No. 21498 | 04 Sep 2025
Klinis : Disuria
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk kondisi disuria.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Untuk kondisi disuria, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah "Gangguan Eliminasi Urine". Disuria atau nyeri/rasa tidak nyaman saat berkemih merupakan salah satu gejala dari gangguan eliminasi urine. Diagnosa ini mencakup masalah keperawatan terkait dengan kemampuan individu yang terganggu dalam mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan disuria, luaran yang diharapkan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah "Eliminasi Urine Lancar". Indikator dari luaran ini mencakup:
1. Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara utuh dan tuntas.
2. Pasien dapat berkemih tanpa nyeri atau ketidaknyamanan.
3. Pasien dapat mempertahankan pola berkemih normal sesuai kebutuhan.
4. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eliminasi urine.
5. Pasien dapat melakukan tindakan untuk memfasilitasi eliminasi urine yang lancar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Eliminasi Urine Lancar" pada pasien dengan disuria, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Manajemen Eliminasi: Mengkaji pola, frekuensi, dan karakteristik eliminasi urine pasien. Memfasilitasi pasien untuk berkemih secara adekuat, seperti menganjurkan untuk minum cukup cairan, melakukan latihan Kegel, dan menggunakan teknik berkemih yang benar.
2. Manajemen Rasa Tidak Nyaman: Mengkaji tingkat nyeri atau ketidaknyamanan saat berkemih. Memberikan analgesik atau antiinflamasi sesuai indikasi untuk mengurangi rasa sakit. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi rasa tidak nyaman.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan disuria. Membantu pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eliminasi urine dan melakukan tindakan preventif.
4. Manajemen Cairan: Memantau asupan dan output cairan pasien. Memastikan pasien mengonsumsi cairan yang cukup untuk memfasilitasi eliminasi urine yang lancar.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada mengatasi masalah eliminasi urine, diharapkan pasien dengan disuria dapat mencapai luaran "Eliminasi Urine Lancar" sehingga dapat mempertahankan pola berkemih yang normal dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 21499 | 04 Sep 2025
Klinis : retensi urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi retensi urin.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi retensi urin adalah "Gangguan Eliminasi Urin" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mencakup kondisi di mana terdapat hambatan dalam pengeluaran urin dari kandung kemih, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi saluran kemih, obstruksi jalan keluar kandung kemih, atau disfungsi kandung kemih.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan untuk kondisi retensi urin adalah:
1. Pemulihan Eliminasi Urin: Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara efektif dan teratur tanpa adanya hambatan.
2. Pengendalian Gejala: Pasien menunjukkan penurunan atau hilangnya gejala-gejala yang terkait dengan retensi urin, seperti rasa tidak nyaman di area kandung kemih, nyeri saat berkemih, dan peningkatan frekuensi berkemih.
3. Pencegahan Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang terkait dengan retensi urin, seperti infeksi saluran kemih, kerusakan ginjal, atau pembentukan batu ginjal.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien menunjukkan peningkatan dalam aktivitas sehari-hari, tidur, dan kenyamanan secara umum akibat pemulihan fungsi eliminasi urin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Eliminasi:
- Memantau pola dan volume eliminasi urin
- Melakukan kateterisasi kandung kemih jika diperlukan untuk membantu pengosongan kandung kemih
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang teknik berkemih yang benar
2. Manajemen Kenyamanan:
- Memberikan analgesik atau obat-obatan lain untuk mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan saat berkemih
- Mengatur posisi pasien untuk meningkatkan kenyamanan saat berkemih
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab, gejala, dan komplikasi retensi urin
- Mengajarkan pasien tentang perawatan diri yang tepat, seperti menjaga kebersihan area genital dan mengenali tanda-tanda infeksi
4. Kolaborasi Profesional:
- Berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang tepat, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan pembedahan jika diperlukan
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (misalnya fisioterapis) untuk memberikan intervensi yang komprehensif
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan dapat membantu pasien dengan retensi urin untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan fungsi eliminasi urin, pengendalian gejala, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 21500 | 04 Sep 2025
Klinis : demam 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi demam 3 hari, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang relevan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk demam 3 hari. Penanganan umum untuk demam dapat meliputi pengukuran suhu tubuh, pemberian obat antipiretik, dan pemantauan gejala selama masa perawatan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasi di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan gejala demam yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori diagnosis yang lebih spesifik.
- Demam 3 hari tanpa gejala lain yang jelas dapat merupakan suatu kondisi yang umum terjadi dan tidak memerlukan intervensi medis yang spesifik. Penanganan utama biasanya meliputi pengukuran suhu tubuh, pemberian obat antipiretik (seperti paracetamol atau ibuprofen) untuk mengurangi demam, dan pemantauan gejala selama masa perawatan untuk memastikan tidak ada komplikasi atau penyebab yang lebih serius.
- Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus terkait dengan penanganan demam 3 hari. Penanganan umumnya bersifat simptomatik dan tidak memerlukan tindakan medis yang invasif. -
Article No. 21501 | 04 Sep 2025
Klinis : demam 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu demam selama 3 hari, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
SDKI:
Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SLKI:
Homeostasis Suhu Tubuh (21007)
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI:
Manajemen Demam (80005)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami demam selama 3 hari, yang merupakan tanda dari kondisi hipertermia. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007). Tujuan keperawatan adalah untuk mencapai Homeostasis Suhu Tubuh (21007), yaitu kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Demam (80005), yang merupakan serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 21502 | 04 Sep 2025
Klinis : demam 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \b0 \fs24 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan, yaitu demam selama 3 hari, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):
\b Diagnosa Keperawatan: Hipertermia (Kode: 00007)
\b0 \line \b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): \b0
\line Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (?38°C) yang berlangsung selama 3 hari, disertai dengan manifestasi seperti kulit teraba hangat, takikardia, takipnea, dan malaise. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, atau proses penyakit lainnya.
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): \b0
\line \b Kode: L.14039 - \b0 Suhu tubuh dalam rentang normal
\line Kriteria luaran:
\line - Suhu tubuh 36,5-37,5°C
\line - Denyut nadi 60-100 kali/menit
\line - Frekuensi napas 16-20 kali/menit
\line - Kulit teraba hangat dan kering
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): \b0
\line \b Kode: I.11220 - \b0 Manajemen Hipertermia
\line Intervensi utama:
\line 1. Memantau suhu tubuh setiap 2-4 jam
\line 2. Memberikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi
\line 3. Menganjurkan intake cairan yang adekuat
\line 4. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai resep
\line 5. Mempertahankan sirkulasi udara yang adekuat
\line \b Kode: I.2610 - \b0 Edukasi Kesehatan
\line Intervensi pendukung:
\line 1. Edukasi keluarga tentang penyebab dan penanganan demam
\line 2. Mengajarkan teknik monitoring suhu mandiri
\line 3. Memberikan informasi tanda-tanda kegawatan yang perlu diwaspadai
\line \i Catatan: Penetapan diagnosa keperawatan harus didukung oleh pengkajian yang komprehensif dan validasi data objektif (pengukuran suhu, pemeriksaan fisik, dan data penunjang lainnya). Demam selama 3 hari memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan etiologi dasar. -
Article No. 21503 | 04 Sep 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien ini dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan lain
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk infark miokard akut, seperti nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
- EKG menunjukkan infark miokard akut, yang mengindikasikan adanya kerusakan pada otot jantung akibat gangguan aliran darah.
- Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular seperti infark miokard akut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Prosedur diagnostik jantung, tidak dinyatakan lebih lanjut
- Catatan: Prosedur diagnostik seperti EKG, echokardiografi, atau pemeriksaan angiografi mungkin diperlukan untuk konfirmasi diagnosis dan evaluasi lebih lanjut.
Kesimpulan:
Berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan EKG, dan riwayat medis pasien, diagnosis yang tepat untuk kondisi ini adalah infark miokard akut. Prosedur diagnostik lebih lanjut mungkin diperlukan untuk evaluasi dan penanganan yang sesuai.